Bayi Minum Susu Cair tapi Pup-nya Keras?
Eduaksi | 2024-11-11 21:08:43Bayi masih nyusu tapi susah BAB, itu merupakan hal yang wajar terjadi namun hal ini sangat menganggu kenyamanan bayi. Lingkungan yang bersih terawat serta kasih sayang yang terus diberikan kepada bayi akan membat tumbuh kembang bayi lancar dengan baik. Merawat bayi dengan baik atau buruk akan sangat berpengaruh dengan kesehatan bayi. Banyak sekali penyakit yang dapat diderita bayi yang membuatnya kurang nyaman hingga menangis tanpa henti. Salah satu penyakit yang diderita bayi ialah kontipasi.
Keadaan dimana saat bayi BAB atau Defekasi dengan Frekuensi feses yang sedikit lebih padat dari biasanya itu dinamakan konstipasi. Biasanya bayi akan BAB ketika setelah disusui atau hanya sekali dalam 7-10 hari. Bayi yang disusui formula akan BAB setiap 2-3 hari. Makanan pendamping asi memang baik untuk bayi, akan tetapi waktu pemberiannya sangat mempengaruhi kesehatannya. Bayi dapat diberi makanan pendamping asi ketika umurnya sudah mencapai 6 bulan. Pemberian asi yang terlalu dini dapat menyebabkannya terkena penyakit kontipasi.
Ada beberapa alasan mengapa bayi bisa mengalami konstipasi yang pertama ialah pemberian makanan pendamping ASI sebelum waktunya atau terlalu dini. Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Timur menyebutkan selama tahun 2007 total dari 11.010 bayi yang telah diperiksa, ada 10.071 bayi yang diberi makanan pendamping ASI sebelum usianya menginjak 6 bulan.
Selain itu, pemberian ASI formula mempengaruhi bayi terkena konstipasi. ASI formula menjadi pengganti ASI ekslusif akan tetapi ini sangat mempengaruhi kesehatan bayinya. Tubuh bayi dapat bereaksi buruk dari pemberian ASI Formula. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, menunjukkan 18 bayi dari 61 bayi mengalami konstipasi (29, 5%). Jumlah bayi yang mengalami konstipasi pada bayi yang mengonsumsi ASI Eksklusif sebanyak 5 dari 29 bayi (17, 2%). Bayi yang mengonsumsi susu formula sebanyak 9 dari 20 bayi (45%) dan kombinasi antara susu eksklusif dan susu formula terdapat 4 bayi dari 12 bayi yang mengalami konstipasi (26,5%).
Pola asuh ibu sangat mempengaruhi kesehatan dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi. Sebagai ibu sebaiknya merawat bayinya dengan penuh kehati-hatian dan kasih sayang. Akan tetapi masih banyak ibu-ibu yang kurang menjaga kesehatan bayi mereka, masih banyak yang salah dalam merawat seorang bayi. Hal ini bisa disebabkan karena ibu stress atau sedang dalam Mom Shaming.
Mom shaming ialah keadaan dimana orang lain mencemooh pola asuh ibu yang menurut mereka salah. Menurut survey dari BukaReview pada 208 ibu, 88% ibu pernah mengalami mok Shaming juga lebih dari 90% merasa mom shaming semakin banyak terjadi. Menurut psikologi Vera Itabiliana, S.Psi, M.Psi, tidak semua kritikan dapat disebut mom shaming. Mom shaming harus melalui dua sisi yaitu sisi yang mencemooh dan disisi ibu. Jika kritikan bersifat mengajadi atau menginformasikan yang benar maka tidak bisa dikatakan sebagai mom shaming merkipun cara penyampaiannya menyakiti.
Oleh karena itu, saya Mazicha Cindy sebagai mahasiswa Universitas Airlangga Program Studi Kebidanan berpendapat, Pola asuh ibu sangat memengaruhi bayi dapat terkena kontipasi. Bayi yang terkena kontipasi, mereka akan kurang nyaman dan mudah menangis. Selain itu penyakit ini menyebabkan bayi BAB dengan feses yang lebih sedikit dan padat dari biasanya. Kesehatan mental ibu juga memengaruhi pola asuhnya. Seorang ibu memerlukan bantuan juga kasih sayang dari suami, keluarga terdekatnya hingga lingkungan sekitar. Mari kurangi penyakit kontipasi bayi dengan cara menyanyangi ibu bayi.
REFERENSI :
Raka Lestari. (2021). Survei: 80 Persen Ibu Baru Pernah Mengalami Mom Shaming. https://www.medcom.id/gaya/family/DkqXvJnb-survei-80-persen-ibu-baru-pernah-mengalami-mom-shaming. Diakses pada 4 Oktober 2024
Sherina Sherina, Naomi Esthernita F. Dewanto. (2023). GAMBARAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI 2 – 6 BULAN YANG BELUM MPASI. Jurnal Kesehatan Vol. 4 No. 2 (2023): JUNI 2023. https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jkt/issue/view/279
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.