Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sapari Sapari

Banjir Saat Berangkat Ke Sekolah

Sastra | 2024-11-15 09:27:44

Pagi itu, seperti biasa, Sapari bangun lebih awal. Ia sudah menyiapkan tas sekolahnya dengan rapi, menggosok sepatu, dan memastikan semua buku pelajaran ada di dalam tas. Namun, begitu membuka jendela, sebuah pemandangan yang tak biasa langsung menyambutnya. Langit mendung, dan hujan turun dengan derasnya sejak dini hari.

"Aduh, ini hujan deras sekali," katanya.

Ia bergegas ke ruang makan, tempat ibu sudah menyiapkan sarapan. "Ibu, apa hujan ini akan berhenti?" tanyanya sambil duduk di meja makan.

Ibu menatapnya dengan wajah cemas. "Sepertinya tidak, Nak. Hujannya sudah turun sejak tadi malam, dan air sungai mulai meluap. Mungkin ada banjir."

Sapari terdiam, merasakan kekhawatiran yang sama. Sekolah adalah tempat yang sudah ia tunggu-tunggu, namun jika banjir datang, bagaimana ia bisa pergi? Setelah sarapan, Sapari dan ibu keluar untuk memeriksa keadaan di depan rumah.

Ternyata, air sudah mulai merendam jalanan di depan rumah mereka. "Tunggu dulu, Sapari. Kita harus hati-hati," kata ibu sambil melihat jalanan yang sudah mulai dipenuhi genangan air.

Sapari merasa gelisah. Tugas sekolah menanti, tetapi ia tak bisa melawan cuaca. Dengan sedikit ragu, ia mengambil keputusan. "Ibu, aku tetap akan berangkat. Meskipun banjir, aku harus mencoba."

Ibu menatapnya, lalu mengangguk. "Baiklah, tapi hati-hati ya. Jangan sampai terjebak di air."

Dengan tekad bulat,Sapari mengenakan sendal yang biasa ia pakai saat musim hujan dan menyambar tas sekolahnya. Ia memulai langkah pertamanya menuju sekolah, melewati jalan yang semakin terendam air. Setiap langkah terasa berat karena air yang mulai menggenang hingga setinggi mata kaki. Namun, Sapari tidak menyerah.

Di tengah perjalanan, ia melihat beberapa teman sekelasnya yang juga berjuang melawan banjir. Mereka berjalan bersama, mengangkat celana dan saling memberikan semangat. "Ayo, Sapari! Kita pasti bisa sampai sekolah!" teriak Nova, teman sekelasnya.

Sesampainya di sekolah, Sapari merasa lega meskipun basah kuyup. Ternyata, sebagian besar siswa sudah hadir. Ternyata, banjir yang parah di luar tidak bisa menghentikan semangat mereka untuk belajar. Guru-guru pun hadir, meski dengan sedikit terlambat, dan menyambut kedatangan murid-murid mereka dengan senyum penuh pengertian.

Hari itu, Sapari belajar lebih dari sekadar pelajaran di kelas. Ia belajar tentang ketangguhan, tentang bagaimana terkadang kehidupan memberikan rintangan yang harus dihadapi dengan semangat yang tak kenal menyerah.

Banjir memang menghalangi, tetapi tidak mampu menghentikan langkah Sapari untuk tetap bersekolah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image