Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zeinlyforyou

Ku Tunggu Kalian Pulang

Sastra | 2024-10-31 14:20:56

Mentari sore menyinari halaman rumah Pak Harto, menerangi wajah-wajah yang terukir kerut-kerut penat. Pak Harto, seorang pensiunan guru, duduk di teras, matanya yang tak lagi hitam pekat menatap kosong ke arah taman yang mulai layu. Di sampingnya, Bu Harti, istrinya, sibuk menjahit baju untuk cucu tersayang mereka yang akan datang. Suasana hening, hanya diiringi suara mesin jahit dan kicauan burung.

"Harto, kau kenapa? Sejak pagi kau melamun terus," tanya Bu Harti, suaranya lembut.

Pak Harto menghela napas sangat dalam. "Aku hanya memikirkan anak-anak kita, Tini. Mereka semua sibuk dengan hidupnya masing-masing, jarang sekali pulang aku sangat merindukan wajah,suara dan candaan mereka."

Bu Harti meletakkan jahitannya, menatap suaminya dengan mata sendu. "Mereka memang sibuk, Harto. Tapi mereka tetap menyayangi kita. Lihat, mereka selalu menelepon kita setiap minggu."

"Ya, tapi itu hanya telepon, Tini. Aku ingin mereka datang, duduk bersama kita, bercerita tentang hidup mereka. Aku ingin merasakan kehangatan keluarga lagi," kata Pak Harto, suaranya bergetar menahan tangisan.

Bu Harti mengusap tangan suaminya. "Sabar, Harto. Nanti mereka pasti akan datang menemui kita, mereka masih sangat sayang dengan kita. Kita tunggu saja kedatagan mereka."

Namun, hari-hari berganti, minggu berganti bulan, anak-anak Pak Harto tetap jarang pulang. Mereka sibuk dengan pekerjaan, keluarga, dan kehidupan masing-masing. Pak Harto semakin murung, hatinya dipenuhi rasa kesepian dan kekecewaan terhadap anak-anaknya.

Suatu hari, Pak Harto menerima telepon dari anak sulungnya, Rini. Rini memberitahu bahwa dia akan pulang bersama suaminya dan anak-anaknya untuk merayakan ulang tahun pernikahan Pak Harto dan Bu Harti. Pak Harto yang mendengar hal tersebut sangat gembira, hatinya kembali berbunga bak taman bunga bermekaran dimusim semi.

Hari itu, rumah Pak Harto dipenuhi dengan tawa dan canda. Rini dan keluarganya datang dengan membawa banyak makanan dan hadiah untuk pak Harto dan ibu Harti. Mereka bercerita tentang kehidupan mereka, membuat Pak Harto dan Bu Harto merasa bahagia dengan mendengar cerita mereka.

Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Saat Rini dan keluarganya akan pulang, Pak Harto merasakan sesak di dadanya. Dia kehilangan kesadaran dan jatuh pingsan.

"AYAH!" teriak Rini, takut dan panik.

Bu Harti langsung menelepon ambulan. Pak Harto dilarikan ke rumah sakit. Dokter mengatakan bahwa Pak Harto mengalami serangan jantung. Mendengar itu keluarga pak harto menjadi sedih

Di rumah sakit, anak-anak Pak Harto bergantian datang untuk menjaga ayahnya. Mereka bercerita tentang masa kecil mereka, tentang kenangan indah saat hidup bersama Pak Harto. Mereka berjanji untuk lebih sering pulang, untuk menghabiskan waktu bersama orang tua yang mereka sayangi.

Namun, takdir berkata lain. Setelah beberapa hari dirawat, kondisi Pak Harto semakin memburuk hal ini membuat pak haro harus kehilangan nyawanya. Dia meninggal dunia dengan tenang, dikelilingi oleh anak-anak dan istrinya dihelaan nafas terakhirnya.

Kepergian Pak Harto meninggalkan duka mendalam bagi keluarga. Anak-anaknya menyesal karena tidak bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama ayahnya. Mereka baru menyadari betapa berharganya waktu yang mereka miliki bersama orang tuanya.

Bu Harti, yang selama ini tegar, akhirnya menangis sejadi-jadinya. Dia meratapi kepergian suaminya, orang yang telah menemaninya, Hidup bersamanya selama puluhan tahun.

