Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Falah

Meningkatkan Kesadaran Masyarakat tentang Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Edukasi | 2024-08-22 00:32:35
sumber: pixabay.com

Bumi adalah rumah bagi makhluk hidup. Bukan hanya sebagai tempat tinggal bagi manusia, tetapi juga tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai keanekaragaman hayati. Semua makhluk hidup di bumi saling bergantung satu sama lain. Jika salah satu ekosistem terganggu, maka juga akan berdampak bagi yang lainnya.

Saat ini jumlah manusia terus bertambah dan kebutuhan terus meningkat. Hal tersebut berbanding terbalik dengan keanekaragaman hayati yang semakin berkurang dan sebagian hampir punah. Tentu saja ini akan mempengaruhi keberlangsungan kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya yang berkaitan. Karena hilang atau punahnya satu spesies (tumbuhan dan hewan) akan berpengaruh pada jaring-jaring dan rantai makanan.

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu paru-paru dunia, kaya akan keanekaragaman hayati, baik dari jenis flora maupun fauna. Indonesia juga sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia. Sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Augy dalam seminar Forum Bumi, bahwa laut Indonesia tidak hanya luas, tetapi juga dalam dan kaya akan jenis biota laut.

Namun kini keanekaragaman hayati di daratan maupun di laut itu terancam rusak, berkurang, bahkan punah. IPBES Global Assessment menyatakan dalam laporannya bahwa, akan ada sekitar satu juta spesies tanaman dan hewan di bumi akan punah dalam beberapa dekade mendatang jika tidak ada perubahan. Itu semua sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti penebangan dan perburuan liar, pencemaran lingkungan, alih fungsi lahan, dan aktivitas lainnya yang bisa merusak alam. (nationalgeographic.grid.id)

Kepunahan keanekaragam hayati akan menyebabkan keruntuhan suatu ekosistem, penurunan ketahanan pangan, terjadinya perubahan iklim, kondisi lingkungan yang tidak stabil, serta bisa menghapus aspek-aspek budaya, risiko penyakit, dan masih banyak lagi dampak buruk lainnya.

Oleh sebab itu untuk melestarikan atau menjaga keanekaragaman hayati perlu adanya kesadaran dari semua pihak, baik masyarakat, pemerintah, praktisi, industri, akademisi, dan semua yang terkait.

Dalam upaya menjaga kelestarian hayati, pemerintah telah melakukan perubahan UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Namun menurut Samedi, direktur program KEHATI, peraturan tersebut masih bersifat sentralistik, juga tidak mengatur konservasi di level genetik. Sanksi dan hukuman pun hanya sebatas untuk spesies yang dilindungi, padahal ada banyak spesies yang tidak dilindungi rentan mengalami kepunahan.

Untuk itu, masyarakat diharapkan harus peduli dengan kondisi alam dan keanekaragaman hayati yang ada. Karena saat ini tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungannya, alam sekitar dan keanekaragaman hayati sangat rendah. Kebanyakan di antara kita belum menyadari bahwa punahnya keanekaragaman hayati akan menyebabkan ancaman bagi hidup kita sendiri.

Berbeda dengan masyarakat adat yang mendiami suatu kawasan tertentu, mereka telah ikut terlibat dalam menjaga keanekaragaman hayati. Bahkan mereka dikenal sebagai penjaga bumi menurut pengakuan global. Namun sayangnya, peran mereka dalam wilayah konservasi masih kurang. Begitulah penuturan Annas, Deputi Sekjen AMAN dalam seminar Forum Bumi.

Upaya membangun kesaadaran masyarakat tentu tidaklah mudah. Diperlukan adanya pemberdayaan masyarakat, memberikan edukasi tentang pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati, memanfaatkan media sosial ataupun akses informasi online tentang isu-isu lingkungan dan tentang semakin terancamnya keanekaragaman hayati, melakukan kerja sama antar komunitas, kemitraan ataupun organisasi, serta pemerintah, dan banyak lagi upaya lainnya.

Dengan berbagai pendekatan secara keseluruhan yang melibatkan semua pihak di segala sektor, kesadaran masyarakat tentang pelestarian keanekaragaman hayati bisa meningkat, dan dukungan upaya konservasi menjadi semakin luas.

Menjaga, melestarikan, dan melindungi keanekaragaman hayati = melindungi keberlangsungan hidup umat manusia itu sendiri

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image