Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syafira Nabila Hikmah

Komunikasi yang Buruk, Berakibat Fatal!

Info Terkini | 2024-10-07 22:06:37
Sumber: Syafira Nabila Hikmah (Ilustrasi Gambar)

Ketidakefektifan komunikasi sering terjadi dalam dunia keperawatan, seperti banyaknya komplain masyarakat terkait perawat yang cuek bahkan ketus saat berkomunikasi baik dengan pasien maupun keluarga pasien. Antara perawat dan tim kesehatan pun tidak luput dari kegagalan komunikasi efektif.

Sebagai contoh, sebuah studi CRICO mengungkapkan kasus dimana kegagalan komunikasi antara seorang perawat dan dokter bedah berujung fatal. Perawat tidak menyampaikan bahwa pasien pasca operasi mengalami nyeri perut dan penurunan jumlah sel darah merah, yang merupakan tanda jelas pendarahan internal. Akibat kelalaian ini, pasien akhirnya meninggal karena pendarahan yang tidak tertangani.

Selain membahayakan keselamatan pasien, komunikasi yang buruk membawa dampak serius lainnya. Pasien sering menghadapi penundaan panjang di berbagai tahapan perawatan mereka di rumah sakit, yang sebagian besar disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara staf medis. Kondisi ini memperlambat penanganan, memperpanjang masa rawat inap, dan berkontribusi pada skor kepuasan pasien yang rendah, serta merugikan citra operasional rumah sakit secara keseluruhan.

Untuk mencegah adanya ketidakefektifan dalam komunikasi, sikap perawat yang ditunjukkan dengan pasien sangat mempengaruhi keberhasilan hubungan teraupetik yaitu:

1. Gerakan Tubuh

Pasien dan keluarga melihat dari segala sesuatu yang perawat lakukan dari sikap tubuh, ekspresi wajah seperti bersenyum, kontak mata, saat berbicara sedikit membungkuk, tidak melipat tangan atau memasukkan ke kantong.

2. Jarak

Saat berinteraksi dengan pasien jangan terlalu dekat.

3. Sentuhan

Dilakukan secara tenang untuk menganalisis kondisi pasien dan respons. Perlu diperhatikan pada pasien tertentu, seperti tidak mau disentuh sama lawan jenis.

4. Diam

Ada kalanya sebagai menyampaikan pesan menjeda dan diam. Berguna untuk memfasilitasi pasien dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya serta memberi kesempatan untuk berpikir tentang jawaban pertanyaan yang diajukan oleh perawat.

5. Volume dan Nada Suara

Mempengaruhi penyampaian pesan kepada pasien, khususnya pada lansia gunakan volume suara tinggi dengan nada rendah. Sedangkan pasien perilaku kekerasan, volume dan nada suara rendah tetapi tetap tegas.

Komunikasi adalah proses dinamis yang terjadi sepanjang waktu untuk melakukan pertukaran informasi atau ide melalui interaksi dua orang atau lebih. Komunikasi yang efektif tercapai apabila pengirim pesan (sender) menerima feedback yang diinginkan dan sender memastikan bahwa recipient menerima pesan tersebut dengan baik.

Oleh karena itu, sangat penting proses komunikasi efektif dalam membangun hubungan antara perawat dan pasien. Perawat perlu mengetahui cara berkomunikasi secara efektif dan bekerja sama dalam tim untuk mendapatkan informasi yang tepat dibagikan pada waktu yang tepat. Jika komunikasi yang efektif tidak diterapkan, maka asuhan keperawatan untuk pasien akan terganggu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam pelayanan diantaranya:

1. Persepsi

Cara seseorang memperhatikan, memandang, mengartikan, menilai, dan memutuskan sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Persepsi seseorang akan berbeda-beda, mempengaruhi tentang pesan yang disampaikan dan diterima oleh kedua belah pihak, serta perlu keikhlasan untuk memahami, menerima, menghargai pandangan orang lain.

