PETAKA (Dalam Kegelapan Dunia)
Sastra | 2024-11-14 15:18:47
Kali ini, Mirna kapok perawatan di Klinik Melati. Berkali-kali ia mencoba untuk percaya pada klinik itu yang katanya akan membantunya menjadi cantik, tetapi kenyataannya, semua itu adalah palsu, wajahnya bukan bertambah cantik, tetapi lebih buruk.
Mirna menghubungi sahabatnya Salu, untuk memberikan informasi mengenai klinik tersebut. Uangnya telah habis puluhan juta rupiah, tetapi tidak memberikan apa-apa. Salu susah dihubungi, sudah tiga hari ia tidak merespon telepon dan membalas waatsaap. Terlihat akun Instagramnya juga tidak aktif, biasa gadis bermata sayu itu paling sedikit dua hari sekali ia akan memposting kesehariannya walaupun hanya ditonton lima pengikut saja. Salu lebih muda darinya, namun mereka sering bersama, karena telah sejak SMA berteman.
Namun sayang, Salu berkali-kali ditolak oleh pria yang amat ia sukai. Alasannya karena fisik Salu yang tidak sesuai dengan selera pria itu. Hal Itu jelas saja, pria bernama Romi adalah salah satu tipe cowok yang banyak diincar oleh kaum wanita. Ia tampan, pintar, dan kaya. Karena memiliki segalanya, sikapnya sangat angkuh sombong, tidak sedikit perempuan ia tolak dengan mentah-mentah, bahkan sampai dijahili dan dipermalukan. Jika suka, hanya untuk bersenang-senang dengan menidurinya, bahkan sampai hamil dan tidak bertanggungjawab.
Mirna, masih menggenggam androidnya. Ia penasaran dengan keadaan Salu yang belum ada kabar. Iapun segera pergi menuju rumah Salu dengan menggunakan grab selama dua jam. Rumahnya yang berdekatan dengan kampung membuat Mirna harus membayar ongkos yang mahal.
Sesampainya di sana, Mirna tidak menemukan Salu melainkan kondisi rumahnya yang terkunci dengan gembok. Dilihat dari luar kaca jendela, ruang tamu dan isi dalam kosong, sepi. Mirnapun bertanya pada tetangga Salu, mereka terakhir melihat gadis itu pada malam hari. Membawa tas penuh baju, lalu pergi menggunakan kendaraan sepeda motor. Mirna terkejut mendengar sahabatnya pergi tanpa memberi kabar. Sebelumnya ini tidak pernah terjadi. Salu akan selalu memberitahu meskipun ia hanya pulang kampung sehari. Pasti ada yang tidak beres.
Saat keluar dari halaman rumah Salu, sambil menguncinya kembali, tiba-tiba Salu memanggilnya. Mirna langsung mengangkat dan benar saja, Salu sedang berada di kafe tempat biasa mereka nongkrong. Mirna segera kembali memesan mobil untuk mengantarnya ke kafe. Dengan desain klasik dan asap kopi yang melayang membuat pengunjung ingin segera mencicipi kopi. Mirna telah sampai di dalam kafe. Ia tidak melihat Salu. Mirnapun menelpon, dan langsung menuju lantai dua untuk menemuinya. Mirna kembali bingung dengan Salu, yang masih belum terlihat. Ia kembali menelpon, di ujung tepat dekat jendela bergorden kuning muda seorang gadis dengan rambut coklat ke merah-merahan melambaikan tangan seperti memberi aba-aba ke Mirna.
"Salu wajah Lo, ini Lo?" Tanya Mirna bingung. Wajah Salu sangat jauh berbeda dengan Salu sebelumnya. Bukankah, mereka baru bertemu seminggu yang lalu.
"Iya ini gue. Masa Lo enggak kenal sih!"
"Tapi kok beda benget...." Ucap Mirna dengan wajah penuh ekspresi penasaran.
"Iyalah. Cantikkan."
"Inimah bukan cantik lagi woi. Lo udah kayak Barbi. Serius deh. Kok bisa hmmm." Tanya Mirna sambil mengetuk meja dengan kedua tangannya.
"Mau gue kasih tahu ngak?"
"Apaan woi. Bilanglah. Lo liat muke gue kayak seblak begini, kenal tipu gue tahu. Semua udah dilakuin, sampe jual diri juga. Malah muka jadi begini. Kesal banget sumpah. Kalau ketemu aku habisi tu orang. Bangsat"
"Tenang sayang, coba menurut Lo apa yang membuat seseorang tampak cantiiiik banget, dalam waktu singkat?"
"Operasi plastik ya? Gila, dapat duit dari mana Lo?"
"Eh operasi plastik juga ngak dalam hitungan hari, sebulan paling sedikit Lo harus menunggu untuk cantik sempurna, mana gue juga enggak punya uang tahu. "
"Jadi apa. Bilanglah?"
"Susuk." Ucapnya dengan berbisik.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.