Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image AchSin

Gerakan Zakat Harus Memupuk Ukhuwah Islamiyah

Filantropi | 2024-11-11 14:39:46
Nana Sudiana (Dok Akademizi)

Oleh: Nana Sudiana (Direktur Akademizi)

Sejumlah elemen gerakan zakat menyadari sepenuhnya kenapa kita harus terus memupuk dan memperkuat ukhuwah Islamiyah kita, sebab ukhuwah-lah kunci kekuatan gerakan zakat. Bila ukhuwah kita lemah, maka amat mudah pihak-pihak yang tak suka umat ini bersatu akan mengadu domba antar elemen gerakan kebaikan di tengah umat ini.

Isu dan provokasi akan terus dihembuskan agar klaim kehebatan dan keunggulan lembaga masing-masing menjadi dominan dan paling segalanya. Elemen-elemen gerakan zakat tentu tak mudah diintimidasi dan dikerdilkan dengan kemunculan beragam kesulitan aturan. Justru bahaya terbesar elemen umat ini adalah dengan mengangkatnya perlahan dan memberinya keistimewaan dan ganjaran lebih dari yang lain.

Ukhuwah sejati mestinya melahirkan cinta yang tulus. Ukhuwah juga membangun ikatan pribadi yang kokoh dan tak mudah goyah oleh godaan apa pun. Ia adalah bangunan maknawi yang mampu menyatukan masyarakat manapun di seluruh dunia. Ia lebih kuat dari bangunan materi, yang suatu saat bisa saja hancur diterpa badai atau ditelan masa. Sedangkan bangunan ukhuwah Islamiyah akan tetap kokoh.

Salah satu gambaran betapa kuatnya sebuah ukhuwah tercipta antara para sahabat Nabiyullah Muhammad SAW ada di penggal kisah sahabat Salman Al Farisi. Ia yang merupakan orang asing di jazirah Arab, ditemani sahabat baiknya, Abu Darda hendak melamar seorang wanita. Singkat cerita, ternyata wanita ini justru memilih Abu Darda sebagai calon suaminya daripada Salman.

Yang luar biasa justru ada di bagian akhir kisah ini. Salman Al Farisi tak sedikitpun kecewa dan justru tabah atas kenyataan ini. Ia justru menawarkan bantuan untuk pernikahan keduanya.

Tanpa perasaan hati yang sakit, ia dengan ikhlas memberikan semua harta benda yang ia siapkan untuk menikahi si wanita itu. Bahkan mahar dan nafkah yang telah dipersiapkan Salman Al Farisi diberikan kepada Abu Darda. Ia juga menyediakan diri menjadi saksi pernikahan sahabatnya itu.

Gambaran tadi mencerminkan ukhuwah yang baik, melahirkan cinta dan kesetiaan yang suci. Ia lahir karena Allah semata dan senantiasa hanya berharap balasan dari Allah SWT. Kalau dalam konteks gerakan zakat, mestinya bila rasa ukhuwah ini ada dalam setiap elemen gerakan zakat, maka tawaran-tawaran dari manapun yang bisa berpotensi mengurangi dan memecah ukhuwah bisa dihindari.

Gerakan zakat Indonesia ini sejatinya rapuh, tak ada yang benar-benar mampu mengikat hati dan raga lembaga yang ada. Ikatan-ikatan yang lahir saat ini lebih pada dorongan dan kesadaran untuk berdiri bersama dan memperbaiki apa yang ada. Sepanjang perasaan tadi belum muncul kuat di sebuah lembaga, bisa jadi peran yang akan diambilnya akan semakin sedikit.

Gerakan zakat Indonesia ini rapuh, sebagaimana pesan Aa Gym di acara CEO LAZ kemarin, bila gerakan zakat ini hanya menyandarkan kekuatannya pada bukan selain Allah, maka ia sejatinya tak berguna bagi umat. Gerakan zakat harus hadir dengan melibatkan Allah dalam seluruh dimensinya. Mustahik dan muzaki, serta amilnya harus didorong lebih dekat dengan Allah SWT.

Allah sehebat-hebat pemberi kekuatan. Allah sesungguhnya juga yang menggerakan seluruh muzaki berzakat. Allah pula yang menyatukan hati para amil untuk bersama-sama bergerak dalam menunaikan amanah kebaikan ini bagi umat dan bangsa.

Hanya amil yang dekat dengan Allah yang hatinya mudah rekat dalam bingkai ukhuwah. Hanya amil yang dekat dengan Allah yang dengan sadar mendorong lembaganya memilih dengan dan untuk apa ia menjalin kerja sama dengan pihak lain. Hanya amil yang tahu esensi ukhuwah dengan baik, ia akan mengambil atau tidak dari setiap peluang yang ada, bagi diri maupun lembaganya.

Setiap amil dan lembaganya bertanggungjawab bukan semata dalam lingkup hukum positif di negeri ini, namun ia juga bertanggungjawab dihadapan Allah SWT. Seluruh ucapan lisan, gerak tulisan, langkah kaki yang kita ayunkan, kata sastrawan Taufik Ismail akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Sementara mulut dikunci membisu, menjadi kelu tak bisa berkelit dan membela diri.

Akhirnya, apa pun pilihan seorang amil dan lembaganya, di hadapan Allah harus kita pertanggungjawabkan, tanpa kecuali. Apapun alasan yang diproduksi mulut dan tulisan tangan kita ketika membela diri, sejatinya tak membantu banyak dihadapan Yang Maha Kuasa. Apa pun alasan yang disusun atas dasar pertimbangan-pertimbangan versi pembelaan diri melakukan sesuatu, tak berguna sama sekali di hadapan Allah Yang Maha Tahu.

"Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” - (QS: At-Taubah: 105).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image