Larangan Puasa di Hari Tasyrik!
Agama | 2024-06-20 15:47:07Pengertian Hari Tasyrik
Hari Tasyrik adalah tiga hari setelah Hari Raya Idul Adha, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah. Hari-hari ini memiliki makna penting dalam Islam, terutama bagi umat Muslim yang melaksanakan ibadah haji. Selama Hari Tasyrik, jamaah haji berada di Mina untuk melaksanakan rangkaian ibadah seperti melempar jumrah.
Larangan Puasa di Hari Tasyrik
Dalam Islam, terdapat larangan berpuasa pada Hari Tasyrik. Larangan ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar dan Aisyah ra., yang menyatakan:
“Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, keduanya berkata: “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari Tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan qurban ketika menunaikan haji.” (HR. Bukhari, no. 1859)
“Dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya kita pemeluk agama Islam, serta merupakan hari-hari untuk makan dan minum.” (HR. An-Nasa’i, no. 2954)
Alasan dan Hikmah Larangan Puasa di Hari Tasyrik
Ada beberapa alasan dan hikmah di balik larangan berpuasa pada Hari Tasyrik:
1. Mensyukuri Nikmat Allah: Hari Tasyrik adalah hari untuk menikmati nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, khususnya makanan dan minuman. Pada hari-hari ini, umat Islam dianjurkan untuk makan, minum, dan bersyukur atas rezeki yang diberikan.
2. Menghormati Ibadah Haji: Bagi jamaah haji, Hari Tasyrik adalah waktu untuk menyelesaikan rangkaian ibadah di Mina, termasuk melempar jumrah. Berpuasa bisa menjadi beban tambahan yang mengganggu kekhusyukan dan kekuatan fisik dalam melaksanakan ibadah.
3. Momen Kebersamaan dan Silaturahmi: Hari Tasyrik juga merupakan kesempatan untuk mempererat silaturahmi dengan keluarga, kerabat, dan sesama Muslim. Dengan tidak berpuasa, umat Islam dapat berkumpul dan menikmati hidangan bersama, menciptakan ikatan yang lebih erat.
4. Perbanyak Ibadah dan Zikir: Hari Tasyrik adalah hari-hari untuk banyak berdzikir kepada Allah SWT. Dengan kondisi tubuh yang tidak lapar atau haus, umat Islam dapat lebih fokus dalam beribadah dan berdzikir.
Larangan berpuasa pada Hari Tasyrik bukan sekadar aturan tanpa makna, melainkan memiliki tujuan yang jelas dalam menjaga keseimbangan antara ibadah dan kesejahteraan umat Islam. Dengan memahami dan mematuhi larangan ini, umat Islam dapat menjalani hari-hari Tasyrik dengan penuh rasa syukur, kebersamaan, dan peningkatan spiritualitas.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.