Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fall Season07

Anak Muda Susah Cari Kerja, Bagaimanakah Peran Negara?

Agama | 2024-09-15 19:58:29

Belum lama ini Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terdapat 9,9 juta gen Z menganggur. Apabila hal ini diperinci, anak muda yang masuk dalam kategori pengangguran di daerah perkotaan terdapat 5,2 juta orang ditambah 4,6 juta di pedesaan. Berdasarkan hal ini saja, dapat terlihat bahwa fenomena pengangguran terkhusus di kalangan anak muda telah menjadi ancaman yang serius terlebih bagi masa depan bangsa Indonesia.

Padahal anak muda atau seorang pemuda sejatinya memiliki potensi yang luar biasa untuk menjadi seseorang yang sukses. Namun, memang hal ini tidak akan terlepas dari beberapa faktor internal maupun eksternal dalam diri seorang pemuda. Faktor internal yang dialami pemuda sendiri, dimana banyak dari para pemuda yang merasa belum siap untuk terjun dalam dunia kerja. Sehingga tak heran apabila terdapat survey yang menemukan banyak pemuda lulusan perguruan tinggi masih menjadi pengangguran.

Sedangkan faktor eksternal memang terdapat adanya ketimpangan dalam jumlah lapangan pekerjaan dengan para pencari kerja di setiap tahunnya. Data BPS menunjukan bahwa orang yang tercatat mencari kerja di Indonesia pada 2023 sebanyak 1.819.830 orang. Angka tersebut naik 94,18% dibandingkan 2022, yang saat itu sebanyak 937.176 orang. Sedangkan Data Kemenaker mencatat jumlah lowongan kerja yang tersedia hanya 298.185 pada 2023, angka ini naik 11,3% dibandingkan 2022. Ini merupakan jumlah yang sangat besar dengan perbandingan yang tidak seimbang.

Hal ini memang tidak akan terlepas dengan adanya sesuatu yang salah dalam sistem ekonomi saat ini, yakni kapitalisme yang memang berfokus pada pertumbuhan ekonomi semata. Selain itu, rakyat yang juga senantiasa dituntut untuk membayar mahal dalam memenuhi kebutuhan pokok hidupnya pun juga ikut terkena dampaknya. Padahal sumber daya Indonesia memiliki potensi yang sangat tinggi dengan tata letaknya yang strategis, namun semua itu menjadi sia-sia karena berada dalam naungan negeri asing.

Pengelolaan SDA oleh asing tentu sangat merugikan negara dan rakyatnya, terlebih pemegang perusahaan asing tersebut merupakan pihak swasta yang artinya hasil pengelolaannya tidak akan bermanfaat bagi rakyat. Bahkan selain daripada itu, ekonomi kapitalis juga merambah dalam seluruh aspek kehidupan. Seperti halnya pendidikan yang hanya difokuskan untuk mencapai kesuksesan materi semata.

Hal ini sangat berbahaya dan berdampak buruk terlebih pada nasib generasi muda. Kegagalan negara dalam mengelola SDA dengan sebaik mungkin nyatanya memang menimbulkan kerugian tiada akhir. Berbeda dengan sistem pemerintahan dalam naungan Islam yang memiliki aturan tegas dalam pengelolaan sumber dayanya. Sehingga SDA tidak diperuntukan untuk miliki pribadi semata, melainkan wajib hukumnya dikelola untuk kepentingan rakyat dan negaranya.

Selain itu, dalam sistem pendidikan Islam memiliki visi untuk menghasilkan generasi bersyaksiyah Islam atau berkepribadian Islam serta memiliki keterampilan maupun ilmu dalam berkontribusi untuk ummat. Sehingga akan tercipta generasi yang tangguh dan militan dengan berkepribadian Islam yang kokoh. Maka dengan hal inilah kesejahteraan dalam Islam akan senantiasa terjamin, tidak aka nada angka pengangguran yang tinggi karena negara dan Khalifah akan senantiasa menjaga kesejahteraan rakyatnya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image