Cerita Lain Dibalik Korban Pembunuhan
Info Terkini | 2024-06-21 19:35:52Kebumen, Info_PAS_Menjadi seorang Pembimbing Kemasyarakatan adalah sebuah pilihan dalam menjalankan profesi sebagai seorang Aparatur Sipil Negara. Jarak dan waktu dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai Pembimbing Kemasyarakatan tidak lagi menjadi sebuah perhitungan, akan tetapi menjadi sebuah kebutuhan manakala tugas-tugas yang harus segera dilaksanakan diberikan dengan batas waktu yang harus berpacu dengan batas waktu pekerjaan lain yang sama-sama harus segera diselesaikan. Terkadang hujan, panas dan jarak yang jauh sudah bukan hal yang menjadi rintangan, namun akan menjadi sahabat yang senantiasa mengiringi penyelesaian tugas-tugas yang harus tuntas dan tidak meninggalkan masalah, sehingga masyarakat penerima pelayanan tidak merasa kecewa ataupun dirugikan dan sebaliknya akan memberikan nilai kepuasan yang akan memberikan dampak pada pelayanan organisasi secara umum.
Dengan paradigma yang sudah menjadi kewajiban bagi seorang abdi negara yang setia melayani masyarakat ini, maka pengalaman suka dan duka dalam pelaksanaan tugas menjadi sebuah cerita lain dalam lika-liku pelaksanaan tugas. Salah satu tugas Pembimbing Kemasyarakatan adalah menyelesaikan Penelitian Kemasyarakatan untuk usulan Program Pembebasan Bersyarat. Di dalam Laporan Penelitian Kemasyarakatan yang harus disusun ini ada bagian penjelasan mengenai tanggapan pihak korban. Kalau pihak korban sudah mengikhlaskan dan menyerahkan kepada proses hukum yang berlaku, itu adalah hal yang biasa. Tapi akan menjadi cerita lain manakala pihak korban belum ikhlas walaupun pelaku sudah diproses hukum dan sedang menjalani pidana.
Hal inilah yang dialami Pembimbing Kemasyarakatan Madya Bapas Purwokerto, Hadi Prasetyo. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya sampailah ke Desa Banjurpasar, Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Sebuah desa yang terasa tentram, sunyi, hamparan sawah yang luas, tanahnya subur, banyak pepohonan yang sangat rindang dan banyak penduduk yang santun perilakunya. Sepintas akan terasa betah bila tinggal dan berbaur dengan penduduk di desa ini. Namun siapa sangka, di desa inilah telah terjadi peristiwa mengerikan yang menggemparkan warga saat warga desa akan memulsi aktifitas di pagi hari pada awal tahun 2017 silam yaitu peristiwa pembunuhan seorang mantri kesehatan dengan pisau masih menancap ditubuhnya saat ditemukan warga.
"Alhamdulillah akhirnya sampai juga saya di desa Banjurpasar" ungkap Hadi Prast nama sapaan akrab Pembimbing Kemasyarakatan Madya Bapas Purwokerto ini saat ditemui Kepala Desa dan didampingi Kepala Seksi Pemerintahan Desa Banjurpasar Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen. Setelah cukup dalam menjelaskan maksud dan tujuan serta memperkenalkan diri, barulah suasana mulai terasa akrab dan menyenangkan. "Ternyata Tugas Bapas ini sangat mulia dan cukup luas wilayah kerjanya" ujar Imam selaku Kepala Desa Banjurpasar serasa mempersilahkan menikmati hidangan yang ada. Setelah semuanya dirasa cukup, Hadi Prasetiyo pun mohon diri untuk pamit dan berniat langsung ke pihak korban. Namun belum selesai Hadi Prasetyo beranjak, Pak Muhson selaku Kepala Seksi Pemerintahan mencegah untuk pergi ke pihak korban tidak seorang diri.
"Sebaiknya Bapak jangan ke rumah korban seorang diri, biarkan saya temani" pinta Kasie Pemerintahan ini. Hal ini tentu membuat tanda tanya dan penuh keheranan mengapa harus ditemani untuk menuju rumah korban yang sudah biasa dilakukan dalam penyusunan laporan penelitian kemasyarakatan ini. "Tidak usah heran Pak, nanti akan tahu dan terjawab kalau sudah di TKP" jelas Kepala Desa sambil mengantarkan ke halaman kantor. Tidak begitu jauh dari kantor Pelayanan Desa Banjurpasar, sampailah ke Tempat Kejadian Perkara pembunuhan tahun 2017 yang lalu. Sebuah rumah yang sangat besar, halamannya sangat luas dengan disekelilingnya dihiasi taman dan ditutup dengan pagar tembok yang megah ditambah lagi dengan pintu gerbang yang cukup tinggi. Bila kondisi ini dilihat pada tahun 2017, tentu ini menjadi sebuah rumah yang paling megah dan sangat mentereng dijamannya. Tidak ada rumah semegah ini di sebuah desa yang cukup sederhana pola hidupnya.
"Inilah rumah almarhum Sugeng. Korban pembunuhan yang kami ceritakan tadi" jelas Muhson sambil berhati-hati karena suasana yang sangat sunyi dan sepi walaupun di siang hari. "Ini siang hari, tapi saya merasa merinding di tempat ini. Ada apa pak? tanya Hadi sambil merasakan ada sesuatu yang aneh. "Setelah kematian almarhum dengan cara tragis ini, rumah ini tidak ada yang mengurus. Ada pembantu, itupun hanya siang hari. Begitu sore tiba tidak ada yang ke sini, apalagi malam. Makanya rumah ini tampak seram. Lihat saja, bangunan sudah mulai terlihat lapuk, cat sudah mengelupas, pokoknya sudah tidak terurus" ujar Pak Muhson sambil menunjukkan ke suatu tempat. Setelah lama menjelaskan bagaimana pembunuhan itu bisa terjadi dan saat ditemukan sampai dimakamkan dan cerita lain setelahnya. Barulah pak Kasie Pemerintahan ini mengakhiri ceritanya. "Jadi Almarhum ini, sebelum terjadi peristiwa pembunuhan, sudah bercerai dan kedua anaknya diasuh kakeknya di Jakarta. Kemudian bekas isterinya sudah menikah lagi dan tidak berada di sini. Jadi Almarhum hidup seorang diri. Dan pada dasarnya kami warga desa sudah mengikhlaskan kepergian beliau dengan segala kelebihan dan kekurangannya" pungkasnya. (HPH/YR)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.