Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image sucahyo adi swasono@PTS_team

Dialog tentang Sketsa Masa

Sastra | 2024-07-12 23:46:29
Ilustrasi: pixabay.com

"Lahir, tumbuh dan berkembangnya budaya-peradaban manusia itu diawali dari aktivitas ekonomi," kata si Jhon pada suatu ketika, saat bercengkerama dengan si Paneri.

"Oh, ya?" Timpal dan reaksi si Paneri dengan raut mimik sedikit berdecak kagum, terperangah, menanggapi apa yang baru saja dilontarkan oleh si Jhon.

"Lalu, apa kaitannya dengan situasi-kondisi saat ini dimana fenomena alam semesta dengan segala adegan yang dipampangkan kepada kita manusia, ada apakah di balik semua itu?" Tanya si Paneri.

"Geliat alam semesta dari hari ke hari yang kian menggejala hingga saat ini, hingga detik ini, sebenarnya merupakan isyarat dan tanda dari Sang Pencipta Maha Segala. Artinya, bahwa Tuhan telah memberi isyarat dan tanda kepada manusia, dan bencana-bencana yang terjadi adalah teriakan lantang Tuhan agar manusia segera bertaubat untuk menghentikan perusakan ciptaan-Nya. Karenanya, mari didengarkan dicermati, dan dicamkan dengan seksama," jawab si Jhon.

"Jadi, benang merah antara aktivitas ekonomi manusia dengan geliat alam semesta berupa bencana-bencana itu apa, ya?" Kembali si Paneri tanya mendesak.

"Baiklah, mari dimulai pemahaman kita terhadap sistem ekonomi yang dijalankan oleh manusia di dunia saat ini, yang terlingkup dalam bangunan sistem negara-bangsa di pelbagai belahan dunia. Apakah sudah sejalan dengan kehendak Sang Pencipta Maha Segala, dalam arti kata sebuah sistem ekonomi yang mengarah pada keseimbangan? Hal ini lantaran konstruksi bangunan kehidupan ideal dengan segala aspek hidup yang ada di dalamnya, selalu dan selalu mengarah pada pola yang seimbang. Tak terkecuali terhadap aspek ekonomi yang seharusnya diterapkan oleh manusia apabila hendak dipararelkan terhadap rancang bangun dari Sang Pencipta Maha Segala. Begitu seharusnya, esensi prinsipalnya," ujar si Jhon.

"Wah, ini sangat mendalam, butuh keseriusan untuk membedah aspek kehidupan ekonomi manusia pada umumnya, guna menjawab pertanyaan, apakah sistem ekonomi yang sedang berjalan dalam budaya dan peradaban manusia saat ini, merupakan sistem ekonomi timpang ataukah sistem ekonomi seimbang? Begitu, ya?" Kata si Paneri.

"Ya, benar. Dari sebuah analisis menunjukkan bahwa sistem ekonomi timpang, atau sistem ekonomi batil itu sangat rentan terhadap krisis. Dimana sistem ekonomi dimaksud dipengaruhi oleh 2 varibel yang menentukan, yakni oleh kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dalam suatu negara-bangsa. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh bank central untuk mengatur uang yang beredar dan suku bunga dalam mencapai tujuan-tujuan ekonomi tertentu, yakni tentang pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah terkait dengan pengendalian aktivitas ekonomi melalui realisasi perubahan anggaran pendapan belanja negara dengan tujuan mendorong pertumbuhan ekonomi," ulas si Jhon.

"Jadi, simpelnya, orientasi sistem ekonomi batil itu pada galibnya adalah pertumbuhan ekonomi dimana kemajuan suatu negara-bangsa itu ditentukan oleh pertumbuhan eknominya, apakah begitu ya?" Timpal si Paneri menyela ulasan si Jhon.

"OK, mulai nyambung, ya? Saya lanjutkan ... Dalam hal kebijakan moneter, tugas utama dari bank central adalah mengatur peredaran uang guna mengendalikan inflasi (kenaikan harga barang dan jasa) dalam batas-batas yang wajar serta menstabilkan kurs rupiah. Inflasi harus selalu ada karena berfungsi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Adapun pola kerja bank central adalah menjaga inflasi melalui penaikan ataupun penurunan suku bunga acuan. Di samping itu juga menjaga nilai tukar rupiah melalui intervensi (pelepasan atau penjualan) dollar di pasar, sebab nilai tukar rupiah harus dikendalikan agar tidak jatuh lantaran kenaikan angka inflasi," papar si Jhon melanjutkan ulasannya.

"Kalau tentang kebijakan fiskal, bagaimana penjelasannya?" Tanya si Paneri.

"Kebijakan fiskal yang merupakan kewenangan dari pemerintah, dalam hal ini terkait dengan pola kerja anggaran pendapatan belanja negara atau APBN, dimana pemerintah menetapkan sumber anggaran pendapatan dari pajak, penerimaan negara bukan pajak atau PNPB, dan dari hibah. Porsi penerimaan pajak dalam APBN adalah 70%. Selanjutnya, pemerintah harus mengalokasikan belanja negara yang bisa mendorong peningkatan usaha dan pertumbuhan ekonomi yang dikenal dengan produk domestik bruto atau PDB. Sebagaimana dalam prosentase APBN pada 2023 sebesar 3.000 trilyun terhadap PDB sebesar 20.000 trilyun, itu berarti 15%, maka pendapatan yang 15% tersebut diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi," kata si Jhon.

