Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ahmada

#3 Cinta dan Takhta: Kisah Perjalanan Zhu Zhanji dan Permaisuri Sun Xiu dalam Sejarah Dinasti Ming

Sastra | 2024-11-17 20:30:19
Bab 2: Titik Balik TakdirHari-hari setelah pertemuan resmi pertama dengan **Sun Xiu** berlalu dengan cepat, namun dalam hati **Zhu Zhanji**, perasaan penasaran dan ketertarikan semakin tumbuh. Setiap kali ia melihat Sun Xiu dalam acara resmi istana, ada tatapan lembut yang ia tangkap di balik mata wanita itu, sesuatu yang berbicara lebih dari sekadar kewajiban seorang permaisuri. Sun Xiu tidak hanya memerankan perannya sebagai calon permaisuri dengan baik, tetapi juga membawa kehangatan dan pemikiran yang menginspirasi.Pada suatu sore yang hangat, ketika langit berwarna oranye dan angin sepoi-sepoi berembus lembut, Zhanji memutuskan untuk melepaskan diri dari tumpukan gulungan dokumen pemerintahan. Ia membutuhkan waktu untuk merenung, untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bergumul di benaknya. Ia melangkah keluar dari kamarnya dan menuju taman istana—tempat di mana ia bisa merasakan kedamaian yang seolah-olah menghubungkannya dengan dunia di luar istana yang penuh intrik.Di tengah jalan setapak, langkahnya terhenti ketika ia melihat Sun Xiu sudah berada di sana. Wanita itu berdiri dengan elegan di tepi kolam ikan yang memantulkan cahaya senja. Gaun sutranya yang berwarna merah muda pucat bergerak lembut seiring angin. Tanpa menoleh, Sun Xiu tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri, menikmati suara air mancur dan gemericik lembut yang mengisi keheningan.Zhanji ragu sejenak, berpikir apakah sebaiknya ia memanggilnya atau tetap melangkah pergi. Namun, sebelum ia bisa membuat keputusan, Sun Xiu menoleh ke arahnya dengan senyum yang tenang. “Yang Mulia, senang melihat Anda di sini,” katanya, suaranya jernih dan tenang seperti air kolam di hadapan mereka.“Permaisuri Sun, saya tidak menyangka akan bertemu Anda di sini,” balas Zhanji, melangkah mendekat. Di bawah sinar senja, wajah Sun Xiu terlihat lebih lembut, hampir seperti bayangan mimpi. Ada keheningan sejenak di antara mereka, di mana hanya suara gemericik air dan angin yang terdengar.“Saya sering datang ke sini untuk menenangkan diri,” kata Sun Xiu, memecah keheningan. Ia menoleh kembali ke kolam, melihat ikan-ikan koi berwarna-warni berenang perlahan di bawah permukaan air. “Tempat ini mengingatkan saya pada taman kecil di rumah saya dulu. Ibu saya selalu mengatakan bahwa air yang tenang bisa membersihkan hati yang resah.”Zhanji mengangguk, merasakan beban di dadanya sedikit terangkat. “Taman ini indah,” ujarnya sambil memandang sekeliling. Pohon-pohon pinus tinggi yang menjulang di sekitar mereka memberikan bayangan sejuk, sementara bunga-bunga mekar menebarkan aroma yang menenangkan. “Tapi anehnya, saya jarang datang ke sini meski saya bisa melihatnya dari jendela kamar setiap hari.”Sun Xiu tersenyum tipis, matanya memancarkan kebijaksanaan yang dalam. “Kadang-kadang, Yang Mulia, keindahan yang paling dekat dengan kita justru yang paling mudah diabaikan,” katanya. “Kita sibuk dengan hal-hal yang jauh dan besar, hingga melupakan apa yang ada di depan mata.”Zhanji tertegun mendengar kata-katanya. Ia merasakan bahwa Sun Xiu tidak hanya berbicara tentang taman, tetapi tentang kehidupan mereka di istana, tentang hubungan mereka yang masih dipenuhi dengan formalitas. Selama ini, ia merasa hidupnya telah diatur oleh kewajiban sebagai pewaris takhta—keputusan-keputusan yang besar, perjanjian politik, dan aliansi kekuasaan yang kadang-kadang terasa mengekang. Sun Xiu seolah-olah menunjukkan bahwa ada sisi lain dari kehidupan ini yang belum pernah ia lihat.