Sejarah Sosial Muslim Minoritasn Etnis Melayu Di Nusantara
Sejarah | 2024-06-22 15:06:16Resensi untuk buku : Sejarah Sosial Muslim Minoritasn Etnis Melayu Di Nusantara
Judul : Sejarah Sosial Muslim Minoritasn Etnis Melayu Di Nusantara Pattani-Thailand, Singapura, Moro-Fhilipina, dan Timor Leste
Penulis: Dr. Asep Achamd Hidayat
Tahun Terbit: 2023 Jumlah Halaman: viii,196
ISBN: 978.623.384.424.6
ISBN(E): 978.623.384.424.3
Penerbit: Jakarta, Kencana
Dr. Asep Achmad Hidayat, M.Ag. Penulis dalam buku ini yang merupakan seorang Dosen Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Dan memiliki keahlian dalam Konsentrasi dalam bidang Studi Kawasan Islam.
Resensi Buku:
Wilayah Nusantara (Asia Tenggara) adalah rumah bagi lebih dari 250 juta umat Islam, yang sebagian besar tinggal di Republik Indonesia (RI), Malaysia, dan Brunei. Selebihnya merupakan kelompok minoritas Muslim di sejumlah negara di nusantara. Secara garis besar wilayah minoritas muslim di nusantara terbagi menjadi dua Region (wilayah), yaitu wilayah daratan dan wilayah laut.
Mayoritas umat Muslim Nusantara beragama Sunni dan menganut mazhab Syafi'iyah dalam fiqih, As'ariyah dalam teologi, dan tarekat sufiah. Oleh karena itu, mayoritas kelompok minoritas Islam di nusantara juga menganut mazhab Sunni Safi'iyah, teologi Imam al-As'ariyah dan ajaran tarekat sufiah.
Kelompok Muslim Asia lainnya berasal dari Kamboja, yaitu kelompok Muslim Cham di perbatasan antara Thailand dan Kamboja, di wilayah utara. Mereka berimigrasi ke Kamboja bagian selatan dan Thailand karena kerajaan Islam Champa dihancurkan oleh kerajaan Vietnam. Pada abad ke-18 dan ke-19, beberapa Muslim Cham yang tinggal di Kamboja menetap di Bangkok.
Kelompok Muslim Asia lainnya termasuk orang Asia Selatan (khususnya India, Pakistan, dan Bangladesh) dan Muslim asal Indonesia, khususnya Bugis, Jawa, dan Minangkabau. Menurut laporan seorang musafir Perancis, Guy Tachard, pada tahun 1685 M, di Thailand ditemukan Komunitas Syiah Persia yang sering menerima dana dari Raja Thailand untuk melaksanakan beberapa kegiatan ritual pada masa itu.
Seiring berjalannya waktu, terjadi percampuran antar suku, terutama dengan pedagang Jawa, Cina, Arab dan Gujarat yang mengunjungi Timor untuk mencari kayu cendana yang berharga. Pulau Timor dibagi lagi menjadi beberapa kerajaan kecil yang diperintah oleh para pangeran (disebut raja atau liurai) dan pemimpin klan yang menjalankan kekuasaan di desa-desa.Selain itu, Kesultanan Malaka telah memasukkan hukum syariah ke dalam Qanun negaranya sejak abad ke-16. Selanjutnya Kesultanan Johor menggantikan peran Kesultanan Malaka setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511 M. Pada masa Kesultanan Johor, Singapura menjadi bagian dari kesultanan tersebut hingga tahun 1824 Masehi.Sekitar abad ke-15 M, wilayah Sulu berhasil masuk Islam oleh dua orang pendakwah Arab dan Minangkabau, yaitu Syeih Makdum dan Raja Baginda. Dikisahkan seorang ulama keturunan Arab, Karimul Makdum, datang ke wilayah Sulu dan memperkenalkan Islam kepada penduduk pribumi pada tahun 1380. Sepuluh tahun setelah Karimul Makdum, yakni pada tahun 1390, Raja Bagindo dari Minangkabau datang ke Sulu dan menyebarkan Islam di wilayah tersebut sampai ke Pulau Sibutu.
Isi Buku:
Kajian mengenai sejarah sosial kelompok minoritas Muslim di nusantara masih jarang dan belum ada hingga saat ini. Artikel ini menjelaskan proses sejarah dimana Muslim Melayu menjadi minoritas di Thailand, Singapura dan Filipina. Selanjutnya dinamika kehidupan sosial politik umat Islam di tiga negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim.Selain itu, penyebaran Islam di Asia Tenggara pada abad ke-13 Masehi, melalui kontak antara pedagang Muslim dan penduduk lokal, serta per- dagangan melalui Jalur Sutra antara Filipina Selatan dan wilayah tetangga lainnya seperti Brunei, Malaysia atau Indonesia men- dorong penyebaran Islam semakin cepat di wilayah tersebut.Kelompok Muslim di Thailand beragam, namun dilihat dari perspektif etnolinguistik corak keislaman Muslim Thailand secara umum didominasi oleh kebudayaan Islam Melayu. Hal ini bukan hanya karena mayoritas Muslim di negeri gajah putih tersebut adalah berasal dari etnis Melayu, namun juga karena proses interaksi yang cukup lama (ratusan tahun) antara Muslim di Thailand dengan mayoritas Muslim di luar Thailand di Kawasan Asia Tenggara. Kawasan peradaban Isam Asia Tenggara dilihat dari perspektif etnolinguistik merupakan kawasan peradaban Islam Melayu.
