Susu Nasipe Piye
Agama | 2024-11-22 06:58:17Peternak susu sapi menggelar demo dengan aksi simbolis mandi susu di Tugu Susu Tumpah, Boyolali, Jawa Tengah pada Sabtu (9/11/202). Aksi yang dilakukan di atas mobil, menuai perhatian warga di sekitar lokasi kejadian, termasuk warganet yang geram menyaksikan hal tersebut, pada video yang viral di media sosial.
Spanduk bertuliskan "Susu Nasipe Piye", "Pikir Peternak Sapi Perah", "Sapiku Utangan, Pak," menghiasi mobil pikap yang membawa milk can berbagai ukuran yang berisi ribuan liter susu.
Tak hanya dibuang, mereka juga membagikan sekitar 1.000 liter susu secara gratis kepada masyarakat. Ribuan liter susu itu tandas hanya dalam hitungan menit setelah diserbu warga. Warga penerima susu tentu senang mendapatkan susu, namun tidak bagi peternak. Mereka nelangsa, sebab tak ada kepastian terhadap nasib mereka ke depannya.
Aksi yang dramatis ini merupakan bentuk protes peternak susu di Boyolali atas pembatasan kuota susu yang masuk ke pabrik atau Industri Pengolahan Susu (IPS). Usaha mereka rugi karena kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah. Pembatasan kuota membuat susu para peternak di wilayah Boyolali tidak terserap pabrik, akibatnya ribuan liter susu terbuang sebab hanya menumpuk di usaha dagang (UD) atau koperasi.
Bukan kali ini saja kebijakan impor menggerus peternak, petani pun mengalami hal serupa, yang menyebabkan mereka membagikan secara cuma-cuma hasil taninya, atau bahkan membuangnya karena busuk. Banyak kasus telah terjadi, dan bisa jadi akan terus berlanjut jika tidak segera mendapat solusi tuntas. Pasalnya nasib mereka dipertaruhkan, sebab akan terus berhadapan dan berlaga, dengan para kapital yang menguasai pembuat kebijakan.
Negara seharusnya melindungi peternak melalui kebijakan yang berpihak pada mereka, bukan kepada asing atau pemilik modal yang mencari untung melalui impor. Akan tetapi sistem ekonomi kapitalisme yang saat ini berjalan, memang selamanya akan berpihak kepada kapital, bukan kepada rakyat. Maka akan tumbang satu persatu lapisan masyarakat, sebab tak mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya.
Sementara peternak tak dapat dibiarkan sendiri. Mereka perlu pendampingan sejak proses produksi hingga distribusinya. Termasuk dalam hal penjagaan mutu agar tak kalah bersaing dengan produk impor.
Solusi Islam
Dalam Islam, negara wajib menerapkan aturan Allah secara menyeluruh. Dengan demikian penguasa beserta seluruh instansi terkait, turun tangan menyiapkan seluruh sarana dan prasarana di sektor peternakan sapi perah. Mulai dari modal usaha, beragam fasilitas penyimpanan dan pengolahan susu, hingga distribusinya. Hal tersebut merupakan tanggung jawab kepemimpinan terhadap rakyatnya.
Seyogianya negara berdiri di tengah rakyat, menyelesaikan urusan mereka dan memberikan solusi hakiki yang diridai Allah, demi mewujudkan kemaslahatan umat. Penguasa memperbaiki kerusakan dan memberikan kebaikan pada seluruh rakyat, atas dasar ketaatan kepada Allah ta'ala.
Dengan sistem ekonomi yang bersumber dari sang Pencipta, maka negara mampu memiliki kemandirian pemenuhan kebutuhan rakyat dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada, baik sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusianya (SDM), hingga mampu mencegah pihak-pihak tertentu yang mencari keuntungan, di tengah penderitaan rakyat.
Ketika terdapat susu impor di dalam negeri, maka negara akan memastikan bahwa keberadaannya tidak berdampak pada susu produksi negeri sendiri. Jika ternyata hal tersebut memengaruhi, maka negara berwenang untuk membatasi atau menghentikan kuota impor susu tersebut. Akana tetapi susu impor dapat menjadi solusi sementara, saat kebutuhan dalam negeri tak mencukupi. Sebaliknya tatkala terjadi kelebihan produksi susu, maka negara dapat memberikan akses ekspor.
Sistem ekonomi Islam yang berpijak pada akidah, mampu memberi jaminan perlindungan bagi para peternak, serta kesejahteraan setiap masyarakat, individu per individu. Maka susu dengan segala kelebihan kandungan gizi di dalamnya, tidak lagi menjadi barang mewah, namun dapat dikonsumsi seluruh masyarakat, dalam pengaturan sistem ekonomi Islam. Satu demi satu masalah rawan pangan hingga stunting atau gizi buruk, akhirnya dapat teratasi.
“Imam (khalifah) itu laksana penggembala (ra’in) dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.