Perilaku Zalim dalam Pesperktif Al-Quran (Studi Kasus Zionis Israel)
Agama | 2024-06-21 14:19:47Dalam Islam, umat manusia diajarkan untuk menerapkan perilaku-perilaku yang baik dalam kehidupannya sebagai refleksi dari pemahamannya terhadap AlQur’an yang dijadikan sebagai pedoman hidup dan juga sebagai bentuk ketundukan pada Allah, yang mana ketundukan merupakan salah satu pangkal akhlak terpuji. Penerapan sifat-sifat terpuji dalam kehidupan sehari-hari akan melahirkan akhlak yang baik yang kemudian mengantarkan seseorang tersebut pada kesempurnaan iman, tetapi dengan melihat kenyaatan bahwa sebagian manusia mulai lengah dalam berpegang teguh pada agama, disinilah setan akan mendekati hati manusia dan membisikkan ke dalam hati manusia apa saja yang ia inginkan, dan Allah sudah memberikan setan-setan tersebut jalan menuju hati manusia karena sebagaimana yang diriwayatkan dalam sebuah hadits yakni dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim bahwasanya setan berjalan di dalam diri manusia layaknya darah yang mengalir.
Beranjak dari kenyataan tersebut, penyimpangan-penyimpangan sifat manusia semakin marak terjadi, seperti misalnya masalah penganiayaan, penindasan, pemerasan dalam hal materi maupun non materi, dan lain sebagainya. Yang mana hal tersebut merupakan sikap zalim yang harus dilenyapkan dari kehidupan masyarakat. Secara bahasa, zalim atau azh zhulmu artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Disebutkan dalam Lisaanul Arab: الظُّلْمُ: وَضْع الشيء في غير موضِعه “Azh zhulmu artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya” Secara istilah, zalim artinya melakukan sesuatu yang keluar dari koridor kebenaran, baik karena kurang atau melebih batas. Al Asfahani mengatakan: هو: (وضع الشيء في غير موضعه المختص به؛ إمَّا بنقصان أو بزيادة؛ وإما بعدول عن وقته أو مكانه) “Zalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada posisinya yang tepat baginya, baik karena kurang maupun karena adanya tambahan, baik karena tidak sesuai dari segi waktunya ataupun dari segi tempatnya” (Mufradat Allafzhil Qur’an Al Asfahani 537, dinukil dari Mausu’ah Akhlaq Durarus Saniyyah).
Kezaliman merupakan sebuah dosa yang telah secara detail dijelaskan dalam Al Qur’an dan Zalim ini juga termasuk akhlak yang sangat buru dan Perbuatan zalim juga termasuk dalam akhlak yang sangat buruk dan tercela. Bentuk kezaliman masih sering berkembang di tengah kehidupan masyarakat, salah satunya yaitu kezaliman Israel terhadap Palestina. Seperti yang kita ketahui konflik bersenjata Israel dan Palestina sejak dahulu hingga kini belum juga reda. Berbagai macam kezaliman yang dilakukan Israel untuk merebut tanah Palestina.
Zalim dalam Al-Qur’an adalah perbuatan dosa berupa menganiaya, baik secara fisik maupun batin, sebagaimana yang kita lihat saudara-saudara kita di palestina mati-matian berjuang sendiri mengatasi serangan militer yang dilakukan Israel yang telah terjadi selama kurang lebih satu abad. Eskalasi Israel terhadap warga Palestina, yang meliputi pembunuhan, penyiksaan, penangkapan serta membolehkan pemukim melakukan kejahatan, menimbulkan ancaman yang luar biasa terhadap keamanan dan stabilitas kawasan palestine, ini merupakan bentuk kezaliman yang sangat tampak sekali.
