5 Bahaya Grooming
Parenting | 2024-10-12 14:10:39
Latar Belakang
Akir-akhir ini kita kembali dihebohkan dengan berita yang cukup menyayat hati nurani, dimana puluhan anak yatim piatu harus dilecehkan dipanti asuhan. Tempat dimana anak-anak harusnya merasa aman , tetapi malah menjadi tempat yang paling berbahaya. Parahnya lagi pelecehan ini dilakukan oleh orang yang sudah dianggap seperti orang tua mereka sendiri.
Kejahatan ini dilakukan secara sistematis dan terorganisir sehingga korbanya sulit untuk bersuara. Pelaku membalut kejahatannya dengan apik sampai orang disekitarnya tidak menyadari dalam waktu yang lama. Para pelaku bersembunyi di belakang penampilan agamisnya dan seolah berubah menjadi orang yang paling benar. Lalu sebenarnya apa yang dilakukan pelaku sampai bisa memanipulasi puluhan korban, dan kejahatanya tidak terdetseki dalam waktu yang lama?.
Mengenali Grooming
Grooming berasal dari kata “Groom” yang berarti dari kata merawat, mengurus dan memelihara. Kata ini sering kita gunakan bagi seorang pemilik hewan peliharaan disaat melakukan perawatan. Tetapi, Grooming sendiri bisa juga diartikan membangun sebuah hubungan, kepercayaan atau sebuah ikatan emosional. Sehingga pelaku memiliki kedekatan secara emosional kepada para korbanya. Kedekatan inilah yang dimanfaaatkan oleh pelaku untuk melancarkan aksinya.
Pelaku akan membalut kejahatan yang dilakukanya dengan penuh kasih dan kata-kata yang memanipulasi. Bahkan si korban tidak menyadari bahwa dirinya sedang menjadi korban kejahatan. Pelaku biasanya secara pelahan memberikan kata-kata manis sehingga korban menganggap bahwa kejahatan yang dilakukan adalah hal yang normal. Bahkan pelaku juga akan melakukan berbagai macam cara agar korban mau menurut. Pelaku akan membantuk ikatan yang kuat sehingga para korban merasa sungkan atau tidak enak jika menolak. Tak jarang korban berpikiran bahwa, mereka harus melakukan itu sebagai bentuk balas budi.
Bahaya
Perilaku Grooming yang dilakukan oleh pelaku biasanya akan menyasar mereka yang secara status lebih lemah. Pelaku akan menggunakan kekuasaan atau pengaruhnya untuk melancarkan aksinya. Korban cenderung sulit untuk melawan karena dua hal, pertama merasa tidak mampu, kedua merasa tindakan pelaku sudah benar. Hal ini disebabkan manipulasi yang dilakukan secara terus menerus oleh pelaku.
1. Korban cenderung tidak mengetahui bahwa dirinya menjadi korban pelecehan.
2. Pelaku cenderung bisa melakukan kejahatanya tanpa mudah diketahui.
3. Korban sulit lepas dari pelaku karena kedekatan yang dibentuk.
4. Korban cenderung membela pelaku karena pikiranya sudah dimanipulasi.
5. Pelaku cenderung melakukan kejahanya secara berulang dengan jumalah korban lebih dari satu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.