G30S/PKI dalam Sosiologi Komunikasi
Eduaksi | 2024-07-08 09:37:35G30S/PKI, atau Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia, adalah peristiwa sejarah di Indonesia yang terjadi pada tahun 1965, di mana sekelompok militer yang mengklaim bertindak atas nama PKI melakukan pembunuhan terhadap sejumlah jenderal Angkatan Darat. Peristiwa ini berakhir dengan kekalahan PKI dan penangkapan serta pembunuhan massal terhadap orang-orang yang dianggap terkait dengan komunisme di Indonesia.
Dalam konteks sosiologi komunikasi, G30S/PKI memiliki beberapa aspek penting:
Propaganda dan Opini Publik: Setelah peristiwa tersebut, rezim Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto menggunakan media massa untuk menyebarkan propaganda anti-komunis. Film, buku, dan kurikulum pendidikan dibuat untuk menggambarkan PKI sebagai ancaman besar bagi negara. Komunikasi massa digunakan secara intensif untuk membentuk opini publik dan melegitimasi tindakan pemerintah.
Pembentukan Narasi Sejarah: Media dan komunikasi memainkan peran penting dalam pembentukan narasi sejarah. Versi resmi dari peristiwa G30S/PKI banyak dipengaruhi oleh rezim Orde Baru. Narasi ini diulang-ulang dalam berbagai bentuk komunikasi, dari pidato politik hingga produk budaya seperti film dan buku, yang bertujuan untuk mengukuhkan pandangan pemerintah tentang peristiwa tersebut
Stigma Sosial: Orang-orang yang dituduh terkait dengan PKI, serta keluarga mereka, mengalami stigma sosial yang berat. Komunikasi antarpersonal dan kelompok sering kali dipenuhi dengan ketakutan dan kecurigaan terhadap siapa pun yang dicurigai memiliki hubungan dengan komunisme. Hal ini mempengaruhi dinamika sosial dan pola interaksi di masyarakat Indonesia.
Pencarian Kebenaran dan Rekonsiliasi: Dalam era reformasi, ada upaya untuk mengkaji ulang narasi resmi mengenai G30S/PKI. Komunikasi dalam bentuk penelitian akademis, diskusi publik, dan karya seni mulai mengeksplorasi sudut pandang yang berbeda tentang peristiwa tersebut. Ini mencerminkan perubahan dalam cara masyarakat berkomunikasi tentang sejarah dan mencoba memahami kebenaran yang lebih kompleks.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.