Ujian Nasional (UN) sebagai Evaluasi Sumatif
Edukasi | 2024-11-08 05:19:45Ujian Nasional (UN) adalah bentuk evaluasi sumatif yang diterapkan di berbagai negara untuk menilai pencapaian akademik siswa pada tahap akhir pendidikan. Evaluasi sumatif seperti UN dirancang untuk mengukur hasil pembelajaran pada akhir suatu periode pendidikan dan biasanya berfokus pada pengukuran keterampilan dan pengetahuan siswa dalam bentuk standar yang berlaku secara nasional atau internasional.
Argumentasi Pakar Pendidikan tentang Ujian Nasional sebagai Evaluasi Sumatif dapat dilihat dalam berbagai perspektif sebagai berikut :
1. Mengukur Kompetensi Dasar dan Standarisasi Pendidikan
Banyak pakar pendidikan berpendapat bahwa evaluasi sumatif seperti UN memainkan peran penting dalam mengukur tingkat penguasaan kompetensi dasar siswa secara objektif. Menurut Anderson dan Krathwohl (2001), ujian nasional memberikan standar yang konsisten untuk mengukur keterampilan dasar yang diperlukan, yang memungkinkan perbandingan antara siswa di tingkat nasional. Standarisasi ini diakui penting untuk memantau dan meningkatkan kualitas pendidikan secara sistemik.
2. Menjadi Alat Akuntabilitas Pendidikan
Ujian Nasional dapat berfungsi sebagai alat akuntabilitas yang penting bagi sistem pendidikan, memberikan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya wawasan tentang kinerja sekolah, guru, dan siswa. Shepard (2000) menyatakan bahwa ujian nasional memungkinkan pengawasan atas keberhasilan dan tantangan sistem pendidikan dengan data empiris, yang berguna dalam proses pengambilan kebijakan dan alokasi sumber daya pendidikan. Hal ini juga diterapkan di berbagai negara, seperti Amerika Serikat dengan Standardized Achievement Tests, yang telah lama digunakan untuk menilai kemajuan akademik siswa.
3. Membantu Siswa Mempersiapkan Pendidikan dan Karier di Masa Depan
Ujian Nasional sering kali digunakan sebagai syarat dalam penerimaan perguruan tinggi atau memasuki dunia kerja. Baker (2013) berpendapat bahwa dengan adanya UN, siswa termotivasi untuk mencapai hasil akademik terbaik mereka sehingga dapat bersaing dalam dunia pendidikan dan kerja. Evaluasi ini juga memperkuat keterampilan belajar dan manajemen waktu siswa, yang berperan penting dalam pendidikan lanjutan dan karier mereka.
4. Kritik terhadap Ujian Nasional sebagai Evaluasi Sumatif
Di sisi lain, kritikus seperti Harlen dan Deakin Crick (2002) menunjukkan bahwa UN dapat menghasilkan tekanan berlebihan pada siswa dan guru, yang menyebabkan dampak negatif pada kesehatan mental dan berfokus pada hafalan daripada pemahaman mendalam. UN dinilai bisa mengarahkan guru untuk lebih fokus pada materi ujian dibandingkan pengembangan keterampilan kritis atau keterampilan berpikir tinggi. Hal ini dapat mengurangi efektivitas UN sebagai alat untuk menilai pemahaman siswa secara keseluruhan.
5. Alternatif Pendekatan Formatif dalam Evaluasi Pendidikan
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pendekatan evaluasi formatif dapat lebih efektif dalam mendukung proses belajar, terutama ketika fokusnya pada umpan balik yang mendorong perbaikan berkelanjutan. Black dan Wiliam (1998) berargumen bahwa evaluasi formatif, yang memberikan umpan balik yang langsung dan relevan kepada siswa selama proses belajar, mendorong pemahaman dan keterampilan belajar mandiri secara lebih efektif daripada pendekatan sumatif seperti UN.
Evaluasi sumatif seperti UN memiliki kelebihan dalam memberikan standar kompetensi dasar yang objektif dan alat akuntabilitas pendidikan yang valid. Namun, para pakar pendidikan juga menyoroti dampak negatif dari tekanan yang ditimbulkan UN, serta pentingnya pendekatan evaluasi formatif sebagai alternatif yang mendorong pembelajaran berkelanjutan. Mengintegrasikan pendekatan sumatif dan formatif secara berimbang dapat menciptakan sistem evaluasi yang lebih efektif dan ramah terhadap perkembangan siswa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.