“Apakah Anda merasa nyaman di sini?” tanya Zhanji, mencoba menggali lebih dalam tentang perasaan wanita di hadapannya. Ia sadar bahwa sebagai calon permaisuri, Sun Xiu tentu menghadapi tekanan yang sama besarnya dengannya.Sun Xiu menghela napas pelan sebelum menjawab. “Istana ini megah dan penuh kemewahan, tetapi dinding-dindingnya dingin dan penuh rahasia,” katanya dengan nada yang lembut namun tegas. “Namun, saya percaya, kehangatan bukan datang dari tempat, tetapi dari orang-orang di dalamnya.”Zhanji menatap Sun Xiu dalam-dalam, berusaha membaca makna di balik kata-katanya. Ia mulai menyadari bahwa Sun Xiu memiliki kekuatan dan ketenangan yang mampu menyeimbangkan dirinya, sesuatu yang selama ini ia anggap langka di antara kehidupan penuh intrik politik.“Saya ingin istana ini menjadi rumah yang hangat, bukan hanya simbol kekuasaan,” kata Zhanji akhirnya, suaranya terdengar lebih rendah. “Tapi saya masih mencari tahu bagaimana cara mewujudkannya.”Sun Xiu mengalihkan pandangannya ke Zhanji, mata mereka bertemu untuk sesaat. “Yang Mulia, kehangatan itu bisa dimulai dari langkah-langkah kecil. Seperti yang ibu saya katakan, ‘Senyum yang tulus bisa menyalakan cahaya di ruangan yang paling gelap.’”Hening kembali menyelimuti mereka, namun kali ini keheningan itu terasa nyaman, seolah mereka saling memahami meski tanpa kata-kata. Sun Xiu lalu mengangkat tangannya, menunjuk ke sekumpulan bunga lili air yang mekar di ujung kolam. “Bunga-bunga itu hanya bisa mekar di atas air yang tenang. Mungkin, di tengah tekanan dan tanggung jawab, kita perlu mencari ketenangan dalam diri kita sendiri.”Zhanji merenungkan kata-kata Sun Xiu. Ia sadar bahwa di balik setiap keputusan yang diambil sebagai calon kaisar, ia perlu menemukan ketenangan dalam hatinya agar bisa memimpin dengan bijaksana. Tatapan Sun Xiu yang penuh pengertian membuatnya merasa bahwa wanita ini bisa menjadi pendamping yang tak hanya mendukungnya secara politis, tetapi juga secara emosional.“Permaisuri, saya berharap kita bisa berjalan bersama dalam perjalanan ini, bukan hanya sebagai pasangan di mata dunia, tetapi sebagai teman dan rekan yang saling mendukung,” kata Zhanji dengan nada yang lebih dalam, seolah mengungkapkan sesuatu yang telah lama terpendam.Sun Xiu tersenyum, senyum yang kali ini lebih hangat dan tulus. “Itulah yang saya harapkan, Yang Mulia. Sebuah rumah tangga yang dibangun di atas kepercayaan dan pengertian, bukan hanya kewajiban.”Percakapan mereka sore itu berlangsung hingga matahari tenggelam sepenuhnya, dan cahaya bintang mulai menghiasi langit malam. Mereka berbicara tentang masa kecil mereka, impian yang tak tersampaikan, dan ketakutan yang jarang diungkapkan di istana yang penuh aturan. Zhanji merasa seperti menemukan sisi baru dalam dirinya yang selama ini tersembunyi. Sun Xiu bukan sekadar permaisuri yang dipilihkan untuknya; dia adalah seseorang yang mengerti apa yang sebenarnya ia butuhkan.Ketika malam tiba, mereka kembali ke istana dengan hati yang lebih ringan dan pikiran yang penuh harapan. Zhanji tahu bahwa jalan di depan masih panjang dan penuh tantangan, tetapi untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa ia tidak berjalan sendirian. Di sisinya, ada Sun Xiu—wanita yang tak hanya cantik dan bijaksana, tetapi juga memiliki kekuatan untuk menjadi cahaya dalam hidupnya yang penuh bayang-bayang.Di kamar pribadinya, Zhanji berdiri di dekat jendela, memandangi taman yang kini hanya diterangi cahaya rembulan. Ia mengingat percakapannya dengan Sun Xiu, dan senyumnya perlahan muncul di wajahnya. Di bawah gemerlap bintang, ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan menjadi pemimpin yang tak hanya memerintah dengan kekuatan, tetapi juga dengan hati.Sun Xiu, di kamarnya sendiri, juga memandangi langit malam. Ia merasa ada harapan baru dalam hidupnya di istana ini. Sebuah awal yang mungkin akan membawa mereka ke perjalanan penuh makna, lebih dari sekadar pernikahan politik. Di balik dinding-dinding istana yang dingin, benih kehangatan mulai tumbuh—benih yang kelak akan membawa mereka menghadapi musim-musim sulit bersama, dengan keyakinan bahwa cinta dan saling pengertian bisa mengalahkan segala rintangan.---

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image