Cara Menghindari Penghentian /discontinue Jurnal oleh Scopus: Panduan untuk Penerbit dan Editor
Eduaksi | 2024-11-16 19:03:51Cara Menghindari Penghentian /discontinue Jurnal oleh Scopus: Panduan untuk Penerbit dan Editor
Kota Banjar, 16 November 2024 — Scopus, salah satu basis data akademik terbesar dan paling bergengsi di dunia, menjadi platform utama bagi jurnal akademik untuk meningkatkan visibilitas dan prestise mereka di dunia ilmiah global. Namun, untuk tetap terindeks di Scopus, jurnal harus memenuhi standar kualitas yang ketat. Bagi penerbit dan editor jurnal, memahami bagaimana cara mencegah penghentian oleh Scopus sangat penting agar jurnal mereka tetap terakses oleh peneliti dan akademisi di seluruh dunia.
Dr. Hisam Ahyani, Associate Professor di Institut Miftahul Huda Al Azhar (IMA) di Kota Banjar, sekaligus CEO Pusat Penelitian As-Syaeroji Foundation, berbagi wawasan tentang cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghindari penghentian jurnal oleh Scopus. Dalam sebuah podcast yang dipublikasikan baru-baru ini, Dr. Hisam menjelaskan bahwa Scopus secara rutin meninjau jurnal-jurnal yang terindeks dan menghentikan jurnal yang gagal memenuhi kriteria tertentu.
### Apa itu Pengindeksan Scopus?
Pengindeksan oleh Scopus memberikan jurnal visibilitas global dan akses ke jaringan akademik internasional. Jurnal yang terindeks di Scopus dianggap telah memenuhi standar kualitas akademik tertentu, yang meningkatkan prestise dan kredibilitas jurnal tersebut di kalangan peneliti, akademisi, dan institusi pendidikan. Namun, Scopus tidak segan untuk menghapus jurnal yang tidak memenuhi standar kualitas yang ditetapkan.
### Penyebab Penghentian Jurnal oleh Scopus
Menurut Dr. Hisam, ada beberapa alasan mengapa Scopus dapat menghentikan jurnal dari daftar indeks mereka. Beberapa penyebab umum penghentian jurnal meliputi:
1. Jadwal Penerbitan yang Tidak Teratur – Jurnal yang tidak terbit secara konsisten dapat dianggap tidak memenuhi standar kualitas penerbitan.
2. Kualitas Editorial yang Rendah – Jurnal yang tidak memiliki proses editorial yang jelas dan transparan atau tidak melakukan peer review dengan ketat berisiko dihentikan.
3. Tingkat Sitasi yang Rendah – Jurnal dengan sedikit sitasi atau kurangnya visibilitas internasional cenderung dihentikan.
4. Praktik Penerbitan yang Tidak Etis – Scopus sangat ketat dalam memastikan bahwa jurnal mematuhi kode etik penerbitan yang jelas, termasuk penghindaran plagiarisme dan konflik kepentingan.
5. Keterbatasan Keberagaman Konten – Jurnal yang hanya fokus pada satu topik atau subjek tertentu tanpa keberagaman atau kedalaman yang cukup berisiko untuk dihapus dari indeks.
### Contoh Jurnal yang Terindeks di Scopus dan yang Dihentikan
Dr. Hisam memberikan contoh jurnal yang saat ini terindeks oleh Scopus, seperti *Al-Istinbath: Jurnal Hukum Islam* dan *SAMARAH: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam*, yang berhasil memenuhi standar kualitas tinggi. Di sisi lain, ada jurnal seperti *Journal of Namibian Studies* yang dihentikan oleh Scopus pada tahun 2023 karena gagal memenuhi kriteria yang ditetapkan.
### **Strategi untuk Menghindari Penghentian oleh Scopus**
Untuk memastikan jurnal tetap terindeks oleh Scopus, Dr. Hisam menyarankan beberapa langkah strategis yang harus dilakukan oleh penerbit dan editor:
1. **Jaga Konsistensi Penerbitan**
Scopus menghargai jurnal yang menerbitkan secara teratur. Penerbit harus memastikan bahwa jadwal penerbitan jurnal tetap konsisten dan tidak ada edisi yang terlewat.
2. **Tingkatkan Kualitas Editorial dan Proses Peer Review**
Memiliki proses peer review yang ketat dan transparan sangat penting. Jurnal harus melibatkan editor dan reviewer internasional yang berkualitas untuk memastikan kredibilitas dan kualitas artikel yang dipublikasikan.
3. **Fokus pada Visibilitas Internasional**
Meningkatkan sitasi dan visibilitas global jurnal sangat penting. Penerbit harus berusaha untuk menarik artikel berkualitas dari penulis internasional serta mempromosikan artikel-artikel yang dipublikasikan di platform akademik global seperti ResearchGate dan Google Scholar.
4. **Praktik Penerbitan yang Etis**
Mengadopsi etika penerbitan yang jelas dan transparan adalah kunci untuk menjaga integritas jurnal. Semua artikel yang diterbitkan harus mengikuti standar etika yang berlaku, termasuk penghindaran plagiarisme dan konflik kepentingan.
5. **Diversifikasi Konten**
Jurnal harus berusaha untuk menerbitkan artikel dari berbagai negara dan perspektif, yang tidak hanya meningkatkan relevansi jurnal secara global, tetapi juga dapat meningkatkan dampak dan sitasi jurnal.
6. **Perhatikan Metrik Sitasi**
Penerbit perlu mendorong penulis untuk mengunggah artikel mereka ke platform akademik dan memantau metrik sitasi secara rutin untuk memastikan bahwa jurnal mereka memiliki dampak yang signifikan di dunia akademik.
7. **Jaga Komunikasi dengan Scopus**
Penerbit harus secara rutin memeriksa status jurnal mereka di Scopus dan menanggapi umpan balik atau permintaan yang diberikan oleh Scopus untuk memastikan jurnal tetap memenuhi kriteria yang diperlukan.
### **Kesimpulan**
Menjaga jurnal agar tetap terindeks oleh Scopus bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan komitmen untuk mempertahankan kualitas penerbitan yang tinggi, menjaga konsistensi, dan mematuhi standar akademik yang ketat. Namun, dengan mengikuti strategi-strategi yang telah dibahas, penerbit dan editor dapat meningkatkan peluang agar jurnal mereka tetap terindeks dan diakui di panggung akademik internasional.
Penting untuk diingat bahwa penghentian oleh Scopus bukanlah akhir dari segalanya, tetapi merupakan kesempatan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas jurnal. Dengan melakukan perbaikan berkelanjutan, jurnal yang dihentikan dapat kembali diterima dan diindeks oleh Scopus.
---
**Penting untuk Diketahui:**
Podcast yang dipandu oleh Dr. Hisam Ahyani ini memberikan wawasan berharga bagi penerbit dan editor jurnal yang ingin menjaga dan meningkatkan status indeksasi jurnal mereka di Scopus. Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat mendengarkan podcast ini melalui platform kami.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.