Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image siti suryani

Mewaspadai Persepsi Kesalehan Ala Moderasi Beragama

Agama | 2024-10-22 05:25:38

Beberapa waktu yang lalu menteri agama Republik Indonesia, Yaqut Qoumas memberikan penjelasan bahwa adanya peningkatan dalam kerukunan umat beragama. Hal ini seakan sebuah kebaikan ditengah banyaknya kabar yang mengatakan bahwa sering terjadi perselisihan karena minimnya rasa toleransi antar umat beragama.

Menurut Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, bahwa indeks kerukunan umat beragama dan kesalehan sosial secara nasional mengalami peningkatan dalam penguatan kerukunan antar umat beraga.dibandingkan 2023. Penguatan kerukunan antar umat beragama akan terus dilakukan melalui moderasi beragama. Dikatakan bahwa indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) meningkat dari 76,02 pada tahun 2023 menjadi 76,47 pada tahun 2024.

Indeks kesalehan sosial yang dimaksud diukur melalui lima dimensi yakni kepedulian sosial, relasi antar manusia, menjaga etika, melestarikan lingkungan, serta relasi dengan negara dan pemerintah. Data tentang indeks kesalehan sosial ini diperoleh dari Badan Litbang dan Diklat Kemenag, melalui survei yang dilakukan di beberapa kota dengan populasi pemeluk agama, termasuk Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. (Kompas,10/10/2024)

Adanya indeks kesalehan diukur berdasarkan survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga, dengan menentukan beberapa kriteria yang dijadikan ukuran sebagai syarat kesalehan. Kriteria kesalehan yang ditentukan tersebut tidak sejalan dengan makna saleh yang selama ini dipahami yang mengacu pada pandangan agama Islam, bahwasanya makna saleh adalah ketaatan kepada perintah dan menjauhi larangan Alloh SWT.

Selain itu saleh dilekatkan dengan kata sosial, seolah makna saleh diperuntukan kepada semua umat tanpa melihat agama yang dianut. Hal ini mengarah pada moderasi agama, karena yang standar penentuan kesalehan adalah parameter-parameter moderasi. Karakter kesalehan yang ingin ditampakan adalah saleh berdasarkan pada pemahaman barat, yakni beragama sesuai yang diinginkan barat menjadi muslim moderat yang menerima segala perbedaan, tidak ekstrim dan tidak fanatik terhadap ajaran agama sendiri.

Faktanya moderasi merupakan proyek barat untuk deideologi islam yakni adanya upaya untuk menghentikan penyebaran dan pemahaman suatu ideologi, khususnya islam kaffah. Hal ini sengaja diberlakukan disetiap negeri kaum muslim untuk menghindari kebangkitan Islam. Agenda moderasi ini kian menjauhkan kaum muslim dari ajaran Islam sehingga akan dianganggap aneh, bertentangan dan berbahaya jika ada muslim yang melaksanakan ajaran Islam dan berusaha menerapkan Islam dalam kehidupan.

Toleransi Dan Kesalehan Dalam Islam

Islam sudah mengajarkan bagaimana bersikap toleransi terhadap umat lain tanpa harus masuk, merusak atau mengganggu keyakinan umat lain. Toleransi yang langsung Alloh perintahkan termaktub dalam firmannya :

قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ ١ لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ ٢ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٣ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ ٤ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٥ لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ

“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku”. [al-Kafiruun/109 : 1-6].

Dalam Islam pemahaman saleh juga dikembalikan pada pengertian syara, dimana orang saleh adalah muslim yang beriman yang melakukan amal saleh atas dorongan keyakinan bahwa apa yang dilakukanya adalah perintah atau larangan dari Alloh SWT yang dilakukan dengan ikhlas.

Standar atau tolok ukur dari kesalehan, yakni iman dan amal yang sesuai dengan syariat serta mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rosululloh SAW. Islam mengatur bagaimana menjalankan hubungan dengan Alloh, dengan diri sendiri dan hubungan dengan sesama manusia. Apabila seorang muslim hanya menjalankan hablumminallah, tetapi tidak menjalankan hablumminannas atau sebaliknya maka ia tidak bisa dikatakan saleh.

Maka dalam pandangan Islam, kesalehan sosial bukan hanya pada aspek hablumminannas yang terpisah hablumminallah dan hablumminanafs. Kesalehan sosial justru harus nampak bagaimana keberadaannya dia sebagai bagian dari masyarakat, sebagai kontrol sosial atas berbagai pelanggaran aturan agama yang dilakukan individu lain, dengan menjalankan amar makruf nahi mungkar di antara anggota masyarakat, juga melakukan muhasabah atau koreksi kepada penguasa, serta menegakkan hukum-hukum Allah secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image