Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khalied Malvino

Biden Ucapkan Selamat ke Trump, Benarkah Transisi akan Lancar?

Update | 2024-11-07 12:17:47
Joe Biden (kiri) dan Donald Trump berpartisipasi dalam Debat Pilpres yang disiarkan CNN di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat (AS) pada 27 Juni 2024. (Getty Images)

Washington, REPUBLIKA.CO.ID - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menelepon Presiden Terpilih Donald Trump pada Rabu (6/11/2024) untuk mengucapkan selamat atas kemenangan di Pilpres AS. Biden berjanji akan mendukung proses transisi yang lancar hingga pelantikan pada Januari 2025.

Dalam pembicaraan tersebut, Biden mengundang Trump bertemu di Gedung Putih dan menginstruksikan stafnya mengatur "tanggal khusus dalam waktu dekat" bagi pertemuan tersebut, menurut keterangan dari Gedung Putih.

"Presiden Biden menyampaikan komitmennya untuk memastikan transisi yang lancar dan menekankan pentingnya bekerja sama guna menyatukan negara," demikian pernyataan resmi Gedung Putih, dikutip Kamis (7/11/2024).

Biden dijadwalkan menyampaikan pidato nasional pada hari ini untuk membahas hasil Pemilu dan proses transisi pemerintahannya ke Trump. Selain itu, Biden juga menghubungi Wakil Presiden Kamala Harris untuk memberikan ucapan selamat atas "kampanye bersejarahnya."

Kamala Harris memberikan pidato pada Rabu (6/11/2024) di Universitas Howard, sebuah universitas riset bersejarah untuk komunitas kulit hitam di ibu kota negara. Ribuan pendukung berkumpul di sana pada Selasa (5/11/2024) malam untuk menyaksikan pidato kemenangan, namun diminta kembali karena Trump memperoleh kemenangan di sejumlah negara bagian kunci.

Trump berhasil meraih lebih dari 270 suara elektoral yang dibutuhkan untuk kembali terpilih pada Rabu (6/11/2024) pagi, dan kini mengumpulkan 292 suara dibandingkan Harris yang memperoleh 224 suara, menurut laporan Associated Press (AP).

"Kami mengatasi tantangan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya," unglap Trump dalam pidato kemenangannya di Florida pada Rabu (6/11/2024) dini hari. "Ini akan menjadi masa keemasan bagi Amerika."

Kemenangan Trump menjadi momen bersejarah dan kembalinya karier politik yang sebelumnya dirundung kontroversi setelah gagal terpilih kembali pada Pilpres AS 2020. Pada Pemilu sebelumnya, Trump sempat mengklaim tanpa bukti ada kecurangan dan berupaya menggugat hasil Pemilu, namun tak membuahkan hasil.

Dia juga mencetak sejarah sebagai mantan presiden pertama yang didakwa dalam kasus pidana negara atau federal dengan empat dakwaan terpisah. Awal 2024, Trump dinyatakan bersalah atas 34 tuduhan pemalsuan catatan bisnis di New York, terkait pembayaran uang tutup mulut kepada bintang film dewasa Stormy Daniels yang mengklaim pernah memiliki hubungan dengan Trump.

Pemilu kali ini juga membawa keuntungan bagi Partai Republik secara keseluruhan. Mereka berhasil merebut kendali Senat AS dari Partai Demokrat dengan perolehan 52 - 43 suara, meskipun beberapa Pemilu masih belum final. Mayoritas hanya membutuhkan 51 suara.

Sementara itu, kendali DPR AS masih belum dipastikan lantaran beberapa hasil Pemilu belum diumumkan. Kini, Partai Republik unggul tipis atas Demokrat dengan perolehan 201 - 181 kursi, dan diperlukan 218 kursi untuk menguasai DPR AS.

Pelantikan Trump untuk masa jabatan keduanya sebagai Presiden AS akan berlangsung pada 20 Januari 2025. Sementara itu, sebagai Wapres AS, Harris dijadwalkan memimpin upacara pengambilan sumpah di Gedung Capitol. (Anadolu)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image