Gen Z dan Insecurities : Analisis Penyebab, Dampak, dan Solusi
Edukasi | 2024-06-14 01:04:23Gen Z adalah sebuah sebutan bagi generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2013. Generasi ini sering disebut sebagai generasi yang paling cemas dan tidak merasa percaya diri atau biasa disebut dengan rasa insecure. Rasa cemas dan tidak percaya diri itu lebih banyak dialami dan dirasakan oleh perempuan. Namun tidak sedikit juga laki-laki yang juga mengalami atau merasakan insecure ini. Tekanan yang berasal dari hal-hal di sekitarnya secara terus menerus dan dipicu dengan adanya media sosial telah menyebabkan meluasnya insecurities di kalangan generasi Z.
Menurut Mu’awwah 2017 dalam salah satu artikel ilmiah pada Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini menjelaskan bahwa Insecure merupakan sebuah perasaan tidak aman yang dimana seorang individu merasa tidak percaya diri, takut, cemas, dan lainnya akan suatu hal yang dipicu atau disebabkan oleh rasa tidak puas dan tidak yakin akan kapasitas diri sendiri. Insecure merupakan perasaan yang berkaitan erat dengan kondisi kesehatan mental seperti kecemasan yang berlebihan. Tentunya hal ini sangatlah berbahaya bagi kesehatan mental individu yang selalu merasa insecure. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Kaspersky Lab dan firma riset Censuswide yang dilakukan secara online pada bulan Februari tahun 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 87% dari 1.003 responden Gen Z merasa cemas terhadap sesuatu hal dan sebagian besar dari mereka tidak mencari bantuan untuk mengatasi hal tersebut.
Dari penelitian tersebut dapat diketahui asal atau sebab rasa kecemasan atau insecure ini terjadi. Penampilan atau kondisi fisik merupakan penyebab tertinggi bagi Gen Z, 45% responden mengatakan bahwa mereka merasa cemas terhadap penampilannya. Kemudian persahabatan juga merupakan sumber utama kecemasan, dimanan sebanyak 32% responden Gen Z merasa cemas dengan persahabatan mereka. Sebanyak 41% responden merasa cemas tentang karir dan masa depan dan 37% responden Gen Z merasa memiliki perasaan ketidakpastian terhadap masa depan. Responden Gen Z yang berjenis kelamin perempuan memiliki lebih banyak mengalami insecure dibandingkan Gen Z yang berjenis kelamin laki-laki. Sebanyak 56% perempuan dibandingkan 33% laki-laki Gen Z mengaku merasa cemas terhadap penampilan atau kondisi fisik.
Media sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rasa insecure pada Gen Z. Banyak postingan dalam media sosial yang kemudian dijadikan sebuah standar yang dalam kenyataannya hal itu tidaklah sepenting itu. Karena pengaruh tersebutlah banyak kalangan Gen Z yang kemudian merasa iri dan minder ketika melihat postingan teman atau orang lain di media sosial yang mendapatkan banyak suka dan komentar pujian dari pengguna media sosial yang lain. Selain itu tekanan dari lingkungan sekitar seperti teman atau keluarga yang sering membanding bandingkan juga dapat menjadi penyebab seorang individu mengalami insecure. Tentunya hal ini sangat disayangkan, keluarga dan teman dekat yang seharusnya menjadi support system malah menjadi penyebab seorang individu mengalami kecemasan dan rasa tidak aman. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental dan kesejahteraan hidup individu tersebut. Karena ketika seorang individu telah merasa insecure mereka cenderung akan banyak menghindari kegiatan-kegiatan sosialnya. Bahkan dalam beberapa sebab insecure juga bisa berdampak kepada hal-hal yang lebih buruk seperti bunuh diri dan lainnya.
Oleh karena itu dibutuhkan sebuah cara atau solusi yang dapat mengatasi atau mengurangi rasa insecure yang berlebihan pada Gen Z. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan juga mengurangi insecure dapat dilakukan dengan banyak cara, antara lain yaitu :
1. Membatasi diri untuk membuka media sosial. Daripada terlalu banyak menghabiskan waktu di sosial media lebih baik alihkan waktu ke hal-hal yang lebih baik dan produktif
2. Selalu berpikir positif. Percalayah bahwa suatu hal yang terjadi saat ini merupakan sesuatu terbaik yang telah Tuhan berikan
3. Berhentilah membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Percayalah bahwa setiap manusia memiliki prosesnya masing-masing dan waktunya masing-masing untuk berhasil mencapai sesuatu yang diinginkan
4. Jangan menyalahkan diri sendiri. Yakinilah bahwa sesuatu terjadi dikarenakan oleh sebab sebab lain diluar kendali diri sendiri
5. Berkonsultasi dengan pihak yang profesional. Apabila cara-cara diatas kurang efektif untuk mengurangi rasa insecure yang berlebihan maka berkonsultasilah dengan pihak profesional untuk mengatasi gangguan kesehatan dan diharapkan bisa memberikan solusi yang tepat.
Insecure merupakan rasa alamiah yang terdapat pada setiap individu. Sehingga dibutuhkan sebuah kontrol atau manajemen untuk dapat mengelola rasa insecure dengan baik sehingga tidak berlebihan dan berdampak negatif pada diri sendiri. Dengan rasa insecure seorang individu dapat mengevaluasi diri dan kemudian dapat memperbaiki diri menjadi individu yang lebih baik kedepannya. Sehingga rasa insecure tersebut dapat berubah menjadi rasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Diharapkan dengan adanya artikel ini dapat menambah wawasan dan juga pengetahuan Gen Z akan pentingnya kontrol rasa insecurities pada dirinya. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial yang baik dan dapat menjaga kesehatan mental dalam kehidupannya.
Febrian Mulya Pratama, Mahasiswa Program Studi Akuakultur, Universitas Akuakultur.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.