Cara Gen Z tetap Cuan dengan Investasi Syariah di Tengah Penurunan IHSG
Bisnis | 2024-11-11 17:32:38Dalam seminggu terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengalami penurunan yang membuat banyak investor merasa khawatir. Fluktuasi ini tak hanya dirasakan oleh investor senior, tetapi juga oleh generasi muda, khususnya Gen Z, yang mulai aktif berinvestasi. Namun, bagi Gen Z yang mengutamakan prinsip syari'ah, ada berbagai strategi yang dapat diambil untuk tetap meraih keuntungan yang aman dan berkah di tengah ketidakstabilan pasar.
Investasi dalam hukum syariah bukan sekedar mencari keuntungan. Lebih lanjut, investasi tersebut mengedepankan nilai-nilai moral, bebas dari unsur riba, spekulasi berlebihan dan sektor-sektor yang tidak sesuai dengan prinsip Islam. Jika kondisi IHSG memburuk, prinsip syariah justru berperan sebagai neraca, melindungi investor dari tingginya risiko dan volatilitas yang sering terjadi di sektor spekulatif.
1. Fokus pada Sektor Riil yang Stabil
Salah satu keunggulan dari investasi syari'ah adalah fokusnya pada sektor riil, seperti properti, energi, dan barang konsumsi yang stabil permintaannya. Di tengah penurunan IHSG, saham-saham di sektor ini cenderung lebih tahan terhadap volatilitas. Gen Z dapat memilih emiten yang memiliki fundamental kuat dan tetap memiliki permintaan meskipun kondisi ekonomi melemah.
2. Pilih Produk Syari'ah dengan Risiko Rendah
Di tengah penurunan pasar, risiko investasi biasanya meningkat. Bagi Gen Z yang baru memulai, produk syari'ah dengan risiko rendah seperti reksadana syari'ah pasar uang atau sukuk negara bisa menjadi pilihan. Produk ini menawarkan imbal hasil yang relatif stabil dan berisiko rendah, namun tetap bebas dari unsur riba.
3. Manfaatkan Dollar Cost Averaging (DCA)
Strategi Dollar Cost Averaging (DCA) cocok untuk mengurangi dampak fluktuasi harga. Dengan DCA, investor secara rutin membeli aset dalam jumlah tertentu tanpa memperhatikan fluktuasi harga. Saat IHSG menurun, DCA memungkinkan Gen Z untuk membeli saham atau reksadana syari'ah dengan harga lebih murah, sehingga saat harga kembali naik, nilai investasinya pun ikut meningkat.
4. Pilih Emiten dengan Prinsip ESG (Environment, Social, Governance)
Emiten yang menerapkan prinsip ESG semakin diminati, termasuk di kalangan investor syari'ah. Perusahaan-perusahaan ini tidak hanya memiliki kinerja yang baik, tetapi juga berkomitmen pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Saham emiten berprinsip ESG biasanya lebih stabil karena memiliki basis investor yang lebih loyal dan cenderung menghindari sektor spekulatif.
5. Manfaatkan Momen Penurunan untuk Investasi Jangka Panjang
Penurunan IHSG sebenarnya bisa menjadi peluang bagi investor jangka panjang, termasuk Gen Z yang memiliki waktu investasi lebih panjang. Selama berinvestasi pada aset yang sesuai prinsip syari'ah dan memiliki fundamental kuat, Gen Z bisa memperoleh harga beli yang lebih rendah, yang berpotensi menghasilkan keuntungan signifikan di masa depan.
Di tengah fluktuasi pasar, penting bagi Gen Z untuk tetap konsisten dengan prinsip syari'ah. Hindari investasi di sektor-sektor yang bertentangan dengan syari'ah, seperti alkohol, perjudian, atau yang mengandung unsur riba. Dengan tetap berpegang pada prinsip ini, keuntungan yang diraih diharapkan tidak hanya berlimpah tetapi juga penuh berkah.
Penurunan IHSG bisa menjadi momen bagi Gen Z untuk memperkuat portofolio syari'ah mereka. Dengan strategi yang tepat dan pemahaman tentang prinsip syari'ah, peluang untuk tetap meraih keuntungan di tengah penurunan pasar tetap terbuka lebar. Melalui investasi yang halal, Gen Z tak hanya berinvestasi untuk masa depan keuangan, tetapi juga berusaha meraih kesejahteraan yang selaras dengan nilai-nilai agama.
Tetap tenang, tetap syari'ah, dan tetap optimis!
Hanif, Mahasiswa FEB UIN Jakarta
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.