Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

Peneliti Kembangkan Tanaman Pisang yang Tahan terhadap TR4 dan Sigatoka Hitam

Info Terkini | 2024-10-02 08:21:18
Pohon Pisang ([email protected]/SSDARindo)

Para peneliti telah mengembangkan tanaman pisang yang tahan terhadap fusarium tropis ras 4 (TR4) dan sigatoka hitam, dua penyakit yang paling merusak tanaman pisang. Profesor Fitopatologi Gert Kema dari Wageningen University & Research memandang pengembangan hibrida baru yang diberi nama Yelloway One ini sebagai terobosan besar dalam budidaya pisang.

"Kami telah lama mengetahui, bahwa pengembangbiakan konvensional dapat membantu kami mengembangkan tanaman yang tahan terhadap penyakit-penyakit ini. Sekarang kami telah membuktikannya. Lebih penting lagi, kami telah menunjukkan bahwa dengan menggunakan alat genetik terbaru, kami dapat melakukannya lebih cepat daripada yang lain. Hal ini sangat penting bagi masa depan pertanian pisang."

Pengembangan Yelloway One dilakukan pada saat yang kritis bagi budidaya pisang global. TR4 dan sigatoka hitam telah menyebabkan kerusakan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, mengakibatkan kerugian senilai ratusan juta dolar. Hingga saat ini, belum ada varietas pisang yang tahan terhadap penyakit ini, sehingga memberikan tekanan yang sangat besar bagi para petani dan sektor pisang secara keseluruhan.

Yelloway One merupakan hasil dari teknik pemuliaan konvensional. Tanaman ini tahan terhadap TR4, jamur yang mampu menghancurkan seluruh perkebunan, dan sigatoka hitam, penyakit daun yang mengurangi hasil panen secara drastis. Kedua penyakit tersebut telah lama menjadi ancaman bagi industri pisang, terutama pisang Cavendish yang banyak diekspor.

Terobosan ini dicapai melalui kolaborasi antara Chiquita, KeyGene, MusaRadix, dan Wageningen University & Research. Tim ahli ini menggunakan kombinasi teknik persilangan tradisional dan teknologi analisis DNA modern untuk mempercepat proses pengembangan varietas pisang yang tahan. Hal ini memungkinkan mereka untuk memilih varietas baru dengan sifat-sifat yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap penyakit, dengan lebih cepat dan efisien.

"Fakta bahwa produsen pisang Chiquita adalah salah satu mitra, tidak berarti bahwa petani pisang lainnya tidak akan memiliki akses ke varietas baru ini," kata Kema. "Kami berkolaborasi dengan beberapa organisasi untuk memastikan bahwa teknologi ini juga tersedia untuk program-program lain. Selain itu, kami juga menggunakan teknologi ini untuk mengembangkan atau memperbaiki varietas untuk pasar lokal."

Yelloway One masih berupa prototipe dan saat ini sedang ditanam di rumah kaca di Belanda. Tanaman ini akan segera dikirim ke daerah-daerah di Filipina dan Indonesia. TR4 dan sigatoka hitam telah menyebabkan kerusakan yang signifikan. Uji coba lapangan akan menentukan seberapa baik kinerja Yelloway One di lingkungan alami. Uji coba ini sangat penting dalam menilai apakah Yelloway One dapat memberikan solusi yang layak bagi para petani di daerah yang terkena dampak parah.

Menurut phys.org, Yelloway One merupakan langkah pertama dalam inisiatif Yelloway yang lebih luas. Tujuannya adalah untuk mengembangkan varietas pisang yang unggul dan tahan yang secara genetik beragam. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan ketahanan budidaya pisang tetapi juga meningkatkan keberlanjutan sektor ini. Dengan memperkenalkan lebih banyak varietas ke dalam budidaya, petani akan lebih siap untuk merespons perubahan iklim dan penyakit baru. "Perkembangan ini sangat berarti bagi jutaan petani kecil di Afrika, Asia, dan Amerika Latin," kata Kema. "Dengan memperkenalkan varietas yang tahan dan beragam secara genetik, kita dapat berkontribusi pada industri pisang yang lebih berkelanjutan dan mengurangi dampak penyakit." Kema berharap varietas pisang yang lebih tahan dan inovatif akan menyusul di tahun-tahun mendatang, sehingga sektor pisang tidak terlalu rentan terhadap penyakit dan ancaman lingkungan. ***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image