Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Sirilus Aristo Mbombo_Pengamat Realitas

Peran Pemerintah dan Pendidik di Indonesia

Eduaksi | Saturday, 15 Jun 2024, 09:43 WIB
Sumber Gambar: Pixabay

Selama bertahun-tahun di Indonesia, profesi guru dan dosen seringkali dipandang sebagai pekerjaan dengan status yang lebih rendah dibandingkan dengan profesi lainnya. Individu-individu yang memiliki kemampuan dan kompetensi tinggi biasanya lebih memilih untuk berkarir di bidang bisnis, teknik, atau kedokteran, karena profesi-profesi ini dianggap lebih prestisius dan menawarkan peluang yang lebih baik. Sebaliknya, orang-orang yang belum menemukan arah karir yang jelas seringkali memilih untuk masuk ke jenjang Pendidikan, dan sekolah sebagai pilihan terakhir. Persepsi ini jelas tidak tepat dan harus diubah. Profesi guru dan dosen sangat penting bagi perkembangan pendidikan dan kemajuan bangsa, sehingga membutuhkan perhatian dan penghargaan yang lebih besar bagi mereka.

Sebaliknya, salah satu penyebab utama masalah dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah kelemahan otoritas pendidikan yang berwenang. Kelemahan ini mencakup kurangnya visi dan konsep yang jelas mengenai tujuan dan arah pendidikan. Akibatnya, kebijakan yang dikeluarkan seringkali tidak tepat sasaran dan bahkan dapat menghambat perkembangan pendidikan. Misalnya, banyak kebijakan yang diterapkan tanpa pertimbangan matang atau pemahaman mendalam tentang dampaknya, sehingga berakibat kontra produktif. Saya yakin bahwa jika para pejabat tinggi di sektor pendidikan Indonesia ditanya mengenai definisi dan tujuan pendidikan, mereka akan kesulitan memberikan jawaban yang jelas dan komprehensif. Ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan untuk memperkuat otoritas pendidikan dengan visi yang lebih jelas dan kebijakan yang lebih terarah.

Profesi guru memiliki nilai yang sangat luhur dan mulia karena berperan langsung dalam membentuk cara berpikir individu, yang pada akhirnya menentukan perilaku mereka. Guru adalah pendidik bagi generasi muda, yang kelak akan menjadi pemimpin masa depan. Oleh karena itu, posisi guru sangat krusial dalam mendorong perubahan pola pikir yang lebih rasional, kritis, dan anti korupsi di masa mendatang. Mengingat betapa pentingnya peran ini, profesi guru seharusnya diisi oleh individu-individu yang benar-benar kompeten dan memiliki kepedulian tinggi terhadap pembangunan karakter serta cara berpikir bangsa.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sangat penting bahwa baik pemerintah maupun masyarakat memberikan dukungan penuh kepada para guru. Dukungan ini harus mencakup upaya untuk memastikan bahwa para guru dapat hidup dengan layak dan sejahtera, serta merasa bangga dengan profesi mereka. Hanya dengan cara ini, kita dapat menjamin bahwa pendidikan yang diberikan akan berkualitas tinggi dan mampu menghasilkan generasi yang cerdas, kritis, dan berintegritas.

Otoritas pendidikan, baik di tingkat nasional maupun lokal, harus dapat diawasi dan dikendalikan melalui mekanisme demokratis. Proses penyusunan kebijakan pendidikan, termasuk penentuan dan distribusi anggaran, perlu dilakukan dengan transparansi maksimal. Hal ini penting agar seluruh pihak yang berkepentingan, seperti masyarakat, pendidik, dan pemangku kepentingan lainnya, dapat turut serta dalam pengawasan dan memastikan kebijakan yang diambil benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi mereka.

Selain itu, individu-individu yang memegang posisi di otoritas pendidikan haruslah orang-orang yang tidak hanya memiliki kemampuan administratif, tetapi juga memiliki visi yang jelas dan jauh ke depan mengenai pendidikan. Mereka haruslah tokoh-tokoh pendidikan yang telah teruji dan terbukti memiliki pandangan yang inovatif dan progresif tentang bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa kebijakan yang diambil akan membawa kemajuan nyata bagi sistem pendidikan dan dapat mempersiapkan generasi muda dengan lebih baik untuk menghadapi tantangan masa depan.

