Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ardiyansah

3 Pembelian Paling Bodoh di Usia 20-an yang Bisa Hancurkan Keuanganmu! Nomor 2 Pasti Pernah Kamu Lakukan

Edukasi | 2024-10-18 22:11:03
image source: https://id.pinterest.com/

Usia 20-an adalah masa transisi di mana banyak orang mulai mencari identitas diri, membangun karir, dan meraih kebebasan finansial. Namun, di tengah perjalanan tersebut, sering kali kita terjebak untuk membuat pembelian impulsif yang sebenarnya merugikan kita dalam jangka panjang. Berikut ini adalah tiga pembelian terburuk yang sering dilakukan di usia 20-an, yang bisa membuat kita terjebak dalam pola pengeluaran yang merugikan.

1. Depreciating luxury Items (Barang Mewah yang Turun Nilainya)

Barang-barang mewah seperti tas branded, kendaraan mewah, ponsel mahal dan jam tangan mahal sering kali menjadi simbol status sosial yang diinginkan banyak orang di usia 20-an. Banyak yang berpikir bahwa membeli barang-barang ini akan meningkatkan kepercayaan diri dan memberi kesan kaya di mata orang lain. Namun, kenyataannya, barang-barang ini justru cenderung menurun nilainya (depreciating assets) seiring waktu.

Bahkan, beberapa barang mewah yang terlihat seperti investasi, seperti tas, ponsel atau jam tangan, justru tidak memberikan apresiasi signifikan untuk mayoritas orang. Hal ini terutama berlaku jika Anda membelinya bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk pamer atau mencari pengakuan dari orang lain.

Menurut penelitian psikologi, ketika kita terus mencari validasi eksternal melalui barang-barang material, hal itu dapat mengurangi rasa percaya diri dan harga diri internal kita. Alih-alih merasa lebih baik dengan memiliki barang mewah, kita malah terjebak dalam siklus ketergantungan pada pengakuan luar. Dengan kata lain, Anda mungkin merasa bahagia sesaat, tetapi harga diri Anda bisa menurun dalam jangka panjang.

2. Cicilan Konsumtif (Utang untuk Barang yang Tidak Produktif)

Mengambil cicilan untuk membeli barang konsumtif seperti ponsel baru, laptop, atau bahkan kendaraan bisa menjadi jebakan finansial besar di usia 20-an. Meskipun tampaknya ini adalah cara mudah untuk memiliki barang yang kita inginkan sekarang, kenyataannya utang konsumtif ini justru menambah beban keuangan dan mengurangi kemampuan finansial kita di masa depan.

Apalagi, banyak barang konsumtif seperti kendaraan dan gadget cepat mengalami penurunan harga seiring waktu. Artinya, kita membeli barang yang nilai guna dan nilai jualnya akan turun, namun cicilannya tetap ada. Ini bisa merugikan keuangan dalam jangka panjang.

Lebih dari itu, mengambil utang konsumtif sering kali menciptakan pola pikir konsumtif yang buruk. Anda mungkin merasa tidak mampu membeli barang tertentu sekarang, tetapi karena ingin memilikinya segera, akhirnya mengambil cicilan. Ini hanya akan membuat Anda merasa terjebak dalam utang, dan akhirnya, semakin sulit untuk menabung dan berinvestasi untuk masa depan.

3. Barang Murah yang Tidak Bernilai (Low-Quality Items)

Pernahkah Anda merasa tergoda untuk membeli barang-barang murah karena harga yang terjangkau? Mungkin kaos, sepatu, atau aksesori yang terlihat oke, tapi cepat rusak atau tidak nyaman dipakai. Di usia 20-an, sering kali kita terjebak dalam pemikiran bahwa membeli barang murah adalah cara cerdas untuk menghemat uang. Padahal, itu bisa jadi cara yang kurang bijak dalam jangka panjang.

Barang murah sering kali tidak tahan lama, mudah rusak, atau bahkan tidak nyaman dipakai. Alih-alih menghemat, kita justru bisa mengeluarkan lebih banyak uang karena harus membeli barang yang sama berulang kali. Dalam banyak kasus, membeli barang dengan harga sedikit lebih mahal namun memiliki kualitas yang jauh lebih baik bisa menjadi keputusan yang lebih cerdas.

Misalnya, daripada membeli kaos murah yang hanya bertahan satu atau dua kali cuci, lebih baik berinvestasi pada kaos yang sedikit lebih mahal tapi tahan lama dan tetap terlihat bagus meskipun sering dipakai. Barang dengan kualitas baik akan memberikan nilai lebih, meskipun harganya sedikit lebih tinggi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image