Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image rahmi surainah

Perampasan Ruang Hidup Satwa di IKN

Kolom | 2024-08-16 20:42:06

Di tengah gegap gempita pembangunan IKN Nusantara di Kalimantan Timur (Kaltim) yang kian masif, ternyata satwa di sana terancam habitatnya. Padahal, Presiden Jokowi pernah menjanjikan bahwa IKN nanti akan menjadi smart forest city di mana dikelilingi oleh hutan hijau yang asri dengan teknologi modern. Sayangnya terjaganya hutan hijau tidak seindah di lapangan karena berbagai bangunan penunjang IKN. Sebut saja pembangunan jembatan jalan bebas hambatan yang menghubungkan Kota Samarinda dan IKN sedang berjalan.

Jalan tol yang masuk dalam proyek strategis nasional ini menggerus dan membelah hutan hingga memutus koridor satwa. Pelaksana pembangunan jalan menyatakan akan ada koridor satwa, tetapi pembangunan sudah berlangsung pun jalur lalu lintas satwa belum terealisasi. Bekantan, salah satu satwa yang terancam kalau habitat terputus. Diakui pembangunan IKN pasti berkonsekuensi pada alam termasuk satwa, namun bagaimana bisa caranya meminimalisir kerusakan alam dan satwa tetap terjaga. Misalnya sebagaimana yang diungkapkan Zulfikar, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Balikpapan, mengatakan memberikan rekomendasi pembangunan jalan tol itu dilakukan di bawah tanah atau berkonsepkan terowongan maupun jalan layang di atas hutan. Dengan begitu, tak ada pembersihan hutan dan memutus konektivitas atau perlintasan satwa.

Darman sebagai warga lokal dan sangat memperhatikan satwa liar sekaligus kontributor dari Yayasan Borneo Biodiversity Conservation (BBC), berpandangan sama, sebenarnya tak perlu ada pembabatan hutan. Proyek jalan bebas hambatan penghubung Kota Balikpapan menuju IKN ini terkesan buru-buru dan tak terencana matang. Dalam hasil penelitian Darmawan dan rekan-rekan merekomendasikan adanya buffer zone sebagai zona penyangga yang memperkuat konektivitas antara hutan primer darat maupun hutan pesisir. Namun tak dilakukan sehingga pembangunan jalan tol Jembatan Pulau Balang memutus koridor satwa alami yang menghubungkan kedua hutan itu.

Meski demikian berkaitan dengan lintasan alami satwa yang terputus karena pembangunan jalur tol ini juga dia akui menjadi perhatian. Sebagai antisipasi, KPUPR berencana membangun koridor satwa buatan yang konsepnya masih finalisasi. Walaupun oleh beberapa pihak dinilai tidak efektif. (Mongabay.co.id, 14/7/2024) Tata kelola Kapitalistik Demikianlah pembangunan IKN telah merampas ruang hidup, mulai dari hilangnya kawasan hijau hingga satwa yang kehilangan ekosistemnya. Di mana ada akses jalan maka di sana akan ada manusia dan pembangunan.

Potensi konflik antar manusia dan satwa pun bisa terjadi, termasuk terancam punahnya satwa. Pandangan kapitalisme sekuler telah menjadikan arah tata kelola pembangunan IKN khususnya jalan telah berdampak pada perampasan ruang hidup warga dan satwa. Sebelum IKN saja warga dan satwa sudah dirampas ruang hidupnya. Katakanlah kebanjiran, kekurangan air bersih, jalan rusak dan berbagai musibah lain akibat pertambangan. Kini dengan kehadiran IKN perampasan ruang hidup semakin luas dan parah mengancam kepunahan satwa. Sebagai penguasa harusnya pembangunan IKN memperhatikan berbagai aspek, termasuk satwa atau hewan.

Jangankan hewan, manusia dan lingkungan saja terkesan abai. Oleh karena itu, pembangunan IKN ini seharusnya semakin menyadarkan kita akan pentingnya penguasa dan sistem yang sayang dengan rakyat, lingkungan hidup termasuk satwa. Satwa dalam Islam Penguasa dalam Islam sangat peduli akan apa yang dia pimpin, termasuk satwa atau hewan. Diceritakan seekor keledai tergelincir kakinya dan jatuh ke jurang akibat jalan yang dilewati rusak dan berlubang. Khalifah Umar bersedih. Melihat kesedihan Khalifahnya, sang ajudan pun berkata: “Wahai Amirul Mukminin, bukankah yang mati hanya seekor keledai?” Dengan nada serius dan wajah menahan marah Umar bin Khattab berkata: “Apakah engkau sanggup menjawab dihadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah engkau lakukan ketika memimpin rakyatmu?”

Dalam redaksi lain, Umar bin Khattab radhiallahu‘anhu berkata, “Seandainya seekor keledai terperosok di Kota Baghdad karena jalanan rusak, aku sangat khawatir karena pasti akan ditanya oleh Allah Ta’ala, “Mengapa kamu tidak meratakan jalan untuknya?”

Kisah tersebut menggambarkan bagaimana tanggung jawab seorang pemimpin atas apa yang ia pimpin. Pemimpin begitu perhatian dan peduli termasuk kepada hewan. Tentu saja sosok pemimpin yang seperti ini yang kita rindukan. Pemimpin yang mengatur segala urusan karena keimanan dengan aturan Islam. Sistem pemerintahan Islam bukan anti pada pembangunan, hanya saja Islam memastikan bahwa pembangunan yang ada memang semata-mata untuk kebutuhan masyarakat dan maslahat. Dengan pandangan Islam maka satwa akan selamat, IKN pun berkah dunia akhirat. Wallahu'alam

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image