Seorang yang beriman kepada Allah dan memegang teguh prinsip keadilan, kesamaan derajat, tidak akan berbuat aniaya. Sebab ia sadar, bahwa kezaliman itu merupakan kegelapan yang akan menutup rapat hati orang yang melakukannya, sebagaimana diterangkan oleh Nabi Muhammad Saw di dalam hadis:“Jauhilah dan takutlah kamu berbuat zalim, sebab sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan di hari kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim) Kata zalim melalui terma al-Zulm, yang diulang-ulang sebanyak 316 kali dan terletak pada surah yang berbeda-beda. Ada beberapa makna dari kata al-Zulm yang dibenarkan oleh Al-Qur’an yaitu: 1) Zalim Bermakna Kegelapan Kata Zulm sebagai lawan ‘adl, yang memiliki arti kezaliman dan kegelapan, dengan perhitungan bahwa perbuatan zalim adalah manifestasi dari kegelapan atau ketiadaan hidayah. Nabi Muhammad saw mendefinisikan zalim yaitu al-Zulm Zulumatun “kezaliman itu adalah kegelapan. Kata al-Zulm mempunyai makna kegelapan (QS al-Baqarah [2]:17) مَثَلُهُمۡ كَمَثَلِ الَّذِى اسۡتَوۡقَدَ نَارًا ۚ فَلَمَّاۤ اَضَآءَتۡ مَا حَوۡلَهٗ ذَهَبَ اللّٰه بِنُوۡرِهِمۡ وَتَرَكَهُمۡ فِىۡ ظُلُمٰتٍ لَّا يُبۡصِرُوۡنَُ Artinya: Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Quraish Shihab dalam tafsirnya terkait dengan (QS al-Baqarah [2]:17) menyatakan bahwa kondisi mereka dalam kemungkaran seperti orang menghidupkan api terhadap orang-orang sekitarnya dan setelah api itu telah hidup, Allah mematikan cahaya tersebut dan membiarkan mereka berada dalam kegelapan yang nyata dan tidak bisa melihat apapun. Keadaan tersebut dikarenakan umat itu mengingkari, petunjuk yang telah Allah berikan, mata mereka tertutup dan terjerumus dalam kesesatan dan kebimbangan. Terkait dengan kata al-Zulm juga berada dalam (QS an-Nùr [24]:40), memiliki makna kegelapan lautan. اَوْ كَظُلُمٰتٍ فِيْ بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَّغْشٰىهُ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ مَوْجٌ مِّنْ فَوْقِهٖ سَحَابٌۗ ظُلُمٰتٌۢ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍۗ اِذَآ اَخْرَجَ يَدَهٗ لَمْ يَكَدْ يَرٰىهَاۗ وَمَنْ لَّمْ يَجْعَلِ اللّٰهُ لَهٗ نُوْرًا فَمَا لَهٗ مِنْ نُّوْرٍ Artinya: “Atau (kondisi orang-orang yang ragu) menyerupai kegelapan pada dalamnya lautan, diliputi oleh sejumlah besar ombak, yang di atasnya ada (lagi) awan yang gelap. ini benar-benar gelap yang berlapis-lapis. Pada saat dia mengeluarkann tanganya hampir tidak bisa melihatnya. Barang siapa tidak diberi hidayah oleh Allah, maka dia tidak akan mendapatkann cahaya sedikit-pun” Ayat diatas menjelaskan poin perumpamaan orang non muslim di sepadankan dengann gelapnya dasar lautan, diselimuti dengan ombak dan diliputi oleh tebalnya awan, yaitu kegelapan yang sudah mencapai puncaknya. Beberapa mufassirin memiliki pandangan yang tidak sama dalam menafsirkan ayat tersebut. Sebagian menjelaskan arti penting dari ayat tersebut adalah sebenar-benarnya orang kafir, Sebagian lagi mengungkapkan merupakan bentuk dari perilaku orang-orang kafir, sisanya mengatakan hati yang telah terjerumus dalam kegelapan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa Seperti yang kita lihat dengan kezalimannya israel terhadap palestine itu menunjukkan kegelapan hatinya mereka, sehingga mereka tidak bisa melihat cahaya kebaikan lagi.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.