Penghancur Sepi
Sastra | 2022-01-19 23:03:53Penghancur Sepi
***
sepi sepi muncul di dinding dinding kota. seperti belukar belukar tajam, melebar, mencakar cakar, meraba raba ke jaringan paling inti, mengganggu persendian dan gelombang pikiran.
aku pergi, berlari lari, ke seberang jalan, ke toko penghancur sepi,
yang menyimpan segala dokumen para pendatang, tunawisma dan para mukim.
aku mendapati jalan tak bertepi, dihimpit padat yang menyala dan suara suara yang membakar telinga.
dan toko yang kumaksud telah tutup:
sebab pemiliknya telah menutup semua kenangan, tak ada mesin pencetak ketenangan di sini katanya saat itu, cerita pemilik toko sebelahnya.
aku melompati jalan raya yang padat, jelang senja yang temaram. hujan turun tadi sore.
aku menjenguk sebuah toko online, di playstore, terjebak di marketplace, memesan beberapa pikiran segar, harapan segar dan rindu yang telah dihangatkan.
***
sepi masih merayapi tanah kota yang kering, ia meraba raba mencakar, mencongkel persendian, membentuk kanal kanal baru di atasnya, orang orang tertarik tarik ke dalamnya, aku tercekik sepi!
*
note :
dalam rencana antologi baru, Peradaban Kota.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.