Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image siti suryani

Islam Memberikan Keadilan Hakiki Bukan Ilusi

Agama | Wednesday, 07 Aug 2024, 13:46 WIB

Maraknya berbagai kasus kriminalitas saat ini, dengan jenis dan modus yang kian beragam dan makin kejam dilakukan, tentunya menimbulkan keresahan ditengah masyarakat. Mulai dari pencurian, perampokan, pembegalan, penipuan, korupsi, pembunuhan dan lain sebagainya menjadi tontonan yang selalu menghiasi media online atau televisi.

Penanganan atas berbagai kasus kriminalitas yang dilakukan oleh aparat tidak lepas dari pantauan masyarakat. Bukan tanpa sebab mengapa masyarakat mengawal proses hukum di pengadilan, karena dirasakan tidak adil oleh sebagian kelompok. Keadaan ini terus terjadi di masyarakat karena terlihat ketidakjelasan keputusan pengadilan bahkan kebenaran pun semakin kabur dan sulit untuk dipahami.

Contoh salah satu kasus yang memperlihatkan secara jelas betapa keadilan sulit dididapatkan atas pelaku pembunuhan yang dilakukan Gregorius Ronald Tannur. Pengacara keluarga dari mendiang Dini Sera Afrianti, merasa tidak tidak puas atas dibebaskannya pelaku pembunuhan korban. Laporan dibuat setelah hakim ketua Erentua Damanik menjatuhkan vonis bebas kepada Gregorius Ronald Tannur dari dakwaan kasus pembunuhan. Keputusan ini menunjukkan betapa sulitnya mencari keadilan di Indonesia. ( Surabaya Post News )

Sulitnya keadilan dalam sistem demokrasi yang diterapkan saat ini, menimbulkan keraguan bahkan ketidakprcayaan masyarakat kepada penegak hukum, sehingga muncul ungkapan penegakan hukum laksana pisau, tajam ke bawah, tumpul ke atas, keadilan hanya milik orang kaya, bukan orang miskin. Pada faktanya, hukum selalu mengandung potensi untuk cenderung memberikan keuntungan dan perlindungan kepada pihak atau golongan yang lebih mampu secara financial. Sementara hukum itu tidak adil terutama bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Hal ini menjadi bukti bahwa lemahnya hukum buatan manusia yang diterapkan saat ini. Hukum yang berasal dari hasil pemikiran akal manusia yang pemah dan terbatas, tidak mampu memberikan keadilan dan tidak menimbulkan efek jera pada pelaku. Tidak jarang menimbulkan konflik antar individu dan kelompok.

Demokrasi dengan asas sekulerisme, dimana agama tidak memiliki peran untuk mengatur ataupun memberikan solusi dalam mengatasi problematika umat termasuk dalam peradilan. Sistem yang mengagungkan kebebasan, membuka lebar celah kejahatan melakukan kecurangan, selama ada keuntungan tidak akan melihat pihak yang salah dan benar tapi siapa yang mampu membayar, keadilan dalam demokrasi tak lebih sekedar ilusi.

Keadilan Dalam Naungan Islam

“Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik.”

(QS Al-An’am: 57)

Islam memiliki aturan yang khas dalam peradilan, dimana yang bertanggung jawab dalam setiap perkara hanya ada satu kadi (hakim). Kadi juga berwenang mengadili perkara yang diadukan serta memutuskan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis. Kadi lainnya hanya berhak memberi masukkan dan membantu masukan jika hal itu diminta oleh kadi yang memimpin persidangan.

Dalam Islam, pelaku akan dikenakan sanksi jika seluruh syarat terpenuhi dan bukti-bukti menunjukkan secara pasti adanya perbuatan kriminal seseorang. Contoh syarat yang harus dipenuhi adalah adanya empat orang saksi dalam perkara perzinaan. Jika ada keraguan dengan bukti yang diajukan maka akan dihentikan kasus yang tengah dalam proses peradilan.

Keberadaan sanski dalam Islam akan memberikan efek jera bagi pelaku untuk tidak mengulangi lagi. Jenis sanksi yang diterima pembunuh dengan pencuri akan berbeda, semua dikembalikan kepada hukum syarak bukan pada akal manusia. Sanksi dalam Islam juga akan menjadi penenebus dosa di akhirat kelak, jika Islam diterapkan secara kaffaj dalam seluruh aspek kehidupan.

Keimanan dan ketakwaan individu, amar maruf ditengah masyarakat serta sanksi tegas yang dilakukan oleh negara terhadap tindakan kriminal menjadi pilar dalam pemerintahan sistem Islam dalam naungan khilafah. Yang berhak membuat hukum dalam Islam hanyalah Alloh SWT yang tertuang dalam alquran dan sunah, tidak menyerahkan kepada hawa nafsu dan keinginan manusia yang memiliki keterbatasan dan lemah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image