Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Indah Kartika Sari

Mahasiswa Bahagia Dan Sejahtera Hanya Dengan Islam

Agama | 2024-10-30 21:35:50
Oleh Indah Kartika Sari, SP (Penulis Ideologis)

Lagi, kasus bunuh diri terjadi di Bengkulu. Kali ini menimpa seorang mahasiswa salah satu Perguruan Tinggi swasta di Kota Bengkulu. Mahasiswa ini ditemukan tewas gantung diri di kamar rumahnya di Kelurahan Bentiring, Kecamatan Muara Bangkahulu, pada Sabtu (26/10/2024) dini hari. Disinyalir penyebab tindakan bunuh diri akibat sering terkendala dalam pembayaran uang kuliah selama berkuliah dari semester 1 hingga 4 dan selalu membuat surat perjanjian sebelum mengikuti ujian akhir.

Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) melaporkan periode Januari–Agustus 2024 setidaknya polisi menangani 849 kejadian bunuh diri. Ini artinya, satu hari terdapat hampir 4 empat kejadian bunuh diri. Dari data tersebut sebagian besar korban bunuh diri berusia 26-45 tahun (30,9%). Sementara bunuh diri yang dilakukan usia 17-25 tahun ditemukan sebanyak 75 kasus atau setara 8,8%. Kasus tiga mahasiswa bunuh diri dengan usia 17-25 tahun dalam satu pekan terakhir melampaui angka rata-rata dari kepolisian.

Menurut psikolog dari Universitas Indonesia, Dyah T. Indirasari, mahasiswa memiliki kecenderungan emosi negatif yang tinggi sehingga rentan terhadap kecemasan, depresi, dan rasa stress yang dapat mengganggu kesehatan mentalnya.

BBC News Indonesia berbincang dengan sejumlah mahasiswa yang pernah berpikir untuk melakukan bunuh diri. Sejumlah hal yang memicu mereka stress adalah jauh dari keluarga (mahasiswa rantau), tuntutan segera menyelesaikan studi dengan nilai tinggi, finansial, tugas individu kuliah, merasa tertinggal dengan teman sekelas, kampus dengan ruang publik yang minim dan lain-lain.

Banyaknya gangguan kesehatan mental sejatinya tidak bisa dilepaskan dari paradigma kehidupan sekuler yang melingkupi mahasiswa. Sistem pendidikan sekuler telah gagal membentuk kepribadian generasi muda yang memiliki keimanan kuat, mental yang sehat, serta visi hidup yang jelas. Kebanyakan mahasiswa tidak mengenal tujuan hakiki kehidupannya di dunia. Ukuran kebahagiaan dan kesuksesan hanya diukur dengan sekadar meraih sebanyak-banyaknya materi dan kesenangan dunia.

Apalagi seiring laju digitalisasi, mahasiswa banyak terpengaruh oleh gaya hidup FOMO. FOMO adalah singkatan dari Fear of Missing Out, yang merujuk pada rasa takut akan kehilangan sesuatu yang tengah tren atau populer. Mereka yang mengalami FOMO biasanya merasa cemas dan khawatir karena tidak terlibat dalam berbagai aktivitas atau pengalaman yang dianggap penting. Rasa takut ini dapat membuat seseorang merasa bahwa orang lain menjalani hidup yang lebih baik atau mengalami hal-hal yang lebih menarik dibandingkan diri mereka. Contoh konkret dari FOMO antara lain mengikuti semua tren di media sosial dan terburu-buru untuk membeli barang terbaru agar tidak tertinggal oleh teman-teman. Ketika hal itu tidak tercapai, muncul kecemasan, stres, depresi, dan sejenisnya yang memicu seseorang berniat bunuh diri.

Ditambah lagi, masalah ekonomi kerap menjadi pemicu seseorang bunuh diri. Sistem sekuler kapitalisme telah menjadikan dunia Pendidikan sebagai ajang bisnis. Akibatnya biaya UKT mahal. Inilah yang mendorong mahasiswa nekat melakukan pinjol, judol, atau tindak kriminal lainnya. Sudah banyak kasus bunuh diri mahasiswa karena terjebak pinjol dan judol. Belum lagi sistem sekuler menciptakan kehidupan serba bebas pada generasi muda. Pacaran hingga zina membudaya, lalu muncul masalah gangguan mental, dan ujungnya bunuh diri menjadi solusi keluar dari masalah.

