Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nisfah Nurfatihah

Kurikulum Merdeka: Apakah Kebebasan Membawa Kualitas?

Pendidikan dan Literasi | 2024-10-12 13:47:39
Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzrR1AVpNtexvfJqNbaNIo8A4BeH2uwIaGIFCAxAPMWYwplpImP6KV2tS_Sh55iyvAhIoIyPH__vZtM_JYt_GjKPaX5XDrrEz5hcdVsvBOOAzLlFqqNa2nGffPO5e-ZjtouPU10LfzRu-0Vmv5AwcHc47JKfb1DzdEpnWEUfN4lg5OYh6-8M0hLzsq/s16000/Download%20Logo%20Kurikulum%20Merdeka%20Belajar%20PNG.png

Pada tahun 2022 Kurikulum merdeka datang untuk menggantikan kurikulum 2013. Namun, tidak hanya itu, kurikulum 2013 diganti untuk mendukung pemulihan pendidikan di Indonesia selama pandemi COVID-19. Namun demikian, apakah perubahan kurikulum yang dibuat untuk menjadi upaya pemulihan pendidikan imbas dari pandemi COVID-19 ini cukup efisien?

"Kemerdekaan" dalam artian kurikulum ini adalah anak didik bebas memilih sesuai dengan minat, bakat, dan aspirasi sang anak didik itu sendiri. Dan bagi sang guru diberikan hak maju atau mundur sesuai dengan tahap pertumbuhan capaian sang anak didik. Kurikulum ini memakai pembelajaran lewat kegiatan project dengan tujuan untuk memberi kesempatan universal kepada anak didik untuk aktif menjelajahi isu isu aktual. Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang kabarnya lebih sederhana dan mendalam, dan meskipun buku tematik dan tema modul ajar hampir sama, para kritikus Kurikulu Merdeka lebih cenderung melihat kemunduran daripada kemajuan dalam perbaikan pendidikan yang signifikan.

Menurut Andy Hargreaves (2021), Kurikulum Merdeka terjebak dalam legenda pendidikan yang menyenangkan dengan fokus utamanya Pembelajaran Proyek Profil Pelajar Pancasila. Hargreaves menyatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan hanyalah mitos karena belajar membutuhkan ketekunan, kerja keras, disiplin, dan komitmen. Pembelajaran yang mendalam tidak selalu terkait dengan sesuatu yang menyenangkan.

Dan menurut Jusuf Kalla Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia, Kurikulum Belajar Merdeka sulit diterapkan karena hanya satu guru membenahi sekitar empat puluh siswa dalam satu kelas di banyak daerah di Indonesia. Jusuf Kalla kemudian ia menyinggung kesejahteraan guru yang tidak terjamin, dan dia menganggap sulit bagi sang guru tersebut untuk memerdekakan empat puluh siswanya.

Salah satu kebijakan kurikulum merdeka adalah dihilangkannya program peminatan, karena di harapkan agar anak didik lebih merdeka memilih minat, bakat, dan apresiasi. Menurut IMAN ZANATUL HAERI, Guru Sejarah, Kepala Advokasi Guru Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) ada beberapa point yang dihilangkan dari mata pelajaran, imbas dari adanya kurikulum merdeka, salah satunya pada mata pelajaran sejarah peminatan. Ada banyak pembahasan pelajaran sejarah peminatan SMA yang hilang sejak di berlakukannya Kurikulum Merdeka, seperti pembahasan peristiwa penting Eropa (Renaisans, Dark Age, Reformasi gereja, Revolusi industri, Aufklarung), Pengakuan bangsa lain terhadap Proklamasi Indonesia, Perang dingin, Perang dunia I&II, dan masih banyak lagi.

Sungguh sangat di sayangkan karena dalam mata pelajaran sejarah peminatan, menyediakan narasi beragam, unik, dan berwawasan global, juga bekal untuk para putra putri untuk berkancah di dunia internasional.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image