2. Nilai

Merupakan keyakinan yang dianut seseorang. Saat berkomunikasi antar tenaga kesehatan berfokus pada upaya peningkatan memberi pertolongan kesehatan, sedangkan dengan klien mengarah pada memberikan dukungan untuk mengatasi masalah kesehatan.

3. Emosi

Merupakan subjektif seseorang dalam merasakan situasi yang terjadi di sekelilingnya.

4. Sosial Budaya

Latar belakang mempengaruhi jalannya komunikasi, sehingga dapat dijadikan pegangan bagi tenaga kesehatan saat bertutur kata, bersikap dalam berkomunikasi dengan pasien.

5. Pengetahuan

Komunikasi akan sulit berlangsung apabila terjadi perbedaan tingkat pengetahuan dari pelaku komunikasi.

Prinsip-prinsip Komunikasi, antara lain:

1. Respect

Sikap menghargai setiap klien yang menjadi sasaran. Komunikasi dilandasi rasa dan sikap saling menghargai, menghormati, membangun kerjasama menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektivitas kinerja baik sebagai individu maupun tim pemberi asuhan.

2. Empathy

Kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh pasien. Salah satu prasyarat utama yaitu kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dahulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.

3. Audible

Pesan yang disampaikan dapat didengar atau diterima oleh pasien dengan baik.

4. Clarity

Kejelasan dari pesan sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan dari pasien.

5. Humble

Sikap rendah hati akan membangun komunikasi yang efektif dengan pasien.

Aspek Komunikasi Efektif terbagi menjadi :

1. Fostering the Relationship

Membangun hubungan saling terbuka, jujur, menghargai pendapat, privasi, otonomi pasien (memutuskan atas dirinya dengan memiliki kemampuan kognitif yang cukup), empati dan kontak mata, menjadi pendengar yang baik, serta memotivasi pasien untuk semangat melalui penyakitnya.

2. Gathering Information

Menggali informasi secara lengkap, sehingga mendapatkan gejala yang dirasalan oleh pasien.

3. Providing Information

Memfasilitasi pemahaman terkait informasi yang dibutuhkan, dan memberikan informasi secara keseluruhan tanpa menakut-nakuti atau mengancam pasien.

4. Decision Making

Pasien mempunyai hak atas informasi, menolak atau menerima pengobatan, privasi, catatan medis, dan keikutsertaan dalam penelitian.

5. Responding the Emotion

Tenaga kesehatan bertanggung jawab melakukan advokasi, menilai minat dan kapasitas pasien dalam manajemen diri.

6. Enabling Disease, Care, and Treatment Related Behavior

Memfasilitasi ekspresi emosional pasien terhadap penyakitnya, menciptakan hubungan interpersonal antara tenaga kesehatan dan pasien dengan komunikatif.

Komunikasi dan interaksi yang baik antara perawat dan klien memiliki pengaruh positif terhadap asuhan keperawatan (Mona Saparwati, 2022), diantaranya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, membantu pasien merasa nyaman dan puas dengan pelayanan yang diberikan, membantu pasien menerima dan diterima orang lain, mempercepat penyembuhan pasien, membantu pasien mendapatkan arahan mengenai penyakitnya, serta membantu pasien melatih diri untuk berkomunikasi dengan baik.

Dapat disimpulkan, komunikasi yang efektif merupakan kunci keberhasilan dalam asuhan keperawatan yang sangat mempengaruhi keselamatan dan kualitas perawatan pasien. Ketidakefektifan komunikasi bisa berakibat fatal, seperti kasus diatas kegagalan komunikasi antara perawat dan dokter bedah yang menyebabkan kematian pasien karena pendarahan yang tidak tertangani.

Pentingnya komunikasi efektif antara perawat dan pasien tidak hanya dalam pertukaran informasi, melainkan membangun hubungan yang positif berguna untuk mendukung proses penyembuhan pasien. Dengan demikian, upaya peningkatan komunikasi efektif harus menjadi prioritas dalam praktik keperawatan untuk memastikan keselamatan dan kepuasan pasien, serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Disusun oleh: Kelompok 4 Kelas A3

Mata Kuliah Komunikasi Teraupetik

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image