Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image LIPA EFIYANI KOMALA

Ustaz Sharafuddin, Pembawa Cahaya di Pulau Terpencil

Agama | 2024-09-25 12:07:30
Laznas Dewan Da'wah
Laznas Dewan Da'wah

JAKARTA – Ust. Sharafuddin, alumni dari Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) yang selalu membawa semangat besar dalam perjalanan dakwahnya. Dengan tekad yang kuat selaras dengan misi yang diberikan Dewan Dakwah, pria kelahiran beliau ditugaskan untuk mengabdi di Pulau Banyak, sebuah gugusan pulau yang terpencil di Provinsi Aceh.

Perjalanan dakwahnya tidaklah mudah. Pada tahun 2019, sebelum pandemi COVID-19 melanda, Ust. Sharafuddin harus menempuh perjalanan yang panjang dan ekstrem dari Jakarta menuju Banda Aceh. Dari sana, beliau melanjutkan perjalanan 14 jam menuju Kabupaten Aceh Singkil, dan kemudian menggunakan perahu kayu menuju Pulau Banyak. Perjalanan laut tersebut bisa memakan waktu hingga 6 jam lamanya.

Pulau Banyak terdiri dari lebih dari 90 pulau, menyimpan tantangan besar bagi siapa pun yang ingin berdakwah di sana. Kondisi geografis yang sulit, keterbatasan sarana transportasi, serta kehidupan masyarakat yang mayoritas non-Muslim, menjadi ujian berat bagi Ust. Sharafuddin. Salah satu pengalaman yang masih terngiang di ingatannya adalah saat beliau harus menggunakan perahu kayu yang mesinnya sering kali rusak di tengah perjalanan. "Kami pasrah kepada Allah, jika mesin ini mati di tengah perjalanan, kami hanya bisa berdoa dan berharap pertolongan-Nya," ujar beliau mengenang kejadian sedih itu.

Meski Pulau Banyak termasuk wilayah Aceh, uniknya penduduk disana terdiri dari berbagai suku, termasuk orang Nias. Banyak dari mereka masih memegang adat-istiadat lama dan sebagian besar adalah non-Muslim. Namun, di tengah perbedaan itu, Ust. Sharafuddin merasakan sambutan yang luar biasa dari masyarakat. "Mereka mengingatkan saya untuk berhati-hati, bahkan saat makan dan minum. Mereka peduli dengan keselamatan saya sebagai pendatang yang berdakwah," ungkapnya dengan penuh rasa syukur.

Salah satu momen paling menyentuh bagi Ust. Sharafuddin adalah ketika seorang ibu di Pulau Teluk Nibung mengantarkan anak-anaknya untuk belajar agama. "Ibu itu berkata, ‘Ustaz, kami ini sibuk di kebun dan di laut. Tidak ada waktu untuk kami, ajarkan saja anak-anak kami’, sontak itu menjadi titik di mana saya merasa dakwah ini bukan hanya tentang mengajar agama, tetapi juga memberikan harapan dan pendidikan untuk masa depan mereka," tuturnya.

Ust. Sharafuddin juga berhasil mengirimkan delapan anak dari Pulau Banyak untuk melanjutkan pendidikan mereka. Delapan anak diantaranya yang kerap kali dia panggil dengan sebutan Si Rahmat, Rahman Caniago, Sadana, Irfan, Pudin, Hidayat, Aini dan Ayu, berhasil melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID), dan beberapa di antara mereka sekarang sudah hampir lulus. "Melihat anak-anak ini berkembang menjadi harapan masa depan, itu adalah pencapaian besar bagi saya. Saya ingin mereka bisa membawa perubahan yang positif untuk daerah mereka," katanya dengan penuh haru.

Berdakwah, bukan tanpa hambatan. Kendala transportasi menjadi salah satu tantangan terbesar baginya, ia bahkan harus mengumpulkan dana untuk membeli speedboat agar dakwahnya bisa lebih efektif. "Dewan Dakwah membantu membuat perahu kayu, tetapi itu tenggelam. Akhirnya, kami beralih untuk membeli speedboat agar perjalanan dakwah lebih lancar dan tidak terkendala waktu," ceritanya.

Perjalanan dakwah Ust. Sharafuddin mengajarkan kita bahwa keluar dari zona nyaman adalah langkah yang harus diambil untuk menyebarkan kebaikan. Meski tantangan besar selalu ada, baik dari segi geografis maupun sosial, beliau selalu yakin bahwa Allah akan selalu memberikan jalan.

"Hidup ini indah ketika kita melaluinya dengan perjuangan. Dakwah di Pulau Banyak adalah bukti nyata bahwa ujian dan cobaan adalah bagian dari proses menuju kebaikan," kata beliau menutup cerita.

Bagi Ust. Sharafuddin, dakwah bukan hanya tentang menyampaikan pesan, tetapi juga tentang memberi harapan dan membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi berikutnya. “Masalah lanjut atau tidaknya masa tugas dari Dewan Dakwah, Saya akan tetap berdakwah sesuai ajaran Rasulullah S.A.W..” tegasnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image