Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ruang Dakwah Medis Indonesia

Kebutuhan Aktualisasi Diri pada Kebutuhan Hierarki Maslow dalam Sudut Pandang Keperawatan

Eduaksi | 2024-11-11 22:39:59
Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji ketika memaparkan Aktualisasi diri pada Hierarki Maslow/Foto : Dokpri

Orang memiliki lima hierarki kebutuhan, dari yang paling kuat hingga yang paling lemah. Hierarki ini terdiri dari kebutuhan fisiologis, keselamatan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.

Abraham Maslow, seorang pakar psikologi humanistik, mengembangkan teori kebutuhan yang terdiri dari gagasan hierarki kebutuhan manusia.

Menurut Maslow, kebutuhan dan pencapaian setiap orang selalu meningkat. Di situasi ini, kebutuhan tingkat rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan tingkat tinggi dapat dipenuhi.

Ketika manusia dapat memenuhi empat kebutuhan dasar, yaitu fisiologis, keselamatan, sosial, dan penghargaan, mereka dapat mencapai tingkat paling atas, yaitu aktualisasi diri.

Pengertian Aktualisasi Diri Menurut Abraham Maslow: Abraham Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai puncak kedewasaan dari diri manusia dan merujuk pada proses ketika seseorang menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat dan potensi psikologis yang unik.

Aktualisasi diri, menurut teori Abraham Maslow, adalah proses mencapai semua jenis pencapaian sesuai dengan kemampuan dan potensi seseorang. Dengan kata lain, aktualisasi diri juga dapat disebut sebagai proses "menjadi versi terbaik dari diri sendiri."

Jika manusia memiliki kemampuan untuk mengaktualisasi diri, mereka akan memiliki kehidupan yang lebih baik karena mereka akan dapat memanfaatkan seluruh potensi mereka untuk mencapai berbagai tujuan yang diinginkan.

Seseorang yang tidak bisa membawakan lagu dengan baik, misalnya, meskipun dia ingin menjadi penyanyi. Akhirnya, dengan aktualisasi diri, ia menemukan bahwa dia bisa bermain gitar dan membuat lagu.

Oleh karena itu, aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai upaya untuk memaksimalkan potensi seseorang. Dengan demikian, aspek aktualisasi diri berada di bidang pribadi dan bergantung pada kesadaran individu.

Karakteristik Aktualisasi Diri: Ada banyak hal yang menunjukkan bahwa seseorang telah mampu melakukan aktualisasi diri, menurut Healthline. Berikut adalah beberapa karakteristik aktualisasi diri yang umum diakui oleh para ahli psikologi.

1. Kemandirian

Kehidupan seseorang yang mengaktualisasikan diri tidak lagi bergantung pada lingkungan sosialnya, jadi pendapat orang lain tidak akan berpengaruh. Dengan memanfaatkan sepenuhnya potensi Anda, kepuasan akan apresiasi sudah bisa datang dari dalam diri Anda sendiri.

2. Kreatifitas

Karena kreatifitas bukan hanya kemampuan artistik, beberapa orang memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah dengan cara yang berbeda atau menawarkan perspektif yang berbeda dari orang lain.

Mereka yang mengaktualisasi diri memiliki sifat-sifat berikut: rendah hati, terbuka, fleksibel, berani mengambil resiko, berani mencoba apa pun, dan kreatif.

3. Rasa Keadilan

Seseorang yang meng-aktualisasi diri memiliki rasa belas kasihan dan kepedulian terhadap orang lain. Mereka juga mudah terdorong untuk mencegah dan menentang perilaku tidak etis atau ketidakadilan.

Pelaku aktualisasi diri terbiasa menghormati dan belajar dari semua orang, tanpa memperhatikan kelas sosial, pendidikan, golongan, agama, ras, atau warna kulit. Pandangan ini akan disampaikan kepada semua orang.

4. Penerimaan Diri (Self-Acknowledgement)

Orang yang mengaktualisasi diri lebih cenderung menerima dirinya sendiri tanpa keluhan atau kesusahan. Jika orang yang sehat mengetahui bahwa mereka memiliki kelemahan atau cacat, mereka tidak akan malu atau merasa bersalah karena memilikinya.

Individu pengaktualisasi diri juga menerima orang lain apa adanya dan tidak memiliki keinginan kompulsif untuk mengontrol, mengontrol, atau mengubah orang lain.

Ini karena mereka yang telah mengaktualisasikan diri tidak pernah merasa terancam oleh orang lain karena mereka pemaaf, ramah, dan toleran.

5. Spontanitas

Individu yang mengaktualisasikan diri lebih suka menjalani kehidupan yang bebas dan sederhana, tanpa terikat dengan rutinitas.

Mungkin terasa aman dan mudah untuk mengikuti rutinitas. Meskipun demikian, mereka yang mengaktualisasikan diri akan menantang keinginan mereka dan mencoba hal-hal baru.

Mencoba makanan yang belum pernah dirasakan atau bahkan dipikirkan adalah beberapa contoh perilaku spotanitas.

6. Pengalaman Puncak

Pengalaman puncak menunjukkan euforia, keajaiban, dan kegembiraan yang membuat pengaktualisasi diri tidak takut, cemas, atau dendam. Berhasil mencapai tingkat aktualisasi diri ini membuat seseorang menjadi penuh kasih sayang, responsif, dan spontan.

Orang yang mengaktulisasikan diri menerima penghargaan atau sekadar melakukan hobi yang menyenangkan, seperti mendengarkan musik dan membaca buku, dapat mengalami pengalaman ini.

7. Perasaan Sosial

Alfred Adler menciptakan istilah "Gemeinschaftsgefȕhl", yang menggambarkan minat dan kepedulian sosial serta empati terhadap kesuksesan orang lain.

Individu yang mengaktualisasikan diri sering memberi dukungan dan perhatian kepada orang lain, bahkan kepada orang asing yang baru mereka kenal.

Sebaliknya, mereka juga bisa marah dan muak kepada orang lain. Hanya saja, mereka masih bisa mempertahankan perasaan kasih sayang satu sama lain.

Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji menyampaikan bahwa Aktualisasi Diri pada Hierarki Maslow merupakan kecenderungan kreatif manusia dimana Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri, untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image