Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ismail Suardi Wekke

Berislam dalam Ramadhan

Agama | 2025-03-04 17:09:48

Oleh: Ismail Suardi Wekke (Cendekiawan Muslim Indonesia)

Ramadan, bulan suci dalam kalender Islam, merupakan momen yang sangat dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Lebih dari sekadar menahan lapar dan dahaga, Ramadan adalah waktu untuk refleksi spiritual, peningkatan ibadah, dan penguatan hubungan dengan Allah SWT.

Esensi Ramadan terletak pada transformasi diri, dari kebiasaan buruk menuju perilaku yang lebih baik, dari keegoisan menuju kepedulian sosial. Selama Ramadan, umat Muslim menjalankan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa ini bukan hanya tentang menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari segala bentuk perbuatan dosa, seperti berbohong, menggunjing, dan marah.

Dengan demikian, Ramadan melatih kesabaran, pengendalian diri, dan empati terhadap mereka yang kurang beruntung.

Selain puasa, Ramadan juga diisi dengan berbagai ibadah lainnya, seperti salat tarawih, tadarus Al-Qur'an, dan sedekah. Salat tarawih, yang hanya dilakukan selama Ramadan, adalah salat malam berjamaah yang sangat dianjurkan.

Tadarus Al-Qur'an, atau membaca dan merenungkan Al-Qur'an, menjadi fokus utama untuk meningkatkan pemahaman dan kedekatan dengan firman Allah. Sedekah, khususnya zakat fitrah, adalah bentuk kepedulian sosial yang wajib ditunaikan sebelum Idulfitri.

Ramadan juga merupakan waktu untuk mempererat tali silaturahmi. Buka puasa bersama keluarga, teman, dan tetangga menjadi tradisi yang memperkuat hubungan sosial. Selain itu, banyak masjid dan komunitas Muslim mengadakan kegiatan sosial, seperti pembagian makanan gratis dan santunan kepada kaum dhuafa.

Di akhir Ramadan, umat Muslim merayakan Idulfitri, hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa dan beribadah. Idulfitri adalah momen untuk saling memaafkan, bersilaturahmi, dan berbagi kebahagiaan.

Namun, semangat Ramadan tidak berhenti di Idul Fitri. Nilai-nilai yang dipelajari selama Ramadan, seperti kesabaran, pengendalian diri, dan kepedulian sosial, diharapkan dapat terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang transformasi diri, peningkatan ibadah, dan penguatan hubungan dengan Allah SWT dan sesama manusia. Ramadan adalah waktu untuk membersihkan hati, mendekatkan diri kepada Allah, dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Memaknai Kesalehan Sepanjang Ramadan

Ramadan, bulan suci penuh berkah, bukan sekadar tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang memaknai kesalehan secara mendalam. Kesalehan di Ramadan mencakup dimensi vertikal dan horizontal.

Secara vertikal, kesalehan terwujud dalam peningkatan ibadah, seperti salat tarawih, tadarus Al-Qur'an, dan memperbanyak zikir. Ini adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, membersihkan hati, dan meningkatkan ketakwaan.

Secara horizontal, kesalehan tercermin dalam kepedulian sosial, seperti berbagi makanan kepada yang membutuhkan, memberikan santunan kepada kaum dhuafa, dan mempererat tali silaturahmi. Ramadan mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama, merasakan penderitaan mereka, dan berbagi kebahagiaan.

Kesalehan di Ramadan juga tercermin dalam pengendalian diri, seperti menahan amarah, menjaga lisan dari perkataan buruk, dan menghindari perbuatan dosa. Ini adalah latihan untuk menjadi pribadi yang lebih sabar, jujur, dan bertanggung jawab.

Lebih dari itu, kesalehan di Ramadan adalah proses transformasi diri. Ramadan mengajarkan kita untuk meninggalkan kebiasaan buruk dan memulai kebiasaan baik. Ini adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, menjadi pribadi yang lebih baik, dan meningkatkan kualitas hidup. Kesalehan di Ramadan bukanlah tujuan akhir, tetapi awal dari perjalanan spiritual yang berkelanjutan.

Semangat Ramadan harus terus dijaga dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kesalehan bukan hanya menjadi ciri khas Ramadan, tetapi juga menjadi bagian dari identitas kita sebagai Muslim.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image