Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Akmal Ihsan

Mengenal Diri dengan Memahami Arti Nama dalam Al-Quran

Agama | 2024-06-24 19:28:27
sumber: unsplash.com

Salah satu hal yang penting diketahui untuk menjawab pertanyaannya adalah memahami arti dan makna dari nama. Pepatah mengatakan bahwa nama adalah doa, maka memahami arti dan makna nama perlu diketahui. Selain karena bagian dari identitas yang melekat pada diri seseorang, doa dalam nama adalah serangkaian alur panjang yang menemani dan membentuk jalan hidup seseorang.

Dalam kesempatan kali ini, Penulis ingin mengetahui bagaimana arti dan makna dari nama sendiri, yaitu “Akmal” dalam Al-Quran. Dan untuk penelusuran makna kata dalam Al-Quran, Penulis mengikuti metode dari Toshihiko Izutsu. Dia adalah cendikiawan asal Jepang yang telah membuat beberapa karya hasil penelitiannya tentang semantik Al-Quran. Secara sederhana, semantik Al-Quran adalah sebuah ilmu untuk meneliti makna atau konsep yang terkandung pada suatu kata dalam Al-Quran. Izutsu menawarkan runtutan jalannya, dimulai dengan mencari makna dasar, makna relasional, makna historis, dan weltanschauung atau pandangan dunia.

Makna Dasar

Sebelum mencari makna dasar, perlu untuk mencari akar kata. Kata “Akmal” sendiri memiliki akar kata ka-mi-la (كَمِلَ). Dalam Kamus Al-Munawwir kata tersebut mengandung arti sempurna, lengkap, selesai, integrasi dan seluruhnya. Sedangkan menurut Ibnu Manzhur dalam karyanya yang berjudul Lisan Al-Arab, kata كَمِلَ merujuk pada makna kesempurnaan, penyatuan, penyelesaian, mempercantik, lengkap dan keseluruhan.

Sebelum menuju makna relasional, dalam Al-Quran kata كَمِلَ disebutkan sebanyak lima kali, di antaranya terdapat dalam QS. 2:185 dengan bentuk kata وَلِتُكْمِلُوا, QS. 2:233 dengan bentuk kata كَامِلَيْنِ, QS. 2:196 dengan bentuk kata كَامِلَةٌ, QS. 5:3 dengan bentuk kata أَكْمَلْتُ, dan QS. 16:25 dengan bentuk kata كَامِلَةً.

Makna Relasional

Untuk bagian ini, Izutsu memberikan dua analisis dalam mencari makna relasional sebuah kata, yaitu analisis sintagmatik dan analisis paradigmatik. Secara sederhana analisis sintagmatik adalah usaha mencari makna suatu kata berdasarkan kata yang berada di depan atau di belakang kata tersebut. Sedangkan analisis paradigmatik adalah usaha mencari makna suatu kata berdasarkan perbandingan dengan sinonim dan antonim kata tersebut.

Analisis Sintagmatik

Sebelumnya telah diketahui bahwa kata كَمِلَ memiliki arti sempurna. Namun ketika kata كَمِلَ bersanding dengan kata atau konsep lain, didapati makna lain melalui penjelasan dan penafsiran ulama.

Makna relasional dari analisis sintagmatik terhadap kata كَمِلَ didapati satu makna yang merujuk kepada makna “tujuan yang telah tercapai”. Hal ini didasarkan pada keterangan Raghib Al-Ashfahani dalam kitabnya yang berjudul Mufradat fi Gharib Al-Quran. Di antara makna tersebut terdapat dalam QS. Al-Baqarah [2]: 233, yang berbunyi:

۞ وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ

Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh

Al-Ashfahani menerangkan bahwa ayat ini menunjukkan tujuan dari penyusuan adalah kebaikan anak, dan melaksanakannya selama dua tahun tujuan tersebut tercapai.

Analisis Paradigmatik

Sebagaimana yang telah dipaparkan, pada bagian ini akan dijelaskan terkait sinonim dan antonim dari كَمِلَ untuk menemukan makna yang terkandungnya.

