Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Suprianto Haseng

Presiden Jokowi Pilih Influencer Ketimbang Pakar, Pencitraan atau Pembangunan?

Rubrik | 2024-07-29 21:13:29
Foto bersama Presiden Jokowi bersama sederet Influencer ternama saat akan mengunjungi Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. (Sumber Foto Biro Pers Istana Presiden)

Senyum terpancar dari wajah Presiden Jokowi saat menyambut kedatangan bintang-bintang muda penebar pengaruh digital itu (Influencer). Sebuah langkah strategis atau hanya permainan politik semata? Akankah pertemuan bersejarah ini menjadi awal mula kolaborasi yang mengubah wajah pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) ataukah hanya sekadar pesta pora yang menghabiskan anggaran negara?

Presiden Jokowi tampaknya lebih tertarik memikat perhatian publik dengan mengundang influencer dan artis daripada melibatkan para pakar dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang baru. Langkah ini menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah pemerintah benar-benar serius dalam mewujudkan Ibu Kota Negara (IKN) yang visioner, atau hanya sekadar menggelar pertunjukan untuk menyenangkan mata dan telinga publik?

Memang, mengundang selebritas media sosial dapat menjadi strategi untuk menarik perhatian generasi muda. Namun, apakah mereka influencer ini benar-benar memahami kompleksitas pembangunan kota baru, dengan segala tantangan infrastruktur, sosial, dan lingkungan yang menyertainya? Seberapa dalam pemahaman mereka tentang kebijakan tata ruang, manajemen air, atau transportasi yang berkelanjutan?

Alih-alih mendengarkan suara-suara berpengalaman dari arsitek, urbanis, atau ekonom pembangunan, pemerintah seakan-akan lebih tertarik mempromosikan citra diri melalui endorse selebriti. Padahal, pembangunan IKN membutuhkan masukan komprehensif dari berbagai pakar, bukan sekadar kemampuan influencer dalam memikat atensi publik melalui unggahan di media sosial.

Tentu saja, keterlibatan publik, termasuk generasi muda, dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) sangat penting. Namun, cara terbaik untuk meraih partisipasi mereka adalah dengan menyediakan informasi yang jelas, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan bukan sekadar mengundang figur-figur populer untuk menciptakan sensasi.

Kedatangan para Influencer ke IKN ini pastinya menimbulkan kekhawatiran publik. Kekhawatiran masyarakat yang muncul adalah penggunaan dana publik untuk mengundang influencer. Sungguh terlalu jika benar menggunakan anggaran negara.

Bukankah dana tersebut lebih baik dialokasikan untuk prioritas pembangunan lainnya, seperti penyediaan rumah tinggal yang layak, fasilitas kesehatan, atau sistem transportasi yang terintegrasi? Kendati upaya menarik minat generasi muda patut diapresiasi, namun tidak boleh dilakukan dengan mengorbankan kebutuhan mendasar masyarakat.

Sebagai seorang pemimpin negara, Presiden Jokowi tentunya memiliki pertimbangan-pertimbangan tersendiri. Mungkin beliau berharap dengan hadirnya deretan bintang ternama, pembangunan IKN akan semakin "viral" dan menarik perhatian publik. Atau, bisa jadi ini merupakan upaya untuk membangun citra positif proyek tersebut.

Namun, jika kita menilik lebih dalam, undangan bagi para Influencer ini justru dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan kritis. Apakah pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) harus diekspos secara berlebihan demi memuaskan hasrat popularitas? Bukankah lebih bijak jika Presiden mengundang pakar-pakar terkemuka di bidang perencanaan kota, urbanisme, atau arsitektur untuk memberikan masukan yang konstruktif?

Selain itu, ada kekhawatiran juga bahwa kehadiran Influencer dapat mengalihkan atensi publik dari isu-isu penting lainnya. Pembangunan IIbu Kota Negara (IKN), yang seharusnya menjadi proyek visioner nan strategis, bisa jadi hanya dipandang sebagai ajang pamer kekayaan dan kemewahan semata.

Oleh karena itu, sebagai warga negara yang peduli, kita dapat menyarankan agar Presiden Jokowi meninjau kembali strategi ini. Undangan bagi para selebriti dan influencer memang dapat menarik perhatian publik, namun tidak boleh mengesampingkan kontribusi dari para profesional dan pakar yang jauh lebih berkompeten.

Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional dan berwawasan jauh ke depan, bukan semata-mata demi kepentingan sesaat. Dengan demikian, kita dapat berharap agar IKN benar-benar menjadi kota masa depan yang fungsional, berkelanjutan, dan menjadi kebanggaan seluruh rakyat Indonesia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image