Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image sndmyaaa_ 04

Terhantam Media Digital, Media Cetak Jauh Terpental

Sastra | 2024-07-24 09:01:24

Terhantam Media Digital, Media Cetak Jauh Terpental !

Masihkah anda membaca koran ? masihkah majalah dan tabloid menjadi langganan ? atau masihkah toko buku menjadi tujuan ? rasanya fenomena yang sudah jarang ditemukan. Mengingat betapa pesatnya perkembangan zaman yang secara tidak langsung menuntut para manusia sedikit demi sedikit meninggalkan segala hal tak berteknologi. Mengapa ? karena dengan menggunakan teknologi canggih, yang menyuguhkan berbagai macam kemudahan serta kecepatan seperti halnya media digital, yang hanya dengan menggulirkan jari di atas layar handphone saja kita bisa mengetahui apa yang tengah terjadi di belahan negara lain. Hal yang begitu mudah bukan?

Tinggal beli kuota internet, buka aplikasi google ataupun media online lainnya, ketik apa yang ingin diketahui, dan selesai ! berita dari seluruh dunia dapat terjangkau, bahkan kejadian yang terjadi beberapa detik lalu pun dapat diakses dengan mudah. Dengan begitu, bagaimana bisa manusia menolak hal yang lebih mudah ? dengan segala kesibukan yang ada, atau dengan kegabutan tingkat dewa jelas lebih banyak yang memilih mengakses media digital daripada menggunakan media cetak sebagai ladang informasi dan berita, sebagai bahan bacaan atau sekedar sahabat kegabutan.

Namun, di tengah segala macam teknologi yang ada, apakah berhak media cetak ditinggalkan begitu saja ? tentu saja tidak. Karena bagaimanapun media cetak adalah akses pertama kali manusia untuk memperoleh informasi juga berita. Istilahnya, boleh saja kita berkutat pada hal baru, tetapi juga jangan sampai meninggalkan yang telah lama ada.Tapi, berdasar pada fakta yang terjadi, media cetak memang jauh terpental sebab terhantam media digital.

Koran, majalah, buku, dan media cetak lainnya menjadi barang yang hampir tak terjamah, menjadi suatu yang terlupakan dan tak diminati lagi. Memang tak habis, tapi kian menipis. Seperti apa yang telah diteliti oleh UNESCO, menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan yakni hanya 0,001%. Hal ini berarti, dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang memiliki minat membaca.

Dulu, saat media digital belum menjamah kehidupan manusia khusunya di Indonesia, masih banyak terlihat para pria yang duduk santai ditemani secangkir kopi atau teh hangat dengan tangan yang memegang kertas buram berukuran besar yang berisikan informasi dan juga berita yang biasa kita sebut dengan koran atau surat kabar. Sebelum sebagian besar beralih pada media digital yang dianggap lebih praktis. Dan lagi, didalam ranah pendidikan formal, para peserta didik yang mungkin mengalami kesulitan saat proses pembelajaran, kurang paham akan materi yang dijelaskan oleh bapak atau ibu guru, telah jarang yang menggunakan buku sebagai pedoman, karena browsing sudah menjadi andalan. untuk zaman sekarang pun toko buku tak seramai dulu saat masih belum ada aplikasi membaca online yang bisa diakses lewat play store seperti waatpad, fizo, dan yang lainnya, dan juga masih belum mengenal yang namanya E-Book (Electronik Book).

Memang, diatas tuntutan perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, sulit mencari siapa yang patut disalahkan, atau malah tidak ada yang perlu disalahkan. Karena segalanya memang mengalir mengikuti arus perkembangan. Ingin tetap menggunakan media cetak sebagai satu satunya alat penghasil berita, atau bahan bacaan pun terkadang masih belum lengkap. Secara otomatis media digital pun menjadi tujuan selanjutnya. Ingin menggunakan media digital saja pun terkadang masih banyak hoax yang disuguhkan.

Lalu bagaimana agar kita menjadi oarang yang tak meninggalkan dan juga tak ditinggalkan oleh zaman? sesuaikan semuanya berdasarkan kebutuhan. Jangan ragu menggunakan hal baru, karena memang media digital disuguhkan untuk memenuhi kebutuhan iptek (ilmu pengetahuan teknologi) di tengah zaman modern ini. Jangan mau disebut manusia kudet (kurang update), karena kurang pahamnya akan teknologi baru. Tapi, dengan syarat anda harus pandai memilah dan memilih berita atau informasi yang tersaji, karena kefaktualan didalam media digital masih menjadi hal yang perlu diwaspadai.

Nama: Sindi Maya Urbach

Kampus: Universitas Kh Mukhtar Syafaat

Fakultas: Ekonomi Dan Bisnis Islam

Prodi: Ekonomi Syari’ah

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image