Mahasiswa Magister Manajemen Bencana UGM Siap Jawab Tantangan Bencana Lewat Pembekalan Nilai ke-UGM-
Pendidikan dan Literasi | 2024-09-22 22:32:43Yogyakarta, 19 Juli 2024 – Universitas Gadjah Mada (UGM) secara resmi menyambut mahasiswa baru jenjang Magister dan Doktoral untuk Tahun Ajaran Genap 2023-2024 dan Gasal 2024-2025. Acara yang digelar di Gedung Sekolah Pascasarjana UGM berlangsung penuh antusiasme, dengan kehadiran mahasiswa dari berbagai program studi, termasuk Magister Manajemen Bencana (MMB), yang fokus pada pengelolaan risiko dan mitigasi bencana di Indonesia. Kehadiran para mahasiswa MMB dalam acara ini menjadi sorotan karena peran mereka yang strategis dalam menghadapi tantangan kebencanaan yang kian kompleks.
Wakil Dekan Sekolah Pascasarjana UGM, Dr. Widyanto Dwi Nugroho, S.Hut., M.Agr., membuka acara dengan memberikan ucapan selamat kepada seluruh mahasiswa baru. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya UGM sebagai institusi pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai integritas, kebudayaan, dan tanggung jawab sosial. Ia mendorong para mahasiswa untuk belajar dengan tekun agar dapat menyelesaikan studi tepat waktu. Terutama bagi mahasiswa program Magister Manajemen Bencana, tantangan untuk terlibat langsung dalam penyelesaian masalah kemanusiaan dan bencana sangatlah relevan. "Memajukan UGM bukan hanya tugas para dosen dan staf, tetapi juga tanggung jawab mahasiswa. Kolaborasi ini diperlukan agar UGM terus menjadi pelopor dalam penanganan bencana dan berkontribusi pada peringkat internasional," tegasnya.
Simbolis penyematan almamater dilakukan kepada dua mahasiswa baru, salah satunya adalah Gesang Satriatama, mahasiswa Magister Manajemen Bencana angkatan Gasal 2024-2025, yang juga berprofesi sebagai pilot helikopter di TNI AU. Keahlian Gesang dalam operasi udara diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam evakuasi dan penanganan darurat saat bencana terjadi, sebuah keterampilan yang relevan dalam dunia manajemen bencana.
Materi pertama dalam acara ini disampaikan oleh Hilmar Farid, B.A., M.A., Ph.D., Direktur Jenderal Kebudayaan, yang mengangkat tema "Masa Depan Administrasi dan Kebijakan Kebudayaan." Dalam paparannya, Hilmar menekankan bahwa kebudayaan tidak terbatas pada seni dan tradisi, tetapi juga pola pikir dan cara hidup masyarakat, termasuk dalam menghadapi bencana. Ia mengingatkan bahwa kebijakan kebencanaan harus memperhatikan nilai-nilai budaya lokal, yang dapat memperkuat ketahanan masyarakat dalam menghadapi krisis. Hilangnya budaya lokal karena modernisasi bisa menjadi ancaman terhadap ketahanan komunitas. Dalam konteks ini, mahasiswa Magister Manajemen Bencana perlu mengintegrasikan kebijakan kebudayaan ke dalam strategi mitigasi bencana. "Kolaborasi lintas disiplin dan penelitian mendalam akan memberikan kontribusi besar terhadap kebijakan kebencanaan yang berbasis realitas lokal," ujarnya.
Tak ketinggalan, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN.Eng., mantan Rektor UGM, juga turut memberikan materi mengenai nilai-nilai keugman, yang mencakup Pancasila, keilmuan, dan kebudayaan. Ia menegaskan bahwa mahasiswa UGM, termasuk mahasiswa Manajemen Bencana, memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan yang berfokus pada kelestarian alam dan kesejahteraan masyarakat. “UGM dengan nilai-nilai keugmanya berkomitmen pada keberlanjutan lingkungan, dan ini selaras dengan peran Magister Manajemen Bencana yang diharapkan mampu merumuskan kebijakan mitigasi yang komprehensif,” jelasnya. Sebagai simbol kekokohan dan kebijakan pro-lingkungan, Panut mengingatkan mahasiswa akan pentingnya menjaga kelestarian alam dalam upaya mitigasi bencana.
Muhamad Irfan Nurdiansyah, mahasiswa MMB UGM, mengungkapkan kesannya terhadap kuliah umum yang disampaikan. Ia menekankan bahwa pembekalan nilai-nilai keugman sangat penting dalam merancang penelitian di bidang kebencanaan. “Kuliah ini membuka wawasan saya tentang bagaimana nilai-nilai UGM dapat diaplikasikan dalam penelitian bencana. Selain fokus teknis, penelitian kami juga harus mencerminkan aspek budaya dan sosial masyarakat,” ujarnya. Menurutnya, program MMB memiliki peran vital dalam menyusun kebijakan kebencanaan yang dapat memberikan dampak jangka panjang dan berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia.
Dengan pembekalan dan penyambutan ini, diharapkan para mahasiswa baru dapat menjalani studi mereka dengan lebih produktif dan berkontribusi secara langsung dalam penelitian-penelitian mitigasi bencana yang relevan. Program MMB sendiri mengirimkan 12 mahasiswa baru dalam acara ini, terdiri dari enam mahasiswa angkatan Genap 2023-2024 dan enam mahasiswa angkatan Gasal 2024-2025.
Acara ini diakhiri dengan sesi makan siang bersama, memberikan kesempatan bagi mahasiswa baru untuk berjejaring dan membangun hubungan yang lebih erat. Melalui pembekalan ini, mahasiswa Magister Manajemen Bencana diharapkan mampu menjawab tantangan kebencanaan di Indonesia dengan pendekatan yang lebih holistik, menggabungkan nilai-nilai akademik, budaya, dan kepedulian terhadap lingkungan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.