Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ade Rizki Yulianto

Penggunaan Brace, Atasi Skoliosis Tanpa Operasi

Eduaksi | Monday, 24 Jan 2022, 10:29 WIB
Skoliosis

Skoliosis adalah kondisi saat tulang belakang mengalami pelengkungan ke samping. Pelengkungan ini menyebabkan bahu dan pinggang tidak seimbang. Akibatnya, postur tubuh menjadi terganggu. Tidak hanya itu, skoliosis juga bisa memicu gejala lain seperti nyeri punggung, nyeri pinggang, dan kesemutan.

Bagi Anda yang mengalami kondisi di atas, tak perlu khawatir!

Kabar baik datang menyambut para pengidap skoliosis. Kini, operasi bukanlah jalan satu-satunya untuk mengatasi skoliosis. Selain dengan jalan operasi, ada juga alternatif minim risiko yang bisa Anda coba, yakni dengan menggunakan penunjang tulang atau brace. Yuk, simak apa itu skoliosis brace!

Apa Itu Skoliosis Brace?

Skoliosis brace adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatasi kelainan tulang belakang melengkung atau skoliosis. Tidak seperti operasi, penggunaan skoliosis brace tidak menjamin tulang belakang akan kembali normal atau lurus.

Namun, alat ini membantu penggunanya untuk menyangga tulang belakang, sehingga kondisi tulang belakang tidak semakin melengkung.

Sebagian besar dokter akan merekomendasikan penggunaan skoliosis brace saat tulang masih tumbuh dan lengkungan tulang sekitar 20 hingga 40 derajat. Jika pengidap skoliosis sudah cukup berumur dan lengkungannya parah, maka terapi ini tidak akan cukup efektif untuk mengurangi kelengkungan tulang belakang.

Jenis Skoliosis Brace

Skoliosis brace terbuat dari bahan khusus yang ukurannya harus disesuaikan dengan postur tubuh penggunanya. Penggunaan brace, tidak akan terlihat dari luar pakaian, karena hanya meliputi sekitar tulang rusuk, punggung bawah, dan pinggul.

Setelah mengetahui apa itu skoliosis brace, selanjutnya tentu Anda harus mengetahui jenis-jenisnya agar bisa menyesuaikan dengan kondisi Anda.

1. Rigid Brace

Rigid brace adalah brace yang berbahan keras dan kaku. Jenis ini memberikan tekanan di beberapa titik tulang punggung, sehingga pertumbuhan lengkungan tulang belakang bisa dihambat.

2. Dynamic Brace

Berbeda dengan rigid brace, jenis ini menggunakan bahan yang empuk dan lunak. Fungsinya adalah untuk menghambat kurva kelengkungan tulang belakang dengan senantiasa menjaga postur tubuh pemakainya agar tetap tegap.

Meskipun sama-sama menghambat kelengkungan tulang belakang, tetapi jika Anda bertanya, manakah dari keduanya yang lebih efektif?

Jawabannya adalah jenis rigid brace. Jenis ini jauh lebih efektif untuk menghambat lengkungan tulang karena bentuknya yang keras dan kaku, meskipun kurang nyaman untuk digunakan.

Menggunakan Brace Saja, Amankah untuk Atasi Skoliosis?

Riset yang dilakukan oleh American Association of Neurological Surgeons (AANS) menyebutkan bahwa penggunaan brace efektif untuk menghambat kelengkungan tulang pada sekitar 80 persen pengidap. Dalam riset disebutkan jika semakin sering digunakan, maka brace akan semakin efektif untuk menghambat skoliosis.

Terapi skoliosis dengan menggunakan brace bisa dilakukan selama 16 hingga 23 jam per hari, dan dihentikan saat masa pertumbuhan tulang sudah berakhir. Di usia remaja atau dewasa muda, penggunaan skoliosis brace umumnya berkisar antara 3 hingga 4 tahun.

Meskipun penggunaan skoliosis brace saja cukup efektif, saat masa pertumbuhan berakhir dan Anda berhenti untuk menggunakannya, maka tulang belakang perlahan bisa kembali ke derajat kemiringan awal. Akan tetapi, ada pula tulang belakang yang tetap bertahan sama seperti saat menggunakan brace.

Nah, setelah Anda memahami apa itu skoliosis brace, bagi Anda pengidap skoliosis yang ingin melakukan terapi menggunakan alat ini, jangan lupa untuk konsultasikan dengan dokter ya! Jika sudah berkonsultasi, segera rakit skoliosis brace yang cocok dengan postur tubuh Anda di Prostetika.com dan rasakan manfaatnya!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image