Anak-anak Pak Harto berpelukan, saling menghibur. Mereka berjanji untuk saling menjaga satu sama lain, untuk selalu mengingat pesan-pesan ayahnya.

"Ayah selalu mengajarkan kita untuk saling menyayangi, untuk selalu menjaga keluarga," kata Rini, suaranya bergetar.

"Giliran ayah udah gak ada baru aja kepikiran dulu dulu pas ayah masih hidup pernah gak kalian berfikir kalo ayah itu rindu sama kita" sahut adiknya, Budi.

“Sudah budi jangan menambah kesedihan” sahut ibu

Setelah pemakaman Pak Harto, anak-anaknya kembali ke kehidupan masing-masing. Namun, mereka selalu mengingat pesan ayahnya. Mereka lebih sering pulang, lebih sering menelepon orang tua mereka, dan lebih seringgi menghabiskan waktu bersama keluarga.

Mereka menyadari bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga hal yang dapat digantikan oleh apapun itu. Mereka tidak ingin kehilangan orang yang mereka cintai seperti yang telah terjadi pada Pak Harto. Yang harus pergi meninggalkan mereka karena kesepian, mereka ingin saling menemani sampai hari akhir tiba.

Suatu hari, Rini pulang kerumah ibunya dia ingin bertemu sang ibu. Dia membawa banyak makanan dan minuman. Dia ingin menemani ibunya.

"Ibu, Rini akan tinggal di sini beberapa hari. Rini ingin menemani Ibu, biar ibh tidak kesepian ya " kata Rini.

Bu Harti tersenyum. "Terima kasih, Sayang, ibu sekali senang Rini datang."

Rini membantu Bu Harti membersihkan rumah, memasak, dan bercerita tentang kehidupan mereka. Mereka tertawa bersama, berbagi cerita, dan saling menghibur.

Bu Harti merasa bahagia. Dia merasa bahwa Pak Harto masih ada di dekatnya, melalui anak-anaknya. Dia merasa bahwa keluarga mereka masih utuh, meskipun Pak Harto telah tiada.

"Harto, aku tahu kamu bahagia melihat anak-anak kita, lihat aku disini harto aku masih bisa merasakan kehadiranmu disini disisiku bersama anak dan cucu kita, doakan kami selalu harto awasi kami diatas sana" lirih Bu Harto, matanya berkaca-kaca.

Dia mencium foto Pak Harto yang terpajang di dinding. Dia merasa bahwa Pak Harto selalu ada di hatinya, selalu ada dan mengawasi dirinya, anak dan cucu nya di dalam keluarga mereka.

Sejak saat itu, anak-anak Pak Harto lebih sering pulang. Mereka selalu meluangkan waktu untuk orang tua mereka, untuk keluarga mereka. Mereka menyadari bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga, harta yang tidak ternilai harganya.

“Ibu senang sekali kalian rutin kesini, semenjak bapak kalian si harto itu meninggalkan ibu sdirumah ini sendirian ibu merasa kesepian setiap harinya, untungnya kalian sering menjenguk ibu dan merawat ibu disini” kata bu harti kepada anak anak nya

“Iya bu, kami bakal lebih sering kesini sambil bawa cucu cucu ibu biar mereka lebih tau neneknya” kata rini sambil tertawa dan tersenyum

“Mana cucu nenek coba sini peluk nenek dulu nenek kangen banget sama kaian” kata bu harti

Mereka belajar dari kepergian Pak Harto, bahwa waktu bersama keluarga adalah waktu yang paling berharga. Mereka tidak ingin kehilangan waktu lagi, mereka ingin selalu bersama keluarga, saling menyayangi, dan saling menjaga.

Mereka akhirnya mengerti keinganan ayahnya untuk menyatukan keluarga yang tlah lama terpisah karena hidup nya masing masing.

Dan di halaman rumah Pak Harto, mentari sore kembali menyinari wajah-wajah yang terukir kerut-kerut penat. Namun, kali ini, wajah-wajah itu dipenuhi dengan senyum bahagia. Senyum bahagia karena mereka telah menemukan kembali arti keluarga, arti kebersamaan, dan arti cinta. Keluarga adalah segalanya untuk cinta dan kotornya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image