Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image lystianaa

Memaknai Qurban dalam Jendela Islam

Agama | 2024-06-10 19:59:11

Setiap tanggal 10 Dzulhijjah seluruh umat Muslim yang ada didunia ini merayakan Idul Adha atau juga dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”.

Pada momen ini, umat Muslim melaksanakan ibadah qurban sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT serta umat Islam juga merayakan kisah kepatuhan dan pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang sangat berharga dalam agama Islam. Tetapi di balik ritual penyembelihan hewan qurban, terdapat makna mendalam yang menghubungkan umat Muslim dengan nilai-nilai kemanusiaan, solidaritas, dan kepedulian sosial. Dalam pelaksanaannya sendiri, qurban memerlukaan perhatian khusus agar ibadah ini dapat dijalankan dengan baik dan memperoleh keberkahan. Penting bagi umt muslim sebelum melaksanakan qurban, terlebih dahulu mengetahui makna dan tujuan dari ibadah tersebut.

Secara harfiah, kata "Qurban" berasal dari bahasa Arab yang berarti "mengorbankan" atau "menyembelih". Tetapi lebih dari sekadar tindakan fisik menyembelih hewan, Qurban adalah ekspresi yang dalam dari ketaatan, keikhlasan, dan pengorbanan kepada Allah SWT. Qurban sendiri merupakan sebuah ibadah yang dilakukan oleh umat Muslim sebagai bentuk penghormatan dan ketaatan kepada Allah SWT. Dalam ibadah qurban, seorang Muslim menyembelih hewan ternak yang telah ditetapkan syarat-syaratnya pada waktu-waktu tertentu, seperti pada Hari Raya Idul Adha, sebagai pengikutan terhadap perintah Allah dan untuk mengikuti teladan Nabi Ibrahim AS. Hewan yang disembelih kemudian dibagikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan, serta untuk keluarga dan kerabat. Ibadah qurban juga memiliki makna sosial yang dalam, karena melibatkan pembagian daging kepada yang membutuhkan sebagai bentuk kepedulian dan kebersamaan dalam komunitas Muslim.

Idul Adha menggambarkan momen ketika Nabi Ibrahim, atas perintah Allah SWT, bersedia untuk mengorbankan putranya yang tunggal, Nabi Ismail. Namun, pada saat genting itu, Allah menggantinya dengan seekor domba yang kemudian disembelih sebagai ganti Ismail. Kesediaan Ibrahim untuk mengorbankan yang paling dicintainya menunjukkan kesetiaannya kepada Allah, dan ini menjadi kisah yang memotivasi umat Muslim untuk menunjukkan ketaatan dan pengorbanan dalam kehidupan mereka. Peristiwa ini juga diceritakan dalam Al- Qur’an pada surah As-Saffat Ayat 101–110. Surah ini menceritakan sosok Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan untuk menyembelih anak tercinta yang telah dinanti-nanti selama 86 tahun lamanya.

Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, Qurban juga menekankan keikhlasan dan keprihatinan terhadap sesama. Hewan yang disembelih sebagai bagian dari Qurban dibagikan kepada mereka yang kurang mampu, memungkinkan mereka untuk merayakan Idul Adha dengan layak. Ini memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat Muslim dan mengajarkan pentingnya berbagi rezeki kepada yang membutuhkan. Pada Idul Adha dan pelaksanaan Qurban, umat Muslim memiliki kesempatan untuk merenungkan signifikansi hidup dan tujuan eksistensi mereka. Saat mereka menyaksikan proses penyembelihan hewan qurban, hal itu menjadi pengingat akan sifat sementara dunia ini, mendorong mereka untuk fokus pada aspek-aspek yang lebih esensial dalam kehidupan, seperti persiapan untuk akhirat dan hubungan spiritual dengan Allah SWT.

Ketika memilih hewan untuk qurban, umat Muslim diharapkan memilih yang paling baik dari ternak mereka, menunjukkan penghargaan mereka terhadap ciptaan Allah. Selain itu, ketika hewan tersebut disembelih, setiap bagian dari hewan tersebut digunakan dengan efisien, memberikan pelajaran kepada umat Muslim tentang pentingnya menghormati alam dan tidak menyia-nyiakan sumber daya. Secara menyeluruh, praktek Qurban tidak sekadar terbatas pada tindakan fisik menyembelih hewan dan distribusi daging kepada yang membutuhkan. Lebih dari itu, praktek ini menjadi medium untuk mendalami makna ketaatan, keikhlasan, pengorbanan, dan hubungan spiritual yang erat dengan Allah SWT. Di balik aspek fisiknya, terdapat nilai-nilai spiritual yang mendalam yang membentuk esensi dari ibadah ini dalam ajaran Islam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image