Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Igo Syaiful Ihsan

Hewan dalam Ilmu Kedokteran Manusia: Menjadi Kunci Pemahaman Penyakit dan Inovasi Kesehatan

Riset dan Teknologi | 2024-11-06 07:45:00

Kesehatan menjadi faktor yang penting dalam ekosistem kehidupan alam, terutama manusia. Sejarah mencatat berbagai macam masalah kesehatan dan penyakit menjadi ancaman bagi kelangsungan kehidupan manusia. Dampak yang ditimbulkan dari masalah kesehatan dan penyakit menjadi sangat serius ketika memakan korban dalam jumlah yang tidak sedikit sehingga terjadi perubahan yang significant terhadap populasi, ekonomi hingga tatanan sosial dan kebudayaan. Salah satu penyebab mengapa masalah kesehatan dan penyakit sulit ditangani adalah karena rendahnya pemahaman terhadap ilmu pengetahuan.

Para pemikir dan filusuf terdahulu memecahkan permasalahannya melalui cara berpikir kritis sehingga mereka mampu mendefinisikan masalah kesehatan dan penyakit, kemudian menentukan langkah penanganan serta pengobatannya. Hippocrates of Kos (460-377 Before Common Era, BCE) dijuluki sebagai bapak kedokteran karena mampu melakukan observasi gejala klinis dan menarik kesimpulan yang rasional serta tidak bergantung pada hal gaib atau mistis. Masyarakat kuno seperti Mesir, Yunani, Roma, Mesopotamia, India, Cina, dan yang lainnya, juga telah mempraktekkan dan mengembangkan ilmu kedokteran. Ilmu kedokteran terus mengalami perkembangan dan perbaruan pada era kekaisaran Bizantium (400-1453 CE), kedokteran Islam (750–1258 CE), Eropa (1200-1400 CE), era modern(1500 CE) dan post era modern (1700 CE). Setelahnya, ilmu kedokteran berkembang pesat sampai saat ini.

Kegiatan obervasi dan penelitian menjadi tonggak terpenting dan cara untuk mencari jawaban dari masalah kesehatan dan penyakit. Para cendekiawan berlomba untuk mencari jawaban dengan melakukan berbagai macam penelitian. Hal ini dilakukan untuk memahami penyakit manusia lebih baik lagi, mulai dari mekanisme dan patologis penyakit, menemukan potensial terapi baru hingga respon biologis komplek yang ditimbulkan. Pada zaman dahulu, manusia sempat menjadi bahan objek eksperimen dan penelitian tertentu dimana sebagai manusia yang memiliki moral, hal ini menjadi tidak beretika dan menimbulkan pertentangan.

Pemanfaatan hewan sebagai objek penelitian adalah solusi alternatif yang digunakan dalam mengembangkan ilmu kedokteran karena pada dasarnya strukntur fisik dan komponen dalam tubuh antara hewan dan manusia adalah sama, sehingga respon biologis yang ditimbulkan juga memiliki kemiripan. Terdapat banyak terobosan medis yang telah berhasil menyelamatkan manusia dengan memanfaatkan hewan sebagai objek eksperimen. Model penyakit hewan merujuk pada spesies hewan yang digunakan untuk mempelajari penyakit yang juga menyerang manusia. Hewan-hewan ini dapat berupa tikus, mencit, babi, primata, atau bahkan ikan, tergantung pada jenis penyakit yang sedang diteliti. Keuntungan utama dari model ini adalah kesamaan genetik dan fisiologis antara hewan dan manusia, yang memungkinkan peneliti memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai penyakit tertentu.

Foto 1. Hasil X-Ray pada tikus dalam penelitian pengujian bahan implant tulang. Dokumentasi pribadi.

Penyakit malaria menjadi salah satu penyakit yang memanfaatkan hewan rodensia dalam melakukan penelitian dan pengembangan pengobatannya. Kombinasi Chloroquine dan Artemisinin-based merupakan pengobatan dan pencegahan yang efektif pada berbagai strain malaria. Hewan rodensia menjadi hewan model untuk studi komparasi pengobatan, resistensi obat, dan menelusur progresi parasit dalam tubuh rodensia. Kejadian resistensi menjadi tantangan untuk menemukan formulasi obat baru yang memungkinkan dipakai dalam jangka waktu yang lama dan efekasi yang lebih bagus. Pencegahan malaria juga bisa melalui konsep vaksin melalui penelitian respon imun menggunakan jenis hewan rodensia dan non-human primate. Jika penelitian pada hewan berhasil, maka pengujian akan dilanjutkan ke tahapan selanjutnya hingga uji klinis pada manusia.

Konsep vaksinasi memang sudah ada sejak lama, namun penelitian dan pengembangan vaksin pertama di dunia diawali pada hewan sapi. Pada tahun 1796, Edward Jenner menyuntikkan anak berusia 8 tahun, James Phipps, dengan menyuntikkan bahan yang diambil dari tangan seorang pemerah susu yang menderita luka cacar sapi. Meskipun mengalami reaksi sakit selama beberapa hari, Phipps akhirnya pulih sepenuhnya. Kemudian, Phipps kembali disuntikkan dengan bahan dari luka manusia yang mendertia smallpox. Phipps menunjukkan kondisi yang sehat dan menjadi orang pertama yang divaksinasi smallpox. Maka dari itu, kata “Vaksin/ Vaccine” diambil dari bahasa Latin sapi yakni “Vacca”.