Begitu banyak masalah yang menimpa mahasiswa ketika sistem sekuler kapitalisme melingkupi mereka. Sistem inilah yang menjadikan kehidupan mereka jauh dari kata bahagia dan sejahtera. Kondisi ini jauh berbeda tatkala sistem Islam diterapkan. Penerapan sistem Islam kaffah dalam naungan negara Khilafah telah berhasil mewujudkan mahasiswa yang berkepribadian Islam, cerdas, mulia, bahagia dan sejahtera. Bagaimana gambarannya?

Pada masa Khilafah Islam, banyak lahir generasi unggul yang berkarakter pemimpin. Generasi ini dididik dengan sistem pendidikan dengan basis aqidah Islam sehingga memiliki keimanan yang kuat dan keterikatan kepada syariat. Negara merupakan pihak yang bertanggung jawab secara langsung untuk berjalannya sistem pendidikan Islam mulai dari kurikulum, tenaga pengajar hingga sarana prasarananya.

Sistem pendidikan yang baik ini ditopang dengan diterapkannya politik ekonomi Islam. Sebab untuk mewujudkan generasi berkualitas membutuhkan anggaran pendidikan yang besar, seperti membangun sarana dan fasilitas pendidikan yang merata di seluruh wilayah dan memberi gaji para guru serta tenaga pendidik secara layak.

Pembiayaan pendidikan diperoleh dari pos fai dan kharaj, seperti ganimah, khumus, jizyah, dan dharibah (pajak) dan pos pengelolaan sumber daya alam, seperti tambang, hutan, laut, dan sebagainya. Pada masa Islam, banyak orang-orang kaya turut berkontribusi dalam pendidikan, seperti menyumbangkan sebagian hartanya untuk wakaf atau membangun lembaga pendidikan secara mandiri dengan tetap berbasis pada kurikulum negara, yaitu akidah Islam. Sebut saja Fatimah al-Fihri, seorang perempuan kaya pendiri Universitas Qarawiyyin di Maroko yang memfasilitasi masyarakat mengenyam pendidikan di sana.

Dengan sistem pembiayaan yang berbasis pelayanan rakyat, maka negara menetapkan kebijakan pendidikan gratis untuk semua peserta didik. Dengan kebijakan ini, beban dan masalah seputar biaya pendidikan tidak akan terjadi sehingga tidak akan ditemukan kasus bunuh diri mahasiswa atau pelajar karena masalah ekonomi. Pendidikan gratis untuk semua peserta didik juga akan mendorong mahasiswa semangat menempuh pendidikan tinggi sesuai minat dan kemampuan masing-masing individu. Mereka bisa menjadi ulama sekaligus ilmuwan ataupun ilmuwan yang cakap dalam agama.

Tidak lupa negara melakukan pembinaan Islam secara komunal. Suasana iman akan lebih terasa dalam kehidupan masyarakat karena negara membangun sistem pergaulan yang berlandaskan Islam. Pintu-pintu maksiat akan ditutup rapat. Negara menerapkan sanksi yang membuat jera para pelaku maksiat.

Dengan penerapan sistem Islam yang menyeluruh, generasi muda akan hidup bahagia, mulia dan sejahtera dengan syariat Islam kaffah terhindar dari kerusakan yang muncul akibat sistem sekuler kapitalisme. Mari kita songsong tegaknya kembali sistem Islam dalam naungan Khilafah.

Bahan Bacaan:

Mahasiswa UMB Bengkulu Bunuh Diri, Dosen Ungkap Faktanya Semasa Kuliah - Tribunbengkulu.com

Kasus bunuh diri mahasiswa – Mengapa banyak anak-anak muda rentan mengakhiri hidup? - BBC News Indonesia

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image