Job Fair Bukan Solusi untuk Mengurangi Pengangguran
Politik | 2024-09-22 19:19:33Oleh: Puja Fadhilah, Aktivis Muslimah
Theee Matic Mall Majalaya, Kabupaten Bandung , Jawa Barat selasa (27/08/2024) menjadi tempat dibukanya job fair mini oleh Dinas Ketenagakerjaan (DISNAKER). Job fair tersebut sudah 10 kali dilakukan pihaknya di tahun 2024 dengan tujuan menekan dan menurunkan angka pengangguran di Kabupaten Bandung. Di kabupaten Bandung sendiri adalah daerah penyumbang terbesar pengangguran. Yang didominasi kalangan remaja yang baru menuntaskan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang jumlahnya mencapai angka 6,53%
Oleh karena itu, Disnaker Kabupaten Bandung bekerja sama dengan 10 perusahaan dan juga SMKN 1 Majalaya menyediakan 350 lowongan kerja untuk calon pelamar kerja. Dengan adanya job fair ini pemerintah kabupaten Bandung berharap, mampu menurunkan angka pengangguran hingga diakhir angka 4% yang sesuai dengan RPJPD dan RPJM.
Upaya pemerintah untuk mengurangi pengangguran dengan job fair ini adalah upaya yang belum tentu mampu menurunkan jumlah pengangguran, karena penyediaan lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan banyaknya pengangguran. Jumlah pengangguran yang ada bukan saja pada usia muda atau yang dikenal dengan gen-z, tetapi juga banyak pengangguran dengan rentang usia 25 keatas. Maka dari itu akan terjadi ketimpangan saat pemerintahan mengupayakan lulusan SMK untuk bisa bekerja sementara pengangguran yang sebelumnya terdampak pandemi sebab banyak perusahaan yang gulung tikar dan banyak karyawan yang di PHK tetap dengan jumlah angka yang sangat tinggi. Lalu bagaimana mungkin jumlah pengangguran itu bisa menurun?
Banyaknya para pemuda yang menganggur tentu akan menjadi beban bagi perekonomian. Ironisnya para pemuda yang menganggur ini dalah mereka yang telah menempuh pendidikan formal selama 12 tahun, sejak SD hingga SMK, d SMK mereka dilatih sesuai dengan skill yang mereka miliki dengan harapan saat lulus sekolah mereka mudah mendapatkan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah mereka pelajari selama di sekolah.
Namun kenyataan tak sesuai harapan, banyak dari lulusan SMK yang menjadi pengangguran dan ini bertentangan dengan tujuan SMK itu sendiri yaitu menghasilkan tenaga kerja yang terampil yang siap ditempatkan di dunia kerja. Hal ini menjadi bukti bahwa negara gagal mempersiapkan para siswa yang mumpuni di bidang yang telah mereka pelajari selama di sekolah.
Alhasil, pengangguran makin merajalela sebab pemerintah berlepas tangan dan hanya menjadi penghubung antara penyedia SDM yaitu pendidikan dan pemilik industri/perusahaan yaitu para pemilik modal. Inilah wajah sistem kapitalis yang menjadikan negara hanya sebagai makelar bagi para pemilik modal.
Mengurangi pengangguran dan memberikan keterampilan adalah, kewajiban negara tetapi menjadikan solusi proses tenaga kerja seperti itu adalah kemunduran dan perendahan terhadap ilmu. Berbeda hal nya dengan sistem Islam, sudah menjadi kewajiban negara untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warganya berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan masyarakat. Artinya jika masih ada individu yang belum bisa mengakses makanan atau masih terdapat penduduk yang masih belum memiliki pekerjaan, kinerja ekonomi belum bisa dikatakan baik. Negara harus berdiri paling depan untuk melakukan pelayanan kebutuhan publik bagi masyarakat.
Dalam hal mengatasi pengangguran, sistem ekonomi Islam akan mendorong secara masif setiap laki-laki di dalam rumah tangga untuk dapat menjalankan perannya sebagai pencari nafkah, memastikan mereka memiliki keahlian memadai dan memastikan ada sistem penggajian yang rasional dan tidak zalim.
Negara akan menyediakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya, memastikan perdagangan luar negeri tidak mematikan berbagai jenis usaha masyarakat, dengan tidak membuka keran impor yang menimbulkan dharar.
Hal yang paling penting, memastikan sistem pendidikan berdiri kukuh, sistem pendidikan menjadi garda terdepan penyiapan SDM berkualitas yang memiliki keahlian yang tinggi, menguasai ilmu pengetahuan, dan menjadi sandaran negara dalam meningkatkan ketakwaan dan berkontribusi bagi ketinggian dan kemuliaan masyarakat.
wallahualam bissawab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.