1. Sinonim

Salah satu persamaan dari kata كَمِلَ adalah تَمَّ, yang memiliki arti sempurna. Secara harfiah kedua kata tersebut memiliki kesamaan arti, namun secara makna keduanya berbeda. Hal ini dijelaskan dalam Tafsir Al-Mishbah karya Quraish Shihab ketika menafsirkan QS. Al-Maidah [5]: 3, yang berbunyi:

اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًا...

Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu

Untuk menafsirkan ayat ini, Quraish Shihab mengutip pendapat Thabathaba’i mengenai perbedaan makna akmaltu dan atmamtu. Thabathaba’i menyatakan bahwa akmaltu digunakan untuk menggambarkan gabungan dari sekian banyak hal yang masing-masing sempurna dalam suatu wadah yang utuh. Sedangkan atmamtu digunakan untuk menggambarkan himpunan dari sekian banyak hal yang belum sempurna sehingga terhimpun seluruhnya menjadikan ia sempurna.

2. Antonim

Untuk bagian ini, salah satu lawan kata dari كَمِلَ adalah نَقَصَ. Dalam Kamus Al-Munawwir, kata نَقَصَ memiliki arti kekurangan, aib, cacat, dan cela. Kemudian dalam kitab Lisan Al-Arab, kata نَقَصَ bermakna kerugian dalam hal nasib. Pandangan serupa pun disampaikan oleh Al Ashfahani dalam Mufradat fi Gharib Al-Quran. Kata dan makna tersebut termaktub salah satunya dalam QS. Al-Baqarah [2]: 155, yaitu:

وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ

kekurangan harta, jiwa

Makna Historis

Untuk menilik perkembangan makna, Izutsu membagi periode historis dalam kajian bahasa Al-Quran menjadi tiga, yaitu praquranik, quranik, dan pascaquranik. Dalam bagian ini pencarian kata setiap periode diperoleh melalui riwayat atau kesusastraan pada masanya.

Praquranik

Didapati kata كَمِلَ dalam potongan syair Jahiliyyah karangan Tarafah bin Abid di kumpulan syair Al-Muallaqat, yaitu:

لها فَخِذانِ أُكْملَ النَّحضُ فِيهِما، كأَنّهُما بابا مُنيفٍ مُمَرَّدِ

Ia memiliki dua paha yang sempurna dalam kepadatannya, seakan-akan pintu menara yang megah dan kokoh

Quranik

Untuk periode ini kata كَمِلَ diperoleh melalui riwayat hadis dalam Shahih Bukhari, yaitu:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ، عَنْ مُرَّةَ الْهَمْدَانِيِّ، عَنْ أَبِي مُوسَى ـ رضى الله عنه ـ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم " كَمَلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ " .

Dari Abu Musa, Rasulullah bersabda: “Lelaki yang kemuliaannya sempurna itu banyak, dan tidak ada wanita yang kemuliaannya sempurna kecuali: Asiyah istri Fir'aun, Maryam bintu Imran. Dan keutamaan Aisyah dibanding para wanita tersebut sebagaimana keutamaan tsarid (hidangan daging dan roti) dibandingkan dengan seluruh makanan”. (H.R. Bukhari No. 3411)

Pascaquranik

Didapati kata كَمِلَ dalam potongan puisi Ahmad Syauqi Sang Pangeran Penyair dari Mesir, yang berbunyi:

مُسْرَجٌ فِي كُلِّ حِينٍ مُلْجَمٌ ... كَامِلُ العُدَّةِ مَرْمُوقُ الرِّوَاءِ

Selalu bersiap dengan pelana dan tali kekang ... lengkap dengan peralatan, terlihat megah.

Weltanschauung

Untuk mendapati weltanschauung, Izutsu menyatakan bahwa yang menentukan makna tersebut adalah makna historis praquranik dan quranik. Pascaquranik tidak digunakan karena menurutnya telah tercampur konsepsi baru. Dengan itu, didapati bahwa makna kata كَمِلَ adalah sempurna.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image