Di bagian wilayah Thailand Utara, yang merupakan rumah bagi orang Islam Cina (Hui), juga merupakan rumah bagi banyak orang Burma, dan campuran orang-orang Cina-Myanmar atau orang-orang Pakistan-Myanmar. Selain itu orang-orang Melayu-Pattani di bagian wilayah Thailand Selatan merupakan golongan minoritas yang paling besar di negara itu. Walaupun mereka hanya mencakup 2,84 persen dari seluruh penduduk negara itu yang berjumlah 57.788.165 Jiwa.
Secara garis besar Muslim Singapura terdiri dari dua ke Lompok, yaitu Muslim Melayu dan Muslim migran dari Jawa, Sumatra, Bugis, India dan Arab. Mayoritas Muslim Singapura menganut Mazhab Sunni-Syafi'iyah. Sebagian kecil menganut Mazhab Hanafiyah, dan Syi'ah. Ada juga kelompok Islam lainnya di luar ketiga mazhab tersebut, seperti kelompok Salafi, dan Ahmadiyah.
Agama Islam masuk ke Timor Leste dengan masuknya agama Islam di Pulau Sumbawa antara tahun 1540-1550 M yang dibawa oleh para mubaligh dan pedagang dari Demak, mengingat Demak pada saat itu merupakan pusat penyebaran agama Islam di Asia Tenggara menggantikan kekuasaan Malaka yang dikuasai Portugis sejak tahun 1511 Masehi. Diperkirakan Islam menyebar dari Demak melalui Nusa Tenggara Barat (Lombok dan Sumbawa), setelah itu taalung masuk ke Pulau Timor.
Jauh sebelum kedatangan bangsa Spanyol dan Amerika serta pemerintahan Manila yang Kristen, di Kawasan Filipina telah berdiri beberapa kerajaan Islam, yaitu Kesultanan Sulu, Kesultanan Maguindanau (keduanya di kepulauan Mindanau di Selatan) dan Keraajaan Islam Manila di Luzon di Utara. Ketiga kerajaan Islam tersebut memiliki hubungan erat, baik dari aspek genealogi, kebudayaan, politik dan ekonomi, maupun agama dengan kerajaan-kerajaan Islam di Semenanjung, Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Maluku.
Kesultanan Sulu didirikan oleh seorang ulama dari Johor, bernama Syariful Hasyim Syed Abu Bakar (atau Muhammd Abu Bakar) pada tahun 1457. la menyandang gelar Mahasari Maulana al-Sultan Syariful Hasyim. Ia menetap di Buansa, Sulu. Dalam Naskah Nagarakretagama, negeri Sulu disebut Solot, salah satu negeri di kepulauan Tanjunganagara (sebutan untuk Kalimantan-Filipina), yaitu satu kawasan yang berada dalam perlindungan Kerajaan Majapahit.
Kesultanan Maguindanau atau Maguindanao (terkadang ditulis Magindanaw) merupakan sebuah kesultanan di bagian Selatan Filipina (sekarang), tepatnya di sebagian Pulau Min- danau, terutama di Provinsi Maguindanau dan Kota Davao (sekarang). Pengaruh sejarahnya, terkenal membentang dari Semenanjung Zamboanga hingga ke Teluk Sarangani. Dalam periode Kolonialisme Barat di Asia Tenggara, Kesultanan Maguindanau menjalin hubungan erat dengan Kesultan Sulu, Sulawesi, Ternate, Brunei, Malaka, Batavia (Belanda), dan Inggris.
Kekuatan buku
Analisis Mendalam: Penulis memberikan analisis terperinci berdasarkan data. Setiap bab menampilkan studi kasus dan referensi dari berbagai sumber akademis, serta memberikan landasan yang kuat untuk setiap argumen yang disajikan.
Keragaman Kasus Studi: Buku ini mengulas berbagai kasus dari banyak negara di dunia Islam, khususnya di kawasan Asia Tenggara, dengan menyajikan gambaran luas dan beragam mengenai kondisi dan tantangan yang kita hadapi, seperti demografi, geografi, politik, sejarah, tradisi sosial dan agama.
Mudah di Pahami: Walaupun buku ini khusus ditujukan sebagai referensi mengenai mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, mata kuliah Kajian Regional di Dunia Islam, mata kuliah Minoritas Muslim, dan ditawarkan pada program perkuliahan Sejarah Peradaban Islam (SPI), baik S1, S2 dan S3. Disajikan juga bagi mereka yang tertarik dengan kajian Islam di Asia Tenggara. Termasuk aktivis dakwah Islam. Selain itu buku ini juga dapat dipahami oleh orang awam yang ingin mengkaji dunia Islam khususnya kawasan minoritas di Asia Tenggara.
Pendekatan Multidisipliner: Buku ini menggunakan pendekatan multidisiplin yang mencakup perspektif sejarah, politik, dan sosial. Pendekatan ini memberikan pemahaman mendalam dan komprehensif mengenai dinamika yang ada di kalangan kelompok minoritas Muslim, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Sebagai Jawaban: Buku ini merupakan respon masyarakat, khususnya kalangan akademisi, untuk mengetahui dan memahami sejarah perkembangan minoritas Muslim di berbagai kawasan, khususnya Asia Tenggara, dalam pembahasan isu-isu tersebut.
Kesimpulan : Buku ini merupakan salah satu upaya untuk menjawab kebutuhan masyarakat Terkait dunia Islam khususnya Islam Minoritas di asia tenggara. Secara garis besar tentang teoti masuknya Islam di kawasan Asia Tenggara, sejarah perkembangan muslim di kawasan Asia Tenggara, hingga tantangan di masa depan. Buku ini sangat cocok untuk menjadi landasan untuk mengkaji tentang sejarah sosial muslim minoritas.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.