Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muna Waroh

Mahasiswa yang BIJAK akan menggunakan Chat GPT dengan BIJAK

Pendidikan dan Literasi | 2024-06-11 09:48:06
Gambar 1. Teknologi Interficial Intelligence, (Sumber:Pinterest)

A. Dalam kehidupan ini teknologi semakin meresap ke dalam semua bidang kehidupan, tidak terkecuali pendidikan tinggi, hadirnya Chat GPT telah menjadi isu yang mendesak yang perlu kita hadapi meskipun banyak yang melihatnya sebagai alat inovatif yang dapat meningkatkan pembelajaran, namun disisi lain juga ada dampak kerugian terhadap pengembangan diri sendiri.

Bapak Anwar Nadiem Makarim yakni seorang Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan teknologi Indonesia sejak 28 April 2021 yang mengkhawatirkan akan perkembangan Pendidikan di masa depan. Mengutip Video Youtube dari Channel KORIKA, Menteri Pendidikan Bapak Anwar Nadiem Makarim memberikan pertanyaan saat pertemuan Conversation kepada Sam Altman yakni seorang CEO dari Perusahaan OPEN AI. Dalam penyelenggaraan tersebut salah satu pertanyaan Bapak Nadiem Makarim yaitu mengenai Pendapat Sam Altman mengenai sistem AI dengan masa depan Pendidikan dan sistem Bahasa alami yang akan mengubah perspektif tentang cara menilai kemajuan siswa.

Gambar 2. Sam Altman (sumber:pinterest)

Sam Altman menjawab bahwa “setiap kali orang- orang cukup khawatir tentang apa yang akan terjadi maka anda tahu bahwa kita dapat melihat contoh sejarah lebih lanjut seperti kalkulator atau yang lebih baru seperti mesin pencari dan jika anda kembali dan membaca artikel pada saat itu. Terdengar sangat mirip dengan beberapa perdebatan yang kita lakukan hari ini, anda tahu dengan kalkulator.”

“Anda merangkul teknologi yang anda katakanlah ini seperti alat baru yang dimiliki manusia dengan alat yang lebih baik kemampuan manusia, kreativitas manusia, anda tahu ujian tidak membiarkan mereka menggunakan kalkulator, dan jika kita membuat orang melakukan semuanya dengan cara yang lama cara kuno tanpa menggunakan alat seperti Chat GPT itu akan terasa sedikit aneh juga.”

"Sebagian dari apa yang dapat dilakukan orang dan anda membiarkan mereka menggunakan kapasitas kognitif dan kemampuan kreatif mereka untuk sesuatu yang baru dan lebih kuat berdampak lebih berharga sehingga kita yang akan terjadi adalah potensi setiap siswa akan meningkat, kecepatan belajar akan meningkat."

“Jadi saya pikir kita melihat berbagai macam hasil, di sini kita melihat guru yang benar-benar menolak hal ini mengatakan ini seperti akhir dari cara kami melakukan pendidikan. Dan ketika orang-orang ini menciptakan sesuatu dan melakukan pekerjaan di dunia, mereka akan melihat, memiliki alat-alat tersebut dan tidak melatih mereka untuk menjadi seefektif dan berguna dan sekreatif mungkin, tampaknya sangat salah sehingga anda tahu kita telah melihat Pendidikan. saya pikir ini adalah contoh menarik tentang apa yang akan terjadi di sektor lain di masa depan.”

Dari jawaban Sam Altman di atas ketika kita menggunakan Chat GPT itu untuk mempermudah peningkatan belajar siswa tetapi Chat GPT juga tidak melatih mereka untuk menjadi seefektif dan sekreatif mungkin.

Gambar 3. Teknologi Interficial Intelligence, (Sumber:Pinterest)

A. Apa sih chat GPT itu ?

Chat GPT adalah teknologi kecerdasan buatan atau AI (Artificial intelligence) yang dikembangkan oleh Perusahaan OPEN AI yang bermarkas di San Fransico, California, Amerika Serikat. Arti “GPT” dalam ChatGPT sendiri adalah Generative Pre-trained Transformer yang merujuk pada bagaimana tool ini memproses dan memproduksi bahasa manusia. Chat GPT juga dikenal sebagai sebuah bot obrolan yang berfungsi sebagai sumber informasi utama yang digunakan oleh kalangan Akademik maupun IT.

B. Gimana sih cara kerja Chat GPT

Chat GPT bekerja dengan cara memproses teks yang dimasukkan kedalamnya dan menggunakan model Bahasa yang telah dilatih sebelumnya untuk menghasilkan tanggapan yang sesuai atas perintah pengguna chat GPT.

Meskipun teknologi kecerdasan buatan ini dibuka lebar diwebsite banyak kalangan mahasiswa yang telah menggunakan nya sebagai sumber informasi dalam peningkatan pembelajaran mereka, tetapi tidak semua para kalangan tersebut menggunakan chat GPT dengan bijak.

Salah satu fenomena yang semakin merajalela adalah penyalahgunaan dan ketergantungan mahasiswa pada Chat GPT sebagai sumber utama informasi dan bantuan dalam studi mereka. Dengan ketersediaan informasi instan dan jawaban cepat yang ditawarkan oleh Chat GPT, mahasiswa mungkin menjadi kurang terampil dalam pemecahan masalah dan berpikir kritis. Mereka mungkin cenderung mengandalkan teknologi tersebut daripada mengembangkan kemampuan analitis dan kreatif mereka sendiri.

Gambar 4. Teknologi Interficial Intelligence, (Sumber:Pinterest)

Meskipun Chat GPT menawarkan kenyamanan dan kemudahan dalam mendapatkan informasi, ketergantungan yang berlebihan dapat menghambat pengembangan kemampuan berpikir kritis yang merupakan inti dari pendidikan tinggi.

Selain itu, penyalahgunaan ChatGPT juga dapat mengaburkan batas antara belajar dan curang. Mahasiswa yang menggunakan ChatGPT untuk menyelesaikan ujian atau tugas mungkin menganggapnya sebagai cara yang sah untuk mengatasi tekanan akademik, tanpa mereka sadari bahwa tindakan tersebut merugikan perkembangan intelektual diri mereka sendiri yakni rugi dalam memperkuat pemahaman dan keterampilan mereka serta melanggar kode etik akademik.

Salah satu solusi yang dapat diusulkan untuk mengatasi ketergantungan pada Chat GPT adalah dengan menciptakan kesadaran akan batasan dan kelebihannya. Mahasiswa perlu memahami bahwa meskipun Chat GPT dapat memberikan jawaban yang cepat dan mudah, namun tidak selalu memberikan pemahaman yang mendalam. Penting bagi mereka untuk tetap mengandalkan sumber daya pendidikan yang lebih beragam dan menyeluruh.

Mahasiswa juga perlu mengetahui bahwa menggunakan logika berpikir kritis akan suatu masalah itu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan komunikasi yang penting dalam dunia profesionall serta meningkatkan nilai intelektual mereka.

Dengan demikian, Teknologi Chat GPT memiliki potensi besar untuk meningkatkan pembelajaran mahasiswa, Namun kita juga harus mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin timbul dalam pengembangan diri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image