"Dengan demikian, kalau saya tangkap dari ulasan anda itu, maka pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB itu adalah target pengelolaan ekonomi negara. Begitu, ya? Tukas si Paneri.

"Ya, tepat sekali. Pengertian pertumbuhan ekonomi ataupun produk domestik bruto adalah peningkatan produksi jumlah barang dan jasa, atau dengan kata lain adalah peningkatan konsumsi dalam suatu negara atau wilayah. Dimana seharusnya dan idealnya dapat dirumuskan demikian, bahwa produksi itu harus sama seimbang dengan konsumsi. Jadi, produksi barang dan jasa harus selalu dipacu untuk sebisanya tumbuh, sebab bila tidak ada pertumbuhan, misalnya 0% atau bahkan minus, maka negara dinyatakan dalam keadaan resesi, yang dalam kamus bahasa kita bermakna sebagai kelesuan dalam kegiatan dagang, industri dan sebagainya yang seolah-olah menjadi berhenti. Atau simpelnya bermakna menurunnya, mundurnya, dan berkurangnya kegiatan dagang dan indsutri," sambung si Jhon merinci.

"Variabel apa saja yang menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi dimaksud?" tanya si Paneri yang semakin antusias.

"Pertama, adalah produksi yang pada gilirannya akan merangsang dan memacu terjadinya peningkatan investasi. Kedua, adalah konsumsi yang melingkupi tentang peningkatan pendapatan, naik-turunnya harga, gaya hidup konsumerisme-hedonisme, dan lain sebagainya," jawab si Jhon.

"Pertanyaan saya terakhir, apa atau dimanakah sisi kelemahan dari sistem ekonomi timpang atau batil yang tak sejalan dengan sistem dari rancang bangun Tuhan Sang Maha Pencipta dan Maha Segala?" tanya pamungkas si Paneri.

"Kelemahan dan kebobrokan sistem ekonomi timpang atau sistem ekonomi batil sebagai akibat nafsu keserakahan manusia adalah demikian ... Dampak pertumbuhan ekonomi yang selalu dipaksakan berakibat pada lemahnya dan tidak tahannya terhadap guncangan krisis karena aktivitas ekonomi dipacu terus-menerus sepanjang 24 jam tanpa istirahat.

Terlalu bergantung pada investor penguasa modal atau kapitalis yang justru membuka ruang keserakahan dan menciptakan ketimpangan sosial-ekonomi, maupun kerusakan keseimbangan alam akibat eksploitasi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang berlebihan atau melampaui batas; Segala cara dilakukan untuk mendorong pertumbuhan, dan banyak hal yang tidak realistis yang sarat dengan permainan maupun rekayasa angka-angka palsu; Mendorong semaraknya perjudian dengan dalih investasi saham maupun emas; Selalu ada inflasi demi mendorong pertubuhan ekonomi; Banyak produksi yang tidak berdasarkan asas manfaat dan melemahkan ekonomi serta kesehatan masyarakat.

Ketergantungan pada impor dan hutang sangat tinggi; Kurs mata uang rentan jatuh dan merosost; Menumbuhkembangkan gaya hidup konsumerisme-hedonisme dan cenderung sangat tidak mandiri; Dan, daya tahan fisik masyarakat yang lemah akibat tekanan pekerajaan. Itulah kelemahan dan kebobrokan sistem ekonomi timpang atau ekonomi batil yang lebih populer dengan nama Sistem Ekonomi Kapitalisme yang berjaya memengaruhi dan menguasai dunia saat ini, dan telah menggusur Sistem Ekonomi Sosialis-Komunis sebagai rivalitas abadi di panggung sejarah budaya dan peradaban manusia dari masa ke masa," jawab si Jhon dengan detilnya yang sekaligus menutup cengkeramanya bersama si Paneri.

"Akitivitas manusia di sepanjang sejarah budaya dan peradaban manusia, dimulai dari aspek ekonomi ...." Tandas si Paneri lirih.

Perseteruan dan pertarungan sistem model kehidupan
Antara kapitalisme versus sosialisme-komunisme hingga detik ini
Telah dipastikan bahwa kapitalisme lah sebagai sang pemenang
Untuk sementara waktu, kapitalisme lah yang dominan
Dan, sosialisme-komunisme harus menerima realitas sebagai yang tergusur
Atau sudah tak laku lagi untuk diperdagangkan
Bahkan, wajah sosialisme-komunisme telah dipermak sebagai kapitalisme malu-malu
Lalu, apa kabar tentang sistem kehidupan berdasarkan ideologi Pancasila di negeri?

*****

Kota Malang, Juli di hari kedua belas, Dua Ribu Dua Puluh Empat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

 

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image