Penyakit diabetes termasuk dalam Non-Communicable Disease (NCD) atau penyakit tidak menular yang menyebabkan jumlah kematian yang tinggi di seluruh dunia. Penelitian mengenai penyakit ini masih terus berlanjut hingga sekarang dan masih menggunakan hewan model anjing dan mencit. Penemuan insulin tidak lepas dari peran anjing, kelinci dan babi sebagai objek hewan modelnya. Sekarang ini, penelitian menggunakan mencit menunjukkan hasil yang berpotensi untuk mengobati penyakit ini. Pemanfaatan teknologi terbaru seperti terapi seluler, stem cell, atau terapi gen, telah berhasil membuat sel baru yang menghasilkan insulin dan hal ini menjadi Langkah awal untuk terapi pada diabetes tipe 1 dan 2.

Terdapat banyak sekali penelitian dan pengembangan keilmuan yang menggunakan hewan model sebagai bahan komparasi. Hal tersebut terus berkembang sangat pesat dan menghasilkan kemajuan dan inovasi terbaru dalam bidang ilmu kesehatan, kedokteran, dan farmasi. Penelitian vaksin polio telah menggunakan berbagai macam hewan model seperti monyet dan tikus. Penelitian yang berkaitan dengan penyakit infeksius seperti tuberculosis, malaria, flu, polio, ataupun penyakit seperti kanker, alzheimer, parkinson, transplantasi organ, pengujian bahan implant, penyakit degenerasi, masih memerlukan kontribusi hewan model untuk pengembangan potrensial terapi lainnya. Kita bisa melihat seberapa besar jasa hewan dalam pencapaian penelitian dan pengujian yang menyelamatkan jiwa serta meningkatkan kualitas hidup manusia.

Maka dari itu, Universitas sebagai lembaga keilmuan tertinggi dan pemerintah membentuk suatu komite etik hewan untuk meregulasi penggunaan hewan model dalam setiap penelitian yang menggunakan hewan model. Tindakan ini memang sepatutnya diatur agar kita sebagai manusia bisa memperlakukan hewan sebagaimana mestinya dan juga untuk melindungi kesejahteraan hewan itu sendiri. Pemahaman terkait penggunaan hewan model dalam penelitian harus selalu disebarluaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman dan juga diberikan ke dalam kurikulum pembelajaran. Tindakan seperti pembuatan produk hukum berupa peraturan perundangan kesejahteraan hewan, sanksi, modul, buku panduan, dan fasilitas penunjang pemeliharaan hewan model menjadi tindakan nyata kita sebagai manusia mempertanggungjawabkan moralitas dan etika dalam berilmu.

Lantas, apakah penelitian yang telah berhasil pada hewan coba, bisa dikatakan aman dan bisa diterapkan pada manusia? Bagaimana langkah penentuan dan validasinya?

Referensi

A Brief History of Vaccination. Online at https://www.who.int/news-room/spotlight/history-of-vaccination/a-brief-history-of-vaccination, access at 4 November 2024.

Domínguez-Oliva, A.; Hernández-Ávalos, I.; Martínez-Burnes, J.; Olmos-Hernández, A.; Verduzco-Mendoza, A.; Mota-Rojas, D. (2023).The Importance of Animal Models in Biomedical Research: Current Insights and Applications. Animals, 13, 1223. https://doi.org/10.3390/ani13071223

Foundation for Biomedical Research. Online at https://fbresearch.org/medical-advances/animal-research-achievements, access at 5 November 2024.

Mukherjee, P., Roy, S., Ghosh, D. et al. (2022). Role of animal models in biomedical research: a review. Lab Anim Res 38, 18. https://doi.org/10.1186/s42826-022-00128-1

Paterson, G. R., Neilson, J. B., & Roland, C. G. (1982). History of medicine. Canadian Medical Association journal, 127(10), 948.

Sejarah Vaksinasi Cacar. Online at https://artsandculture.google.com/story/qAURxyAnf5tcXg, access at 5 November 2024.

Wang W, Li Y, Lin K, Wang X, Tu Y,Zhuo Z. (2023). Progress in building clinically relevant patient-derived tumor xenograft models for cancer research. AnimModels Exp Med. 2023;6:381-398. doi:10.1002/ame2.12349

William Bynum. (2008). The History of Medicine: A Very Short Introduction. Oxford University Press Inc., New York. United States.

Zuskin, E., Lipozencić, J., Pucarin-Cvetković, J., Mustajbegović, J., Schachter, N., Mucić-Pucić, B., & Neralić-Meniga, I. (2008). Ancient medicine-a review. Acta dermatovenerologica Croatica : ADC, 16(3), 149–157.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image