Proses seleksi untuk menjadi guru dan dosen harus dilakukan dengan lebih ketat dan selektif. Tidak setiap orang dapat diizinkan untuk menjadi pendidik. Hanya individu-individu yang benar-benar mencintai dunia pendidikan, memiliki kasih sayang dan perhatian yang tulus terhadap peserta didik mereka, serta memiliki kompetensi yang tinggi dalam bidang ilmu yang mereka ajarkan, yang layak untuk memegang peran sebagai guru dan dosen. Otoritas pendidikan di Indonesia, baik di tingkat nasional maupun lokal, harus bersikap tegas dan konsisten dalam menjalankan kebijakan ini.

Otoritas pendidikan tidak boleh mengangkat seseorang menjadi guru hanya berdasarkan kedekatan pribadi, kesamaan latar belakang politik, ras, atau agama, atau karena alasan lain yang tidak berkaitan dengan upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Seleksi yang ketat ini sangat penting untuk memastikan bahwa hanya individu-individu terbaik dan paling berdedikasi yang berperan dalam membentuk masa depan generasi muda. Dengan demikian, kualitas pendidikan di Indonesia dapat terus ditingkatkan dan menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap menghadapi tantangan global.

Salah satu aspek yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah perubahan paradigma pendidikan. Kultur atau sistem evaluasi yang mengandalkan soal pilihan ganda perlu dihapuskan. Sebagai gantinya, kita harus mengadopsi pendekatan yang lebih inovatif, seperti ujian yang menekankan pada kemampuan mencipta dan berpikir kritis. Misalnya, mengganti ujian pilihan ganda dengan proyek-proyek yang mendorong siswa untuk menghasilkan karya sesuai dengan bidang studi mereka.

Perubahan ini harus diterapkan secara menyeluruh, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Dengan demikian, siswa akan terbiasa untuk berpikir kreatif, mengembangkan solusi praktis, dan mengaplikasikan pengetahuan yang mereka peroleh dalam konteks nyata. Pendekatan ini tidak hanya membantu siswa memahami materi pelajaran dengan lebih mendalam, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di dunia kerja dan kehidupan sehari-hari dengan keterampilan yang lebih relevan dan aplikatif.

Kultur pendidikan yang mengutamakan hafalan harus digantikan dengan pendekatan yang berfokus pada penyelesaian masalah yang relevan dengan bidang ilmu masing-masing siswa. Ketika siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah nyata dan menghasilkan karya berdasarkan pengetahuan yang mereka pelajari, materi pendidikan akan menjadi bagian dari pengalaman pribadi yang mendalam dan bermakna. Hal ini memastikan bahwa pembelajaran tersebut akan tertanam kuat dalam ingatan dan pemahaman siswa sepanjang hidup mereka, berbeda dengan metode hafalan yang cenderung dilupakan setelah ujian selesai.

Dengan menekankan pada penyelesaian masalah, siswa tidak hanya akan memahami konsep dan teori, tetapi juga akan mengembangkan keterampilan praktis dan berpikir kritis yang diperlukan untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam situasi kehidupan nyata. Pendekatan ini membantu siswa untuk menginternalisasi materi pendidikan secara lebih mendalam dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di masa depan dengan lebih baik.

Kultur pendidikan yang selama ini menempatkan guru sebagai otoritas mutlak dan sumber kebenaran utama harus diubah menjadi kultur pendidikan yang lebih demokratis. Dalam kultur baru ini, siswa didorong untuk mengemukakan pendapat mereka secara rasional dan berpartisipasi dalam diskusi yang sehat dengan semua pihak. Penting juga untuk mengembangkan budaya bertanya di kalangan siswa, karena pertanyaan-pertanyaan inilah yang mendorong perkembangan pemikiran dan memperluas wawasan kita sebagai manusia.

