Learning Loss : Krisis Pendidikan Indonesia
Pendidikan dan Literasi | 2024-10-12 05:36:12Maret 2020, WHO menyatakan penyebaran virus Corona di dunia sebagai pandemi global yang kita kenal sebagai pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 mempengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat. Tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, dampak pandemi COVID-19 juga terasa pada aspek kehidupan lainnya seperti dampak pada sektor sosial yaitu terjadinya pembatasan interaksi sosial di masyarakat. Contoh lain dampak dari pandemi COVID-19 bisa kita temukan pada sektor ekonomi dimana terjadi penurunan aktivitas ekonomi, peningkatan pengangguran, dan penurunan investasi. Salah satu dampak yang dirasakan pada sektor pendidikan di masyarakat adalah penurunan pengetahuan, kemampuan dan pencapaian akademis pada siswa yang dikenal dengan istilah learning loss.
Dalam penelitian Ayu Widyasari (2022) mengungkapkan faktor penyebab learning loss pada masa pandemi COVID-19 disebabkan oleh efektivitas pembelajaran daring yang tidak lebih baik dibandingkan pembelajaran tatap muka, kurangnya akses teknologi dan sumber daya serta kurangnya dukungan keluarga selama proses pembelajaran siswa. Learning loss tentunya akan memberikan dampak bagi perkembangan pendidikan di Indonesia baik secara langsung ataupun dalam jangka panjang. Potensi dampak secara langsung learning loss yakni penurunan keterampilan dasar siswa, menghambat jenjang pendidikan siswa, menurunkan motivasi belajar karena siswa yang tertinggal cenderung kehilangan motivasi belajar dan beresiko memicu keinginan untuk putus sekolah. Sedangkan dalam jangka panjang learning loss berpotensi pada penurunan daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar global serta penurunan produktivitas tenaga kerja.
Studi World Bank pada tahun 2020 menunjukkan sekitar 40% siswa kelas 4 di Indonesia tidak mampu memahami teks yang ditujukan untuk siswa kelas 2 dan sekitar 90% siswa kelas 4 tidak mampu menyelesaikan soal matematika yang ditujukan untuk siswa kelas 2. Selain itu dari hasil asesmen Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam Programme for International Student Assessment (PISA) 2022, skor literasi membaca Indonesia pada tahun 2022 mengalami penurunan 12 poin dibandingkan tahun 2018 bahkan menyentuh skor terendah sejak tahun 2000. Hal yang sama juga dapat kita lihat pada skor literasi matematika dan literasi sains tahun 2022 yang juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan skor pada tahun 2018. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (KEMENDIKBURISTEK) menyatakan penurunan skor tersebut dipengaruhi oleh pandemi COVID-19. Riset-riset tersebut jelas menunjukkan terjadinya fenomena learning loss di Indonesia.
Fakta yang lebih mengejutkan lagi, ramai kita ketahui pemberitaan puluhan siswa SMP di Pangandaran dan Kupang yang masih belum mampu untuk menulis dan membaca. Sehingga guru SMP di sekolah tersebut harus memberikan pengajaran tambahan untuk belajar menulis dan membaca. Yang mana seharusnya pembelajaran menulis dan membaca dilakukan di jenjang SD. Pertanyaanya bagaimana siswa-siswa tersebut bisa lulus dari jenjang SD dan melanjutkan sekolah di jenjang SMP? Lalu apakah learning loss yang dialami siswa Indonesia hanya disebabkan oleh pandemi COVID-19?
Pandemi COVID-19 bukan merupakan satu-satunya faktor penyebab learning loss di Indonesia. Masih ada faktor lain pemicu fenomena learning loss di Indonesia, salah satunya yakni penerapan kurikulum. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (MENDIKBUDRISTEK), Nadiem Anwar Makarim menyatakan kurikulum merdeka dibuat untuk mendukung learning loss recovery akibat pandemi COVID-19. Kurikulum Merdeka memberikan keleluasan bagi sekolah untuk merancang program pembelajaran sesuai potensi dan kebutuhan siswa. Namun nyatanya penerapan kurikulum merdeka justru menjadi faktor lain pemicu learning loss di Indonesia.
Defretis Salem, Guru IPA di SMP Negeri Kie, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengungkapkan dalam wawancaranya bersama Kompas.com penerapan kurikulum merdeka saat ini tidak memungkinkan siswa yang dinilai belum mampu secara akademik untuk tidak naik kelas. Pernyataan tersebut merujuk pada penerapan pendidikan inklusif pada kurikulum merdeka. Dimana pendidikan inklusif memberikan kesempatan pada siswa dengan kemampuan dan potensi kecerdasan yang beragam untuk mengikuti pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama. Sehingga dalam kasus yang dialami Defretis, dia harus menerima siswa-siswa SMP yang masih belum bisa membaca dan menulis.
Tidak hanya masalah penerapan pendidikan inklusif, penghapusan Ujian Nasional (UN) pada kurikulum merdeka juga turut mempengaruhi kemampuan akademis siswa. Penghapusan UN dapat menurunkan motivasi belajar siswa karena siswa akan merasa tidak mempunyai target, tujuan ataupun tantangan yang dapat mendorong mereka untuk belajar. Akan lebih baik sebelum kebijakan penghapusan UN diterapkan, pemerintah berupaya untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap kebutuhan belajar sehingga siswa lebih menghargai proses pembelajaran bukan hanya sekedar mengejar nilai.
Peristiwa-peristiwa diatas mungkin hanya sebagian kecil bukti nyata terjadinya fenomena learning loss di Indonesia, yang menunjukkan perlunya perhatian serius terhadap kondisi pendidikan saat ini. Jika kondisi ini terus berlanjut, learning loss dapat berdampak jangka panjang pada kualitas sumber daya manusia di negara ini, menghambat perkembangan individu dan kemajuan bangsa. Oleh karena itu, kolaborasi antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan solusi yang komprehensif. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat membangun sistem pendidikan yang inklusif dan berkualitas, memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan yang adil untuk belajar dan berkembang.
Referensi:
1. Ayu Widyasari, M. Reza Widiastono, Dimas Sandika, Yushar Tanjung. 2022. Fenomena Learning Loss sebagai Dampak Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19. Best Journal. Vol.5 No.1. 297-302.
2. Yarrow, Noah; Masood, Eema; Afkar, Rythia. 2020. Estimated Impacts of COVID-19 on Learning and Earning in Indonesia: How to Turn the Tide. World Bank, Jakarta. © World Bank.
3. “PISA 2022: Literasi Membaca Indonesia Catatkan Skor Terendah Sejak 2000”. lestari.kompas.com. 09 Agustus 2023. 03 Oktober 2024. https://lestari.kompas.com/read/2023/12/09/130000486/pisa-2022--literasi-membaca-indonesia-catatkan-skor-terendah-sejak-2000.
4. “Curhat Guru di Soe NTT: Banyak Murid SMP Tak Bisa Membaca”. Regional.kompas.com. 07 Februari 2024. 03 Oktober 2024. https://regional.kompas.com/read/2024/02/07/131741478/curhat-guru-di-soe-ntt-banyak-murid-smp-tak-bisa-membaca?page=all
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.