Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Slamet Samsoerizal

Memori Dapat Diperkuat oleh Pengalaman yang Tidak Berhubungan

Info Terkini | Wednesday, 21 Aug 2024, 07:39 WIB
Memandang objek tertentu, memori kita lantas mengingat sesuatu (foto: SSDarindo)

Ada sebuah legenda bahwa ratusan tahun yang lalu-jauh sebelum mesin cetak, komputer, atau telepon ada-sebuah metode khusus digunakan untuk mengingat peristiwa-peristiwa penting. Misalnya: pengalihan hak atas tanah, perjanjian penting, atau pernikahan.

Menurut legenda, seorang anak dipilih untuk menyaksikan peristiwa tersebut dan langsung dilemparkan ke dalam sungai. Kombinasi kejadian yang ekstrim ini dipercaya untuk memastikan bahwa anak tersebut tidak akan pernah melupakan peristiwa tersebut.

Tetapi mengapa metode seperti itu bisa berhasil? Mengutip dari medicalxpress.com, meskipun metode historis ini mungkin tampak ekstrem, nenek moyang kita mungkin telah melakukan sesuatu yang penting. Ketika sebuah peristiwa digabungkan dengan reaksi emosional yang kuat, maka akan lebih mudah diingat.

Untuk waktu yang lama, para peneliti mampu memberikan penjelasan spesifik tentang mengapa beberapa peristiwa disimpan dalam memori jangka panjang kita, sementara yang lainnya tidak. Namun, pembelajaran dan memori mungkin tidak sesederhana yang diperkirakan sebelumnya. Penelitian terbaru dari Dandrite menunjukkan, pengalaman yang tidak secara langsung relevan dengan ingatan masih dapat memengaruhi kekuatan ingatan tersebut, sehingga membuka jalan bagi pengembangan alat pembelajaran yang berfokus pada ingatan.

Secara tradisional, pembelajaran dan pembentukan memori telah dijelaskan oleh model Hebbian, yang menunjukkan bahwa sinapsis di otak diperkuat melalui aktivasi neuron secara simultan yang berulang-ulang. Ini berarti bahwa ketika dua neuron diaktifkan berulang kali, hubungan di antara keduanya menjadi lebih kuat-apa yang kita sebut sebagai "plastisitas sinapsis."

Menurut aturan Hebb ("neuron yang menembak bersama, akan terhubung bersama"), proses ini sangat spesifik terhadap input dan bergantung pada kedua neuron yang diaktifkan secara bersamaan. Namun, penelitian terbaru dari laboratorium Sadegh Nabavi di Dandrite menunjukkan bahwa pembelajaran dan ingatan tidaklah sesederhana itu.

Plastisitas sinapsis tidak harus terbatas pada aktivasi simultan pada sinapsis tertentu. Perubahan sinapsis dapat terjadi pada sinapsis terdekat yang tidak secara langsung diaktifkan selama pengalaman asli-sebuah proses yang dikenal sebagai "plastisitas heterosinapsis."

Dalam artikel terbaru di jurnal eLife, para peneliti dari Dandrite menunjukkan , memori juga dapat diperkuat melalui pengalaman yang tidak berhubungan dengan pengalaman sebelumnya-jika pengalaman tersebut membangkitkan respons yang kuat. Ini berarti bahwa proses mengubah pengalaman sekilas menjadi ingatan yang bertahan lama tidak terbatas pada waktu ketika pengalaman itu terjadi atau pada sinapsis tertentu yang diaktifkan.

Sebaliknya, proses ini dapat dipengaruhi oleh kejadian di masa lalu dan masa depan, dengan penundaan hingga satu hari. Hal ini berbeda dengan model Hebbian, yang berfokus pada aktivasi neuron secara simultan sebagai mekanisme utama pembelajaran dan pembentukan memori.

Wawasan baru ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana kita dapat mengatasi fungsi kognitif dan gangguan yang berhubungan dengan memori. Dengan mendapatkan pengetahuan yang lebih tepat tentang bagaimana ingatan yang lemah dapat diperkuat, terapi inovatif dapat dikembangkan untuk meningkatkan daya ingat dan pembelajaran pada individu dengan tantangan kognitif.

Jika kita kembali ke legenda dari awal, kita melihat bahwa nenek moyang kita telah mendahului zamannya dalam memahami ingatan. Metode mereka, meskipun ekstrem, mencerminkan wawasan awal tentang bagaimana pengalaman yang kuat dapat meningkatkan daya ingat-sesuatu yang sekarang mulai kita pahami pada tingkat yang lebih ilmiah. ***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image