Bahkan, saya berpendapat bahwa yang lebih penting daripada memberikan jawaban yang benar adalah kemampuan untuk mengajukan pertanyaan yang tepat. Seringkali, jawaban yang benar atas pertanyaan yang salah justru dapat menyesatkan kita. Oleh karena itu, pendidikan harus menekankan pentingnya berpikir kritis dan kemampuan untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang baik. Dengan demikian, siswa akan terlatih untuk selalu mencari pemahaman yang lebih dalam dan tidak menerima informasi begitu saja tanpa mempertanyakannya. Ini akan membantu mereka menjadi individu yang lebih kritis, reflektif, dan siap menghadapi kompleksitas dunia nyata.

Untuk mencapai semua ini, dukungan sumber daya yang besar sangat diperlukan. Oleh karena itu, pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan agresif dan tegas, agar kita dapat mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk hal-hal yang benar-benar penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya pendidikan anak-anak kita.

Upaya pemberantasan korupsi tidak boleh hanya bergantung pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau pemerintah saja. Diperlukan dukungan aktif dan nyata dari seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi rakyat sangat penting, terutama ketika mereka menyaksikan korupsi secara langsung. Mereka harus berani melaporkan dan menentang tindakan korupsi tersebut.

Dengan keterlibatan masyarakat dalam memerangi korupsi, kita dapat memastikan bahwa sumber daya yang tersedia dapat digunakan secara efektif untuk memajukan pendidikan. Ini akan memungkinkan kita untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang berkualitas, mendukung para guru dan siswa, dan pada akhirnya menghasilkan generasi muda yang cerdas, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Partisipasi aktif dari kita sebagai rakyat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan semua langkah yang telah disebutkan di atas menjadi kenyataan. Kekuatan sejati dari sebuah masyarakat yang demokratis tidak terletak pada para pemimpinnya, melainkan pada rakyatnya yang peduli dan terus berjuang untuk mengawasi serta mengontrol kekuasaan. Hanya dengan pengawasan yang ketat dari masyarakat, kekuasaan dapat digunakan secara optimal untuk kepentingan yang lebih baik dan lebih besar bagi seluruh rakyat.

Rakyat yang aktif dan peduli akan memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah benar-benar mengarah pada peningkatan kualitas hidup bersama, termasuk dalam bidang pendidikan. Dengan kontrol yang terus-menerus dan keterlibatan yang berkesinambungan dari masyarakat, kita dapat memastikan bahwa setiap langkah yang diambil berkontribusi pada kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Sehingga, partisipasi rakyat tidak hanya menjadi elemen penting dalam pengawasan kekuasaan, tetapi juga menjadi pilar utama dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Pada titik ini, kita menghadapi sebuah paradoks yang saling terkait. Di satu sisi, partisipasi aktif dari seluruh rakyat dalam proses demokrasi sangat penting untuk mengawasi dan mengontrol penggunaan kekuasaan, terutama dalam upaya untuk memastikan bahwa pendidikan yang berkualitas dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Di sisi lain, pendidikan yang berfokus pada nilai-nilai humanistik, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, memiliki potensi besar untuk memperkuat dan memelihara budaya demokratis di negara kita.

Dengan mengontrol kekuasaan secara demokratis, kita membuka jalan untuk mewujudkan visi masyarakat yang adil dan sejahtera sesuai dengan cita-cita bersama. Pendekatan pendidikan yang humanistik tidak hanya membentuk individu yang kritis dan berempati, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk berperan aktif dalam proses demokrasi. Dengan demikian, partisipasi yang lebih luas dari masyarakat dalam pengambilan keputusan publik menjadi salah satu fondasi utama untuk mencapai tujuan-tujuan ini.

Dengan sinergi yang kuat antara partisipasi demokratis dan pendidikan yang humanistik, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan pribadi yang lebih baik. Hal ini tidak hanya berdampak positif pada masyarakat saat ini, tetapi juga menjanjikan masa depan yang lebih cerah dan berkeadilan bagi generasi mendatang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image