Balada Mengajak Si Kecil Ikut Berjamaah di Masjid
Parenting | 2024-08-05 11:06:33Pembukaan
Menjadi keinginan semua orang tua bila si kecil tumbuh dengan mengenal agamanya, bukan hanya mengenal harapanya juga mengamalkan ajaranya. Mengenalkan agama sejak kecil merupakan keharusan yang perlu dilakukan agar anak terbiasa dengan setiap syariat yang diajarakan. Selain melalui pendidikan wajib orang tua biasanya mengenalkan dan membiasakan untuk mengenal agamanya bahkan di usia prasekolah. Namun beberapa masalah muncul ketika saat sholat berjamaan berlangsung anak menjadi tidak kondusif, mulai dari berlarian, merengek, menangis bahkan berteriak. Hal ini pasti akan menganggu jamaah lain, sehingga sering menjadi perdebatan apakah wajar mengajak anak untuk ke masjid.
Permasalahan
Di satu sisi jamaah ingin mendapatkan kekhusyuan saat beribadah dan disisi lain orang tua ingin membiasakan ibadah pada anaknya, serta ingin anak semakin mencintai masjid. Keduanya memiliki alasan yang kuat dan mememiliki prioritas yang sama. Jamaah memerlukan suasana hening agar bisa khusyu sedangkan orang tua juga mengharapkan anaknya bisa terbiasa untuk melakukan ibadah. Sehingga ada hal yang perlu diperhatikan sebelum mengajak anak kita untuk mengikuti jamaah di masjid.
Penanganan
Hal yang selalu di ingat sudah menjadi fitrah anak kecil selalu ingin tahu, ingin mendapatkan perhatian, ingin dilindung serta ingin memperoleh rasa aman. Salah satu fitrah anak kecil adalah bermain, memiliki rentang konsenrasi terbatas, sehingga sangat wajar ditemui jia anak sering berlarian untuk bermain, dimanapu. Akan sangat wajar jika anak biasanya memberikan respon yang berbeda di situasi tertentu, seperti menangis, berteriak, merengek, bahkan berlarian untuk mencari ibunya. Lalu bagaiamana solusi agar semua orang tetap terfasilitasi dengan baik? Si anak bisa balajar berjamaah dan mencintai masjid, sedang orang yang dating beribadah bisa khusyu dalam mengerjakan ibadahnya.
Berikut ini beberapa hal yang harus dilakukan sebelum mengajak anak kita berjamaah di masjid.
1. Observasi
Sebagai orang kita harus mengetahui prilaku dan kebiasaan anak kita, sehingga sebelum mengajak anak kita berjamaah ke masjid lakukan observasi, amanti perilaku anak, ukur seberapa lama anak bisa diam, cari hal apa yang bisa membuat anak kondusif. Dari hal ini kita bisa menilai dan bisa memprediksi apakah anak kita sudah siap apa belum, kita juga bisa memprediksi strategi apa yang bisa di lakukan agar anak bisa kondusi dalam jarak waktu tertentu. Perlu diketahui durasi anak usia batita bisa duduk diam fokus dengan satu hal berkisar 3-6 menit bisa lebih bisa kurang, lebihnya tidak melebihi dari 10 menit. Berdasarkan data ini kita bisa memprediksi seberapa lama anak bisa diajak kondusif selama jamaah berlangsung,
2. Sounding
Setelah melakukan observasi disaat bersamaan juga lakukan sounding, jelaskan pada anak berulang-ulang kegiatan yang akan dilakukan. Keharusan untuk tetap diam selama jamaah berlangsung bahkan pada sampai mengajak anak untuk sbobet88 mengikuti setiap gerakan. Hal ini dilakukan berulang dan terus menerus. Jangan berkecil hati bila anak tidak merespon penjelasan kita, selama kita terus menjelasakan dan mencontohkan berapapun usianya akan berdampak pada anak kita. Bahkan kita sudah bisa menjelasakan tentang kegiatan sholat sejak anak berada di kandungan kita.
3. Trying
Secara bersaamaan bunda juga bisa memulai untuk mencoba mengajak anak untuk sholat berjamaah bersama, secara bertahap anak dikenalkan dengan alat beribadah dan tetap berada di tempat saat sedang berjamaah. Saat sudah mulai kenal bunda bisa ajak anak berjamaah dengan pemilihan waktu sholat yang tidak terlalu lama.
4. Evaluasi
Tahapan terakhir berikan reward dan penguatan pada si kecil baik berhasil ataupun tidak. Semisal pada percobaan pertama anak masih belum bisa kondusif tidak mengapa tetap puji hargai kerja kerasnya dan beri penguatan. Jangan ragu untuk menghentikan sholat bila dirasa anak berada dalam keadaan bahaya atau sangat tidak nyaman. Jangan memarahi anak di depan jamaah lain, ajak di tempat pribadi baru evaluasi. Serta jangan memaksa anak untuk memahami dan mengikuti apa yang kita inginkan. Mulailah mengenalkan kebesaran Allah pada anak, tanamkan bahwa semua yang dia dapat bersumber dari Allah, karena Allah sangat sayang pada kita maka kita harus beribadah padaNYA. Tanamkan paham tersebut secara berulang sehingga anak muncul keimananya dan memanggil fitrah yang yang tertanam di dirinya yaitu fitrah menyembah ALLAH SWT.
Penutup
Sebagai penutup semua langkah di atas adalah panduan secara ke ilmuan bisa diterapkan namun bisa juga tidak bergantung pada kondisi anak. Hal paling penting adalah mengetahui kondisi anak tersebut, mempelajari cara menghandlenya baru bisa menemukan perlakukan yang paling tepat, setiap anak memiliki kebiasaan dan kondisi yang berbeda. Terlalu memakasakan anak akan berakibat buruk apalagi menggunakan standart orang lain. Setiap perubahan kecil yang diberikan merupakan prestasi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.