Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jesica wida Danissa

Fenomena Beauty Privilege: Jelajah Keadilan Sosial Memprihatinkan

Humaniora | Monday, 17 Jun 2024, 12:34 WIB

Privilege kecantikan atau beauty privilege telah menjadi topik yang semakin sering dibicarakan dalam konteks sosial modern. Istilah ini merujuk pada berbagai keuntungan atau hak istimewa yang diperoleh seseorang semata-mata karena penampilan fisik mereka yang dianggap menarik atau sesuai dengan standar kecantikan tertentu dalam masyarakat. Meskipun sering kali tidak disadari, keberadaan beauty privilege mempengaruhi banyak aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari kesempatan pekerjaan hingga perlakuan sosial.

ilustrasi gambar perbedaan kecantitak setiap wanita. sumber foto: beautynesia

Fenomena ini terutama mencuat dalam kajian keadilan sosial dan kesetaraan gender. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang dianggap lebih "cantik" cenderung mendapatkan perlakuan yang lebih menguntungkan dalam berbagai situasi. Misalnya, dalam konteks pekerjaan, studi menunjukkan bahwa orang yang lebih menarik secara fisik cenderung mendapatkan gaji yang lebih tinggi dan lebih sering dipromosikan daripada rekan-rekan mereka yang dianggap kurang menarik secara fisik, meskipun kualifikasi mereka mungkin sama.

Namun, seiring dengan keuntungan yang diperoleh, ada juga dampak negatif dari beauty privilege ini. Bagi individu yang dianggap tidak memenuhi standar kecantikan yang dominan dalam masyarakat, pengalaman hidup mereka dapat diwarnai oleh diskriminasi atau perlakuan yang tidak adil. Ini dapat mengarah pada perasaan rendah diri, kurang percaya diri, dan bahkan pengalaman psikologis yang merugikan.

Penting untuk diingat bahwa standar kecantikan sendiri adalah konstruksi sosial yang berubah-ubah dari waktu ke waktu dan berbeda-beda di berbagai budaya. Apa yang dianggap sebagai "cantik" hari ini mungkin berbeda dengan definisi kecantikan di masa lalu atau di tempat lain di dunia. Beauty privilege juga terkait erat dengan faktor-faktor seperti ras, kelas sosial, dan budaya, yang semuanya memengaruhi cara individu dipersepsikan dan dihargai dalam masyarakat.

Salah satu isu yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana media massa dan industri kecantikan berperan dalam memperkuat dan mereduksi beauty privilege. Penampilan yang ideal dipromosikan dalam iklan, film, dan media sosial dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap persepsi diri individu dan norma sosial yang diterima. Hal ini dapat memperkuat ketidakadilan sosial dengan memosisikan kecantikan sebagai salah satu faktor penentu utama kesuksesan dan kebahagiaan seseorang.

Untuk mengatasi beauty privilege, langkah-langkah perlu diambil di berbagai tingkatan. Di tingkat individu, penting untuk meningkatkan kesadaran akan stereotip kecantikan dan menghargai keberagaman penampilan fisik. Di tingkat sosial, advokasi untuk keadilan dan inklusivitas dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih merata bagi semua orang, tanpa memandang penampilan mereka. Selain itu, pendidikan yang lebih baik tentang keragaman dan penghormatan terhadap perbedaan-perbedaan fisik dapat membantu mengubah persepsi kolektif terhadap kecantikan dan mengurangi dampak negatif dari beauty privilege.

Dalam sebuah masyarakat yang semakin berorientasi pada penampilan, penting untuk terus mengkritisi dan mempertanyakan norma-norma yang ada serta memperjuangkan kesetaraan yang lebih besar bagi semua individu, tanpa memandang penampilan mereka. Hanya dengan mengakui dan menangani beauty privilege secara kolektif, kita dapat bergerak menuju masyarakat yang lebih adil dan inklusif bagi semua orang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image