Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Trisna Dewi Pramiswari

All Eyes on Papua: Mengapa Tempat Tinggal Kami? Kami Merasa Terancam!

Info Terkini | 2024-06-18 00:11:15
Sumber: https://www.kompas.com/tren/read/2024/05/31/180000465/ramai-poster-all-eyes-on-papua-di-media-sosial-apa-yang-terjadi-?page=all

Gerakan “All Eyes on Papua” saat ini tengah naik di kalangan pengguna sosial media. Awal mula gerakan ini muncul ketika perwakilan masyarakat adat suku Awyu dan suku Moi melakukan aksi damai di depan gedung Mahkamah Agung pada Senin 27, Mei 2024. Dimana, aksi tersebut menarik perhatian warganet yang menyaksikan video yang beredar.

Aksi damai ini dilakukan sebagai bentuk penolakan masyarakat Papua atas pembabatan hutan yang dilakukan oleh perusahaan sawit. Isu pembabatan hutan yang digambarkan memiliki luas separuh Jakarta atau sekitar 36,000 ha kabarnya akan dibabat menjadi perkebunan kelapa sawit.

“Saya tidak pernah curi orang lain punya tanah!” ucap Hendrikus ‘Franky’ Woro selaku perwakilan suku Awyu, Senin (27/6/24).

Hutan ini merupakan sumber kehidupan untuk mereka dan hutan adat tempat mereka hidup secara turun-temurun. Apabila hutan ini akan dibabat tentunya akan menghilangkan sumber penghidupan, pangan, budaya, dan sumber air masyarakat Papua, khususnya suku Awyu dan suku Moi.

Menteri ATR/BPN Agus Harimurti Yudhoyono juga menanggapi atas isu pembabatan hutan ini. “Tujuan pembangunan itu adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dan juga berkontribusi pada ekonomi nasional” ujarnya. Namun, apakah masyarakat akan merasakan kesejahteraan tersebut apabila pembabatan hutan ini dilakukan?

Dampak dari pembabatan hutan seluas 36,000 ha ini sudah diketahui oleh masyarakat Indonesia yaitu, akan menghasilkan 25 juta ton karbondioksida yang disampaikan pada poster “All Eyes on Papua”. Warganet menyoroti dampak yang akan ditimbulkan oleh aksi pembabatan ini, sehingga mereka kompak untuk menaikkan gerakan ini sebagai bentuk dukungan kepada masyarakat Papua.

Saat ini gugatan sudah memasuki tahap Kasasi, yang merupakan tahap terakhir bagi masyarakat adat Papua untuk mempertahankan dan memperjuangkan hutan mereka. Mari kita membantu menyuarakan hak warga Papua atas hutan dan tempat tinggal mereka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image