Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image SIHAP

Dialektika Logika Mistik dan Common Sense

Edukasi | Tuesday, 02 Jul 2024, 18:49 WIB
Sumber foto: iStock

 

Indonesia adalah Negara pancasila. dengan adanya sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti Negara ini mengakui dan memfasilitasi setiap umat yang beragama. Bersamaan dengan itu, Negara juga memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk memiliih Agama yang mau ia peluk. Karna hal itu tidak sedikit masyarakat Indonesia yang masih dilema terhadap eksistensi dirinya, mengapa dirinya bisa ada?, apakah benar dirinya ada karna kodrat (Rohani) lalu membentuk menjadi zat (jasmani) seperti yang dipercaya oleh orang-orang berketuhanan? Pertanyaan semacam itu selalu muncul dengan dalih Common Sense. Dialektika semacam ini akan terus berjalan tanpa ada hentinya karna mau tidak mau itu sifatnya supranatural sehingga akan ada terus kritikan dan pembelaan.Dari sekian banyaknya Negara yang percaya akan kehadiran Tuhan, Indonesia merupakan salah satu Negara dengan masyarakat yang percaya pada Tuhan sebagai sosok yang paling tinggi. Agama menjadi tata kaidah yang berhubungan dengan Tuhan dan Manusia. Walaupun begitu, Indonesia tidak dapat dikatakan sebagai Negara Agama karna Indonesia tidak menjadikan Agama apapun sebagai landasan Negara, namun tidak pula memisahkan diri dari urusan Agama.

Kaum beragama mengatakan “apa yang disabdakan sang Maha, maka timbullah”. Rohanilah yang pertama dan zatlah yang kedua, maka zat berasal dari rohani. Disini rohani yang berupa kodrat tidaklah dianggap barang yang terpisah, barang yang berdiri sendirinya, barang yang bisa melahirkan zat begitu saja dalam tempo yang sekejap mata, disini zat sebagai kodrat tarkandung oleh matter. Dimana ada benda disitu ada kodrat. Analoginya sebagai kodrat listrik yang dapat menggerakkan mesin, bisa memberi panas, dapat menghasilkan cahaya, dll. Kodrat listrik tidak dapat kita lihat rupanya tetapi dapat kita saksikan melalui kekuatannya.

Jika sang Maha menjelmakan segala sesuatu cukup dengan sabdanya, tetapi menurut Hukum Evolusi bahwa penjelmaan segala sesuatu yang ada di alam ini (termasuk manusia,binatang,dll) terjadi dalam jutaan-jutaan tahun. Dalam penjelmaan itu bukan kodrat (Roh) yang dahulu melainkan zat (benda/matter), Disinilah logika kaum ber-Tuhan mendapat tantangan dari ilmu alam.

Menggunakan teori Law of Evolution, Charles darwin membentangkan timbul dan tumbangnya tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia itu adalah hasil dari pertumbuhan yang lama, beratus, beribu, bahkan berjuta-juta tahun. Dari dua-tiga biji-asli (cells) sampai menjadi manusia. Diperkuat oleh Emanuel kant yang menggunakan Hukum Evolusi, berbicara dalam timbul, tumbuh dan tumbangnya bumi, matahari serta berjuta-juta bintang dilangit merupakan hasil dari waktu yang sangat lama prosesnya.

Dilanjut tentang filosofi manusia menggunakan teori law of evolution oleh darwin, dari leburan benda sampai bumi dan bintang di langit, dan beberapa biji asal tadi sampai ke manusia ada mempunyai keadaan dan sebab. Oleh karna berlainan keadaan hidup, umpamanya berlainan iklim, maka biji asal tadi menjelma menjadi ikan, lama kelamaan ikan menjelma menjadi amphibi (hewan yang hidup di air dan di daratan, seperti kodok dan lain-lain). Amphibi lama kelamaan menjadi reptil (binatang menjalar seperti ular), reptil lambat laun menjelma menjadi binatang yang menyusukan anaknya seperti lembu dan monyet, monyet inilah yang menderita penjelmaan dalam jutaan tahun sampai timbul hewan berupa Manusia. Hal ini diperkuat teori The Law of Constant Composition yang dikemukakan oleh Dalton yakni hukum perpaduan yang tetap, mengatakan jumlah di Alam tetap saja seperti dahulu, tak ada tak ada tambahnya dan tak ada pula kurangnya, Jika ada yang Tumbang pada satu tempat maka terdapat (timbul) ditempat lain.

Masih banyak lagi pemikiran-pemikiran yang dapat kita gunakan untuk menemukan filosofi Alam-Manusia untuk menemukan apakah Roh dulu kemudian zat atau malah sebaliknya. Tulisan ini hanya hadir referensi dalam berdialektika, silahkah percayai apa yang dikatakan Sang Maha-mu melalui firmannya, dan kita sendiri juga yakin bahwa bantahan di atas hanyalah bercakup pada sains, sedangkan sains mengabarkan sekadar apa yang dapat kita ketahui, dan kita lupa betapa banyak yang tidak dapat kita ketahui. Tetapi jika kita meng-Aminkan hal tersebut, maka teori Law of evolution ini akan tumbang, dan jika ini terjadi maka harusnya tumbanglah juga ilmu Biologi beserta gedung-gedungnya yang sudah menghasilkan banyak raksasa berfikir dari ilmu, yang mana itu sudah jelas sekali manfaat dan akuratnya buat seluruhnya umat manusia.

Selamat berfikir!. Manusia juga membutuhkan gairah, seni, dan agama. Ilmu boleh saja memasang batas-batas bagi pengetahuan, namun jangan pernah membatasi imanijasi.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image