Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yashinta Daniela Florentina Palapia

Telerobotic Surgery: Membuka Era Baru Operasi Medis Tanpa Batas Geografis

Lainnnya | 2024-10-21 19:59:38

Dalam era modern ini, teknologi telah berperan sebagai senjata utama dalam merevolusi berbagai industri, termasuk kedokteran. Salah satu inovasi canggih yang mulai digunakan dalam bidang medis adalah telesurgery, yang juga dikenal sebagai operasi bedah jarak jauh menggunakan robot. Dengan teknologi ini, dokter dapat melakukan operasi kompleks dengan tingkat presisi yang tinggi meskipun berada di lokasi yang jauh dari pasien (BRIN, 2023). Artikel ini akan membahas tentang telesurgery, manfaatnya dalam meningkatkan akses layanan kesehatan secara global, serta tantangan yang masih dihadapi dalam implementasinya

Operasi telesurgery adalah proses bedah yang dilakukan secara remote menggunakan sistem robotik dan jaringan nirkabel. Sistem ini terintegrasi dengan robotic arm (lengan robot) dan surgeon’s console (alat pusat kendali), yang dioperasikan langsung oleh dokter bedah. Robotic arm ini didukung oleh fiber optik dan internet 5G, yang memungkinkan transmisi data secara real-time tanpa delay signifikan, bahkan pada jarak yang sangat jauh. Dalam konteks ini, telesurgery menawarkan berbagai manfaat signifikan dalam dunia kedokteran modern (Karolin & Mardijono, 2024).

Salah satu manfaat utama dari telesurgery adalah peningkatan presisi operasi. Dengan teknologi robotik, gerakan menjadi stabil dan presisi, yang secara signifikan mengurangi risiko kesalahan manusia. Selain itu, telesurgery dapat meminimalisir risiko infeksi, yang sering kali terkait dengan operasi bedah tradisional. Melalui minimalisasi intervensi fisik, prosedur ini mengurangi kemungkinan kontaminasi. Dengan telesurgery, pasien juga tidak perlu menempuh jarak jauh untuk menjalani transplantasi organ, yang membantu meminimalisir stres dan komplikasi. Lebih dari itu, teknologi ini mendukung kolaborasi dokter dari berbagai spesialisitas secara simultan, yang pada gilirannya meningkatkan efektivitas diagnosis dan pengobatan (Karolin & Mardijono, 2024).

Beberapa contoh aplikasi telesurgery mencakup berbagai jenis operasi, termasuk bedah toraks, bedah saluran cerna, dan bedah urologi. Dalam bedah toraks, misalnya, teknologi robotik digunakan untuk melakukan operasi thoracic dengan presisi tinggi. Untuk bedah saluran cerna, instrumen robotik yang fleksibel memfasilitasi prosedur gastrointestinal, sedangkan dalam bedah urologi, telesurgery dapat digunakan dalam operasi prostatektomi radikal dan nefrectomi laparoskopik radikal, yang meningkatkan akurasi dan stabilitas operasi (Karolin & Mardijono, 2024) (Liputan6, 2024).

Walaupun teknologi telesurgery telah mengalami kemajuan pesat, masih terdapat beberapa regulasi yang perlu diselesaikan agar praktik ini dapat berlangsung dengan efektif. Di Indonesia, belum ada peraturan khusus yang mengatur praktik telesurgery, sehingga dibutuhkan edukasi dan regulasi yang jelas untuk menghindari ketidakpastian hukum. Biaya pengadaan alat dan infrastruktur jaringan 5G juga menjadi perhatian, mengingat jumlah yang cukup besar diperlukan untuk implementasi luas (Karolin & Mardijono, 2024) (Liputan6, 2024).

Proses telesurgery melibatkan beberapa tahap utama. Pertama, dokter bedah mempersiapkan rencana operasi dan memilih pasien yang tepat untuk dilakukan via telesurgery. Selanjutnya, dokter bedah mengendalikan robotic arm melalui surgeon's console, sambil melihat visual 3D dari laparoscope yang dipasang di tubuh pasien. Dalam tahap eksekusi operasi, dokter melakukan manipulasi robotik untuk melaksanakan prosedur, sementara komunikasi real-time terjalin antara operator dan robot bedah (BRIN, 2023).

Telesurgery pada awalnya dikembangkan oleh NATO untuk mendukung operasi medis militer. Phil Green menciptakan sistem pertama yang terdiri dari dua kamera dan sebuah telerobot yang dipasang di meja bedah militer. Sistem ini memungkinkan dokter untuk mengontrol robot bedah dari lokasi yang jauh, merevolusi cara operasi bedah tradisional (Karolin & Mardijono, 2024).

Meski teknologi telesurgery telah maju, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi agar teknologi ini benar-benar efektif. Salah satu tantangan tersebut adalah keamanan data dan privasi pasien. Risiko keamanan data serta privasi pasien tetap menjadi masalah besar, sehingga dibutuhkan sistem keamanan yang kuat untuk melindungi data sensitif. Selain itu, dokter dan staf medis perlu dilatih dengan baik untuk mengoperasikan alat robotik secara tepat, yang memerlukan program pelatihan intensif (Saadatuddaraen, 2023).

Melihat ke depan, harapan untuk telesurgery adalah agar teknologi ini dapat diimplementasikan secara luas di berbagai rumah sakit di Indonesia dan di seluruh dunia. Harapan ini didukung oleh perkembangan sistem robotik global dan infrastruktur jaringan 5G yang semakin cepat dan stabil. Dengan demikian, telesurgery tidak hanya dapat membuka era baru dalam operasi medis tanpa batas geografis, tetapi juga meningkatkan akses layanan kesehatan secara global dan memfasilitasi kolaborasi dokter lintas spesialisasi (Liputan6, 2024).

Telesurgery menciptakan peluang untuk memperluas akses ke layanan kesehatan yang berkualitas, terutama di daerah terpencil atau kurang terlayani. Dalam situasi di mana akses ke spesialis sulit, telesurgery dapat menjadi solusi yang memungkinkan pasien mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan tanpa harus melakukan perjalanan jauh. Hal ini sangat penting mengingat bahwa mobilitas menjadi tantangan tersendiri bagi banyak pasien, terutama yang berusia lanjut atau memiliki keterbatasan fisik (BRIN, 2023).

Dengan penggunaan telesurgery, kita juga dapat mengharapkan adanya penurunan waktu pemulihan bagi pasien. Prosedur yang dilakukan secara minimal invasif memungkinkan pasien untuk pulih lebih cepat dan kembali beraktivitas normal dalam waktu yang lebih singkat. Selain itu, biaya perawatan medis secara keseluruhan juga dapat ditekan, mengingat proses telesurgery yang lebih efisien mengurangi kebutuhan untuk rawat inap yang lama.

Sebagai kesimpulan, telesurgery menawarkan peluang luar biasa untuk mengubah wajah layanan kesehatan global. Dengan meningkatkan akses ke prosedur bedah yang berkualitas, mengurangi risiko infeksi, dan memfasilitasi kolaborasi antara dokter spesialis, telesurgery berpotensi menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kualitas hidup pasien di seluruh dunia. Namun, untuk mencapai potensi ini, tantangan yang ada harus diatasi dengan langkah-langkah yang tepat dalam regulasi, pendidikan, dan investasi. Dengan begitu, telesurgery akan menjadi bagian integral dari masa depan kedokteran yang lebih baik, lebih aman, dan lebih efisien.

BRIN. (2023, October 30). Telesurgery, operasi bedah jarak jauh dengan robot bedah. Berita BRIN. https://brin.go.id/news/116216/telesurgery-operasi-bedah-jarak-jauh-dengan-robot-bedah

Karolin, Y. N., & Mardijono, A. (2024). Regulasi penggunaan teknologi robotik telesurgery dalam praktik kedokteran. IBLAM Law Review, 4(1). https://ejurnal.iblam.ac.id/IRL/index.php/ILR/article/download/247/292/1379

Liputan6.com. (30 Agustus 2024). Telerobotic Surgery, Teknologi Operasi Jarak Jauh yang Punya Sederet Manfaat. https://www.liputan6.com/health/read/5688734/telerobotic-surgery-teknologi-operasi-jarak-jauh-yang-punya-sederet-manfaat

Saadatuddaraen, S. (2023, November 5). BRIN teliti hambatan metode operasi robotik di Indonesia. Pusat Pemberitaan. https://rri.co.id/index.php/iptek/431537/brin-teliti-hambatan-metode-operasi-robotik